DIBELI TAKDIR (Pemuja Rahasia)

DIBELI TAKDIR (Pemuja Rahasia)

1. Dijual

“Cepat bawa Kevia sebelum ayah tirimu pulang,” bisik Rima, matanya menyipit penuh kebencian. “Kalau produser itu puas, kau akan jadi artis terkenal. Dan hidup gadis sialan itu… akan hancur. Ibunya yang penyakitan itu juga ikut hancur.”

Riri tersenyum licik. “Baik, Ibu. Tenang saja.”

Mobil melaju di gelap malam, dengan Kevia duduk kaku di kursi samping. Ia menunduk, jemarinya meremas ujung dress mini ketat yang dipaksakan ke tubuhnya. Pakaian itu asing, memalukan, dan menyiksa. Riasan tebal di wajahnya terasa bagai topeng yang mengurung dirinya.

Ketika mobil berhenti di depan sebuah klub malam, jantung Kevia berdegup kencang.

"Riri, kenapa berhenti di sini?" tanya Kevia gelisah.

Riri tersenyum yang lebih mirip seringai. "Karena di sinilah tempat pestanya."

"Tapi--"

"Cepat keluar!” bentak Riri.

“Ri… aku nggak nyaman pakai baju kayak gini—”

“Turun! Kalau kau menolak, ibuku tak akan membawa ibumu cuci darah.” Tatapan Riri dingin, penuh ancaman.

Hati Kevia seketika menciut. Demi ibunya, ia menelan ketakutan dan melangkah turun.

Lampu neon berkedip-kedip, suara musik berdentum, dan kerumunan orang menatap mereka.

High heels yang baru pertama kali ia kenakan membuat langkahnya goyah, sementara tatapan para pria menusuk setiap lekuk tubuhnya.

Riri menggandeng lengannya dengan kasar, menyeretnya masuk melewati lorong penuh asap rokok dan sorak-sorai tawa.

“Ahh!”

Bugh!

Kevia memekik saat tubuhnya oleng, tumit tinggi yang asing di kakinya membuatnya kehilangan keseimbangan. Ia menabrak dada seorang pria bertubuh kekar yang kebetulan berpapasan.

“M-maaf…” ucap Kevia gugup, wajahnya memerah.

Pria itu menunduk menatapnya. Sekilas, sorot matanya tampak menilai tubuh Kevia, membuat darahnya membeku. Namun di balik cahaya remang, matanya justru terpaku pada dada Kevia yang memakai dress dengan bagian dada terbuka.

Kevia buru-buru menutup dadanya. Malu dan tak nyaman membuatnya makin gugup.

Riri mendengus, lalu buru-buru menarik Kevia. “Jangan bikin masalah!” ia menyeret Kevia lagi, tak peduli pada sorot tajam pria itu.

Beberapa langkah kemudian, mereka berhenti di depan seorang pria paruh baya berjas mewah.

Namun dari sofa tak jauh di sana, pria bertubuh kekar tadi masih mengawasi. Mata dinginnya mengikuti setiap langkah Kevia Bukan karena tergoda, tapi karena ia mungkin tahu siapa gadis itu… dan siapa yang akan tertarik mendengarnya.

Senyum tipis pria paruh baya di depan Riri dan Kevia terukir, pandangannya turun naik, menelanjangi dengan tatapan yang membuat perut Kevia mual.

"Tempat ini... pria itu...Apa—apa Riri dan ibunya benar-benar menjualku?"

Jantung Kevia berdegup tak karuan. Seharusnya ia hanya menemani Riri ke pesta, tapi kenapa langkah mereka berakhir di sebuah klub malam dengan cahaya lampu temaram yang terasa asing?

“Selamat malam, Om,” sapa Riri ramah, seolah sudah akrab.

Pria paruh baya itu tersenyum tipis, lalu bangkit dari sofa kulit hitam. Matanya hanya melirik Kevia sekilas, cukup untuk membuat bulu kuduk Kevia berdiri.

“Barangnya bagus… aku suka.” Senyumnya mengandung arti yang tak Kevia mengerti, tapi perutnya benar-benar mual.

“Tentu saja, Om,” sahut Riri dengan tatapan penuh kemenangan.

Kevia semakin gelisah. Batinnya menjerit, "Kenapa Riri bicara seperti itu? Aku beneran akan dijual?"

“Ayo kita bicarakan kontraknya di tempat yang lebih tenang,” ucap si pria, suaranya berat tapi berlapis niat.

Tanpa ragu, Riri mengangguk. “Baik, Om.”

Tangannya menarik lengan Kevia, menyeretnya mengikuti pria itu menuju salah satu kamar hotel.

“Riri… kenapa membicarakan kontrak di tempat seperti ini?” bisik Kevia, suaranya gemetar.

“Diam!” geram Riri, matanya tajam.

Di dalam kamar, pria itu mengarahkan mereka duduk di sofa. Tangannya lincah menuangkan minuman ke dalam dua gelas kristal, lalu dengan gerakan nyaris tak terlihat, ia menekan cincin di jarinya. Butiran halus meluncur jatuh ke dalam salah satu gelas.

“Untuk pemula, kau jadi artis figuran dulu,” ujarnya santai, menaruh map kontrak di meja. “Kalau aktingmu bagus, aku bisa beri peran yang lebih besar.” Pandangannya sekilas jatuh ke tubuh Kevia, membuat gadis itu merasa ingin berlari.

“Baik, Om. Terima kasih,” jawab Riri dengan cepat, lalu menandatangani kontrak tanpa banyak membaca.

“Silakan diminum dulu.” Pria itu menyodorkan gelas.

Riri segera meneguk habis tanpa ragu. Kevia hanya memandangi gelasnya. Keningnya berkerut, ada aroma aneh menusuk inderanya, membuat hati kecilnya menolak.

Di sisi lain, di tengah riuh rendah klub, pria bertubuh kekar yang tadi ditabrak Kevia sontak berdiri. Tatapannya menajam ketika seorang pria berkemeja hitam keluar dari ruangan privat. Wajahnya tertutup masker, namun auranya yang dingin dan mendominasi seolah memecah keramaian.

“Bos,” bisiknya cepat, mendekat penuh waspada. “Saya melihat seorang gadis… mungkin dia yang Bos cari.”

Langkah pria itu terhenti. Sorot matanya menusuk. “Di mana?”

“Tadi bersama seorang gadis lain menemui pria paruh baya di sofa sana,” jelas pria kekar itu, menunjuk ke arah sofa. “Tapi tak lama pergi. Kayaknya ke kamar hotel. Dari cara jalannya… dia dipaksa, Bos. Polos, jelas bukan gadis yang biasa ada di sini. Saya rasa dia sedang dijual.”

Rahang pria bermasker itu mengeras. Tatapannya berkilat marah. “Brengsek…!” desisnya. Tangannya menyambar kerah anak buahnya, mengguncang kasar. “Dia atau bukan, gadis itu dalam bahaya! Kalau itu adikmu, apa kau diam saja?!”

Anak buahnya tercekat, wajah pucat. “M-maaf, Bos!”

Ia dilepaskan dengan kasar, hampir terhuyung. Pria bermasker itu menghela napas berat, tangan mengepal. “Cepat cari gadis itu!”

“Siap!”

Sekejap kemudian, pria itu mengusap wajahnya, sorot matanya menyala murka. "Dasar bajingan… Aku akan pastikan dia gadis itu atau bukan."

Di kamar hotel, Riri menaruh gelas kosong dengan puas. “Sudah, Om.”

Kevia masih menatap minumannya, ragu. Rasa tak nyaman makin menguat.

“Kenapa? Gadis cantik tidak minum?” tanya pria berjas itu dengan senyum penuh arti.

“Saya… tidak haus,” jawab Kevia pelan.

Pria itu memasang wajah kecewa. "Minuman ini sudah dituang. Sayang kalau tak diminum."

Riri berbisik di telinganya, nadanya dingin. “Minum. Atau aku tinggalkan kau di sini.”

Ketakutan mencengkeram Kevia. Dengan tangan gemetar, ia mengangkat gelas itu ke bibir. Cairan asingnya pahit, meninggalkan sensasi aneh di lidah.

“Habiskan,” desis Riri.

Kevia menuruti, meneguk sampai habis meski lidah, tenggorokan dan perutnya terasa berontak.

“Kalau begitu, saya permisi dulu, Om,” ucap Riri bangkit, senyum liciknya terkembang. “Selamat bersenang-senang.”

Kevia ikut berdiri, ingin segera melangkah pergi. Tapi sebelum kakinya menjejak pintu, sebuah tangan kokoh mencekal pergelangannya membuat ia tersentak.

“Mau ke mana, gadis cantik?” suara pria itu dalam, menahan langkahnya.

Bibir Kevia bergetar. Dadanya bergemuruh.

“Lepaskan!” Kevia mencoba melepaskan cekalan tangan pria itu.

“Riri—!” Belum sempat ia melanjutkan, suara dingin saudara tirinya memotong.

“Diam di sini… dan layani Om ini baik-baik. Atau ibumu—”

“Ahh!” pekik Kevia, matanya membelalak.

Tanpa memberi kesempatan, Riri mendorongnya keras hingga tubuh Kevia membentur dada pria paruh baya. Napasnya tercekat, tubuhnya limbung. Dengan senyum licik, Riri menutup pintu kamar rapat-rapat.

Klik!

Bunyi kunci itu terasa seperti vonis.

"Riri, jangan tinggalkan aku!" teriaknya frustrasi.

Tapi pria itu langsung menarik lengan Kevia, menyeretnya menuju ranjang dengan tatapan penuh hasrat.

“Tidak! Lepaskan aku!” teriak Kevia, tubuh mungilnya meronta.

Namun tiba-tiba kepalanya terasa berat, pandangannya berputar. Obat yang bercampur dalam minuman tadi mulai bekerja. Tubuhnya melemah, napasnya memburu, kulitnya terasa panas dingin.

“T-tidak… jangan…” suaranya parau.

Pria itu mendorongnya hingga terjatuh di ranjang. Kevia menjerit, tangannya menepis, kakinya menendang, tapi kekuatannya terkikis habis.

"Ya Tuhan… tolong aku…" batinnya menangis di antara rasa pusing yang kian menguasai.

Lalu—

BRAK!

Pintu kamar hotel terhempas terbuka, menghantam dinding dengan dentuman keras.

Kevia membeku di tempat, tubuhnya menegang. Pria paruh baya itu sontak menoleh, wajahnya terkejut.

Di ambang pintu, berdiri sosok pria berkemeja hitam. Lampu redup kamar hanya menyorot setengah wajahnya, menyisakan bayangan kelam yang menegaskan sorot matanya. Dingin, tajam, dan penuh rahasia.

...🌸❤️🌸...

Note :

Ingin tahu kisah Kevia sebelum semua ini terjadi? Kamu bisa membacanya di novel “DEBU (Demi Ibu)”, yang mengisahkan perjuangannya menghadapi derita bersama orang tua dan keluarga tirinya

To be continued

Terpopuler

Comments

mery harwati

mery harwati

Author dirimu buat novel on going tentang Kevia 2 versi? Versi pertama Kevia masih SMP, yang sekarang Kevia sesudah lulus SMA kah? Haaiyya thor di novel yang satu belum terbongkar siapa Om ganteng yang 2x menolong Kevia & Kevia udah bales dengan menolong mendonorkan darahnya pada saat Om ganteng kecelakaan meskipun dia belum tau nama Om ganteng
So selama sekolah masa SMA, penolong Kevia adalah Kevin
Aq berpikir itu yang menyelamatkan Kevia adalah Om ganteng yang mencari Kevia & mau terimakasih karena menyelamatkan nyawanya saat Om ganteng kecelakaan
Tapi tau ah hanya author yang tau 😄

2025-09-04

5

anonim

anonim

Gila ini para tiri - ibu dan anak - menjual Kevia dengan ancaman kalau Kevia menolak - Rima tak akan membawa ibunya cuci darah. Riri tak berakhlak menyeret Kevia masuk ke club malam - melakukan transaksi sama pria yang dipanggil Om oleh Riri. Si Om kasih minuman ke Riri dan Kevia yang di campur obat butiran halus apa tuh.
Si Om yang di tolong Kevia ada di hotel itu juga ya.
Riri perempuan laknat memaksa Kevia minum yang sudah dicampur obat - dan segera meninggalkan Kevia bersama si Om.
Naaaa...ada seseorang yang menolong Kevia.

2025-09-05

1

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

hadir kak Nana...
semoga om yg menolong Kevia om yg dari dulu menolong nya... dan Kevia yg telah mendonor kan darah nya...

2025-09-04

2

lihat semua
Episodes
1 1. Dijual
2 2. Memastikan
3 3. Simpulan
4 4. Nekat
5 5. Bebas
6 6. Yoga
7 7. Tamu
8 8. Putus Asa
9 9. Tawar Menawar
10 10. Menikah?
11 11. Bagaimana Bisa?
12 12. Pertemuan
13 13. Kakak Ketemu Gede
14 14. Dua Sosok Berbeda
15 15. Pendekatan Halus
16 16. Kembali Hadir
17 17. Sulit Menghindar
18 18. Membela
19 19. Kembali Ditolak
20 20. Sinting
21 21. Perasaan Aneh
22 22. Antara Mimpi dan Nyata
23 23. Mimpi atau Nyata?
24 24. Hati yang Goyah
25 25. Amburadul
26 26. Diremehkan
27 27. Rasa Tak Rela
28 28. Takut Kehilangan
29 29. Ambil Saja
30 30. Usil
31 31. Terluka
32 32. Tempat yang Telah Terisi
33 33. Jangan Sombong
34 34. Diikuti
35 35. Misi Sukses
36 36. Menjemput
37 37. Perkelahian
38 38. Harga Diri Luluh Lantah
39 39. Antara Ngeri dan Lega
40 40. Ditangkap
41 41. Paket misterius
42 42. Pengagum Rahasia
43 43. Sorotan
44 44. Kehadiran Tak Terduga
45 45. Kehilangan Jejak
46 46. Frustrasi
47 47. Menyerah
48 48. Dilema
49 49. Tetap Misteri
50 50. Teka-teki
51 51. Jujur
52 52. Merebut
53 53. Tak Menyangka
54 54. Manis
55 55. Tak Tahu Apapun
56 56. SKSD
57 57. Berubah Drastis
58 58. Bimbang
59 59. Memulai dari Awal
60 60. Menemukan Pola
61 61. Beda Jauh
62 62. Konspirasi
63 63. Bukti
64 64. Porak Poranda
65 65. Sulit Menahan Diri
66 66. Menghasut
67 67. Lost Control
68 68. Harusnya Takut
69 69. Foto
70 70. Keikhlasan yang Menyakitkan
71 71. Bukan Tak Cinta
72 72. Viral
73 73. Satu Minggu
74 74. Bukti
75 75. Berpengaruh
76 76. Pengumuman
77 77. Mengelak
78 78. Keputusan
79 79. Keputusan terakhir
80 80. Ingin Membatalkan
81 81. Terlalu Mirip
82 82. Dua Nama
83 83. Sensitif
84 84. Drop
85 85. Terguncang
86 86. Permintaan
87 87. Kebenaran yang Diungkap
88 88. Tak Bisa Menolak
89 89. Takut Berpaling
90 90. Undangan
91 91. Cemburu
92 92. Takut
93 93. Marah dan Kecewa
94 94. Amarah yang Belum Reda
95 95. Meski Ngambek
96 96. Nama Lain dari Cinta
97 97. Tak Percaya
98 98. Sisi Lain
99 99. Tak Sesuai Skenario
100 100. Menekan
101 101. Sudah Terlambat
102 102. Interogasi
103 103. Pemusnahan Terstruktur
104 104. Tak Ada Keringanan
105 105. ISTRIKU BADAS
106 106. Bahagia Itu Sederhana
Episodes

Updated 106 Episodes

1
1. Dijual
2
2. Memastikan
3
3. Simpulan
4
4. Nekat
5
5. Bebas
6
6. Yoga
7
7. Tamu
8
8. Putus Asa
9
9. Tawar Menawar
10
10. Menikah?
11
11. Bagaimana Bisa?
12
12. Pertemuan
13
13. Kakak Ketemu Gede
14
14. Dua Sosok Berbeda
15
15. Pendekatan Halus
16
16. Kembali Hadir
17
17. Sulit Menghindar
18
18. Membela
19
19. Kembali Ditolak
20
20. Sinting
21
21. Perasaan Aneh
22
22. Antara Mimpi dan Nyata
23
23. Mimpi atau Nyata?
24
24. Hati yang Goyah
25
25. Amburadul
26
26. Diremehkan
27
27. Rasa Tak Rela
28
28. Takut Kehilangan
29
29. Ambil Saja
30
30. Usil
31
31. Terluka
32
32. Tempat yang Telah Terisi
33
33. Jangan Sombong
34
34. Diikuti
35
35. Misi Sukses
36
36. Menjemput
37
37. Perkelahian
38
38. Harga Diri Luluh Lantah
39
39. Antara Ngeri dan Lega
40
40. Ditangkap
41
41. Paket misterius
42
42. Pengagum Rahasia
43
43. Sorotan
44
44. Kehadiran Tak Terduga
45
45. Kehilangan Jejak
46
46. Frustrasi
47
47. Menyerah
48
48. Dilema
49
49. Tetap Misteri
50
50. Teka-teki
51
51. Jujur
52
52. Merebut
53
53. Tak Menyangka
54
54. Manis
55
55. Tak Tahu Apapun
56
56. SKSD
57
57. Berubah Drastis
58
58. Bimbang
59
59. Memulai dari Awal
60
60. Menemukan Pola
61
61. Beda Jauh
62
62. Konspirasi
63
63. Bukti
64
64. Porak Poranda
65
65. Sulit Menahan Diri
66
66. Menghasut
67
67. Lost Control
68
68. Harusnya Takut
69
69. Foto
70
70. Keikhlasan yang Menyakitkan
71
71. Bukan Tak Cinta
72
72. Viral
73
73. Satu Minggu
74
74. Bukti
75
75. Berpengaruh
76
76. Pengumuman
77
77. Mengelak
78
78. Keputusan
79
79. Keputusan terakhir
80
80. Ingin Membatalkan
81
81. Terlalu Mirip
82
82. Dua Nama
83
83. Sensitif
84
84. Drop
85
85. Terguncang
86
86. Permintaan
87
87. Kebenaran yang Diungkap
88
88. Tak Bisa Menolak
89
89. Takut Berpaling
90
90. Undangan
91
91. Cemburu
92
92. Takut
93
93. Marah dan Kecewa
94
94. Amarah yang Belum Reda
95
95. Meski Ngambek
96
96. Nama Lain dari Cinta
97
97. Tak Percaya
98
98. Sisi Lain
99
99. Tak Sesuai Skenario
100
100. Menekan
101
101. Sudah Terlambat
102
102. Interogasi
103
103. Pemusnahan Terstruktur
104
104. Tak Ada Keringanan
105
105. ISTRIKU BADAS
106
106. Bahagia Itu Sederhana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!