Seorang pria bernama Boby Goloberg berusia 25 tahun, mati mengenaskan ditabrak oleh Truck-kun.
Bagaimana nasibnya selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A Giraldin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13.2 V2: Newspaper
Misi 1
- Mengalahkan 10 Bruberg (makhluk mirip harimau). Bayaranmu sebesar 10.000 yen.
- Buat 3 ramuan hijau. Bayaranmu sebesar 1.000 yen.
- Buat rumah keren. Tak ada bayaran untuk ini.
“... Bruberg! Makhluk kemarin harus ku kalahkan kah! Yang benar saja, mana mungkin aku bisa.”
Kepasrahannya membuat Trash-kun beraksi. “Cobalah gunakan otak kecil anda, Boby-sama! Dengan jari-jemari saja, sebuah keajaiban bisa terjadi kan!”
“Bisa saja, tapi... eemm... mungkin aku bisa mengalahkan sebanyak itu kali ya!”
Rasa percaya diri mulai kembali. “Tali berbahan ranting-ranting berjatuhan, sepertinya bisa ku gunakan untuk mengikat kesepuluhnya. Sebenarnya, aku ingin menciptakan pisau, tapi... itu agak sedikit sulit.”
Trash-kun membalas: “Bisa kok. Kalau tak mau membuatnya, Boby-sama bisa membeli hal seperti itu. Mau melihatnya!”
“Boleh.”
“Ini dia.”
Layar biru kembali. Ada banyak sekali senjata terlihat.
Pisau krumble. Bentuknya seperti pisau dapur. Warnanya layaknya bulu phoenix. Kegunaannya hanya untuk masak-masak. Tak bisa membunuh hewan. Manusia juga sama.
Karena kesananya hanya berfungsi sebagai hiasan, untuk masak-masak lagi, dan lain sebagainya yang tak berguna untuk pertahanan diri, tatapan mata Boby dari ceria menjadi suram tingkat dewa.
“Apa-apaan ini!? Masak-masak, hiasan, tak ada yang bisa ku gunakan untuk mengalahkan makhluk-mahkluk mengerikan itu selain sihir kah!”
“Benar sekali.”
Embusan angin sepoi-sepoi membuat suasana hatinya menjadi lebih parah lagi. “Tanganku saja yang berguna ternyata.”
“Oyy! Ja-jangan pergi terlalu jauh, Boby-sama! Sekarang, fokus saja dulu mengalahkan Bruberg!”
Larangan dan perintah dalam waktu bersamaan membuat otaknya agak pusing. Posisi duduk jongkoknya berubah menjadi berbaring. “Jadi?”
“... kalau berhasil mengalahkan kesepuluh Bruberg, akan ku beritahu tempat orang-orang berkumpul, rahasia gelap hutan wilayah ini, dan tujuanmu sebelum melawan raja iblis.”
Tawarannya cukup menarik. “Tak buruk. Oke, waktunya otak kecil ini bekerja.”
Boby kembali seperti semula. “Bisa gitu ya!” komen Trash-kun.
Beralih dari itu semua, selama berhari-hari lamanya, mungkin sekitar seminggu lebih, Boby terus berusaha membuat tali-tali dan jebakan lainnya agar bisa membuat para Bruberg terbunuh.
“Oke, persiapan sudah selesai.”
Sekarang, Boby berada di atas dahan pohon. Kurang lebih, sesuatu yang cukup mengejutkan akan segera dilakukannya.
Di bawah pijakannya, tali dengan lubang besar sudah siap. Di depannya, 10 Bruberg melingkar.
“Hehehe,” tawanya kecil. Tak ada sedikitpun rasa takut pada dirinya.
Ia melihat ke atas. Tali di atas membuat dirinya bisa bergelantungan ke sana dan kemari sesuka hati. layaknya menjadi Tarzan atau mungkin seekor monyet simplenya.
Apakah itu yang akan dilakukannya untuk memancing para Bruberg?
Bagian belakangnya sampai finishnya di tempat api unggun beberapa hari sebelumnya, terdapat dua jebakan. Tali kalau mereka melompat dan terus berlari akan jatuh lubang.
Bagaimana cara Boby bisa menggali tanah?
“Daripada beli, hasil tangan sepertinya cukup baik. Ini agak melelahkan, tapi usahaku tak sia-sia.”
Sekitar dua hari yang lalu sebelum hari ini, Boby berhasil membuat sekop. Berarti, hanya selama dua hari lamanya dirinya menggali.
Beralih dari situ, senyumannya menjadi lebih lebar.
“Hehehe. HAHAHAHA!”
Tawa keras ia lantangkan. Para Bruberg langsung melihat ke arahnya. Kedua tangannya di ke ataskan. “LIHATLAH KE SINI PARA PECUNDANG!” perintahnya.
Rauangan penuh amarah berupa gemetar gigi terdengar cukup keras. “Hehh...” senyuman penuh rasa merendahkan dikeluarkan. “Lemah.”
Kata-kata kecil, namun pendengaran tajam mereka membuat tiga Bruberg melompat ke arahnya.
“WOYY! JANGAN LANGSUNG BERSAMAAN SEPERTI ITU!” perintahnya kencang.
“AAAA... KA-KABURRR...” karena tak tahu harus apa lagi, ia langsung melompat ke tali yang ada di atasnya dan berusaha mengayunkan badannya ke depan menuju api unggun.
“AAAA... CA-CAKAR MEREKA HAMPIR MENGENAIKU.”
Tiga Bruberg untungnya hanya memiliki dua kali kesempatan. Dahan kayu sudah tak kuat menampung Bruberg bertubuh berat, dan ayunan Boby sudah jauh, berarti dalam waktu bersamaan...
BRUKK!
Tiga Bruberg jatuh ke lubang super dalam. 7 Bruberg sisa menjadi marah dan langsung main lompat-lompatan.
“Kekeke.” Boby membalikkan badannya ke belakang. Baru saja mendarat di dahan selanjutnya, 7 Bruberg mulai mendekatinya satu persatu.
“AAAAA! KA-KASIH AKU ISTIRAHAT DULU DOOONGGG!!!”
Setelah meneriakkan itu, Boby hanya bisa terus menghindari serangan mereka. Hingga akhirnya, hanya tersisa satu Bruberg yang masih hidup dan dirinya yang kelelahan sampai tak kuat melompat lagi.
Di depannya adalah garis finish. “Aaaa... di-disana adalah garis akhirku. A-aku harus ke sana.”
“ROAARRR!!!” teriakan keras menerkamnya dari belakang. Ketika hampir menyentuh Boby, dahan keburu patah dan Boby jatuh duluan sebelum Bruberg.
Kedua mahluk ini sama-sama ketakutan. Satu menyerang dan satu menghindari dengan penuh rasa lelah.
“Aaaa... a-aku akan mati.”
Ketika hampir mati, tubuh lemahnya membawa keberuntungan. Ia agak ke geser sedikit ke depan dan Bruberg yang kebesaran tak sengaja mendorongnya dengan badan lembutnya.
Boby mendarat dengan keren sekali, sedangkan Bruberg jatuh dengan sangat konyol.
Pertarungan pun berakhir. Boby adalah pemenangnya.
“Hahaha. A-aku menang.”
Debu dan keringat hampir menyelimuti keseluruhan tubuhnya. “A-aku me-menang...”
Setelah mengatakan itu, Boby langsung terbaring tengkurap. Ia tak sadarkan diri dalam waktu yang sangat lama.
Trash-kun yang tak bisa apa-apa hanya terus berkata-kata agar Boby mendengar suaranya dan dirinya terbangun.
Beberapa jam kemudian...
“Eee... di-dimana ini?” tanyanya.
Ia mulai bangkit perlahan. Mengedipkan kedua matanya perlahan. “Masih di sini ternyata.”
Ia melihat ke belakang. Senyum tipis keluar. “Bruberg sudah mati semuanya. Trash-kun, kau di mana?”
Sambil bertanya-tanya dan melirik sekitar, akhir pandangan, yakni belakang, akhirnya Trash-kun ketemu.
Trash-kun langsung menempelkan dirinya tepat di jantungnya. “HUWEEE!! Boby-sama masih hidup. A-aku khawatir sekalii!!!”
Tangisan keras penuh khawatir dari Trash-kun membuat hati Boby sedikit luluh. “Hahaha. Kau menangis berlebihan. Mana mungkin aku mati secepat itu.”
Kukuruyukk...
Wajah Boby memerah sedikit. “Eeemm... a-aku makan apa baiknya?”
“Beli saja dari sistemku.” Dirinya agak menjauh dari Boby.
Layar biru kembali. Banyak sekali makanan berbiaya murah. Bersamaan munculnya itu, suara keren muncul, yakni: [You defeat Bruberg. Level Up.]
“... suara tadi maksudnya apa, Trash-kun?”
“Artinya adalah kau mengalahkan Bruberg. Naik tingkat.”
“Tingkatku berapa sekarang?” tanyanya penasaran.
Layar biru dialihkan. “Sekarang tingkat 1. Awalnya tingkat 0. Naik satu, itu hebat bukan?”
“Kau benar sekali. Oh iya, gunanya tingkat itu apa?”
“Nanti Boby-sama bisa tahu sihirmu itu apa. Sihir itu sangat hebat.”
Ia tersenyum tipis. “Begitu ya. Berarti sekarang... waktunya makan dan tidur.”
“Baik.”
Makan malam adalah ramen seharga 500 yen. 10.000 yen tersisa 9.500 yen lagi sekarang.
Tanpa api unggun, Boby memutuskan untuk tidur. Ia sangat lelap hingga akhirnya pagi pun tiba.
Begitu berdiri serta sedikit merapikan diri, sesuatu yang agak aneh terjadi.
“Kenapa debunya gampang hilang dan... aku tak bau badan?”
“Air tak berguna di sini. Oh iya, keringat mungkin air, tapi itu akan hilang begitu saja. Bau badan tak akan kau alami. Debu pasti hilang, kalau tidak, pengguna sihir paling langka setelah api, yaitu air berarti sudah ada.”
“Kurang lebih seperti itu, dan... tak perlu terlalu dipikirkan, Boby-sama.”
Ia tersenyum tipis kembali. “Oke. Sekarang, waktunya menjelajah ke... eemm... aku ingin ke tempat para manusia berkumpul.”
“Akan ku perlihatkan di mana. sebenarnya peta ini tak hitam, tapi... sudahlah. karena rasa sedikit bersalahku, ku perlihatkan saja seperti apa keseluruhannya.”
Peta hitam ini akhirnya menunjukkan warnanya. Warna-warni terlihat dan banyak sekali logo keren.
Nama-nama setiap tempat juga ada. Salah satunya adalah hutan tempatnya sekarang yang bernama Woman Forest.
“Bahasa jepangnya apa, tempatku sekarang ini, Trash-kun?” tanyanya.
Trash-kun menjawab: “Hutan Wanita. Lalu... sebelum ke tempat para manusia atau orang-orang berkumpul, ku beritahu dulu tujuanmu di sini. Boby-sama sudah siapkah! Cerita ini agak panjang, tapi... tolong kesabarannya ya!”
“Ceritakan saja. Aku sendiri tak terlalu mempedulikannya.”
“Oke. Jadi...”
Trash-kun bercerita tengan Woman Forest ini. Dirinya bilang bahwa tempat ini sangatlah mengerikan. Semua wanita dijadikan budak. Bukan sebagai budak *** melainkan dijadikan layaknya hewan peliharaan. Parahnya lagi, ada 100 dewi yang bernasib seperti itu.
100 dewi ini dulunya berkuasa di kerajaan tempat raja iblis sekarang berada. Tuan jahat mereka tiada, mereka biasa-biasa saja, namun saat tuan baru ada, tempat tinggal layak tak mereka dapatkan kembali.
Berupa penjara dengan pakan sehari-hari yakni padi atau disini disebut proft mentah saja atau belum menjadi beras.
Sehari-hari, hukuman cambuk tak henti-henti. 100 dewi dan ribuan wanita lainnya diperlakukan secara tak adil. Tak semua wanita berada dalam penjara, ada juga yang di ke alamkan.
Biarkan alam yang menghukum mereka. Itu berlaku untuk ribuan wanita, 100 dewi aman-aman saja.
Dari cerita ini, kurang lebih setelah selesai menceritakannya, Trash-kun langsung berkata: “Tujuanmu adalah membebaskan keseratus dewi itu. apakah kau bisa melakukannya, Boby-sama?”
Ia tersenyum tipis. “Kenapa aku harus memedulikan mereka semua?” tanyanya.
Pertanyaan aneh, dijawab dengan bayaran. “Kalau kau berhasil menyelamatkan keseratus perempuan itu, sehari-hari kau akan tinggal di kerajaan bekas raja iblis nanti.”
“Harusnya dihancurkan, namun dengan kembalinya 100 dewi dan satu tuan mereka, kerajaan tak akan dihancurkan oleh alam, melainkan menjadi lebih baik atau kembali ke kondisi semula.”
Dirinya tersenyum lebar. “Bagus juga tawarannya. Kalau begitu, aku akan menyelamatkan mereka semua semampuku. Sekarang, ke tempat semua orang berkumpul dulu berarti ya!”
“Ya. Lalu... semua wanita juga masih ada di tempat tengah hutan ini. Dalam kondisi baik maksudku.”
“Kenapa bisa seperti itu?”
“Bangsawan dan rakyat jelata + dewi. Kau mengerti maksudku bukan?”
Tatapan serius ditunjukkan. “Aku mengerti. Dunia ini ternyata tak adil ya!”
Boby melangkahkan kakinya sedikit demi sedikit.
“Anda benar sekali, Boby-sama.”
Keduanya pun berjalan bersama menuju tempat orang-orang berkumpul. Bagian tengah hutan ini penuh gambaran bangunan-bangunan megah serta biasa saja.
Setelah menempuh jarak sejauh 10 km, akhirnya Boby dan Trash-kun sampai di depan gerbang masuk menuju tempat bernama Agrety Imoltry.
Forest Woman, selain hutan, hanya ada kota dan desa super luas di pertengahan. Ya, itulah Agrety Imoltry. Walaupun mengerikan, ada beberapa hal baiknya.
“Hah... Hahh... Hahh...”
Napas keduanya ngos-ngosan.”A-akhirnya aku sampai!” seru serentak.
Boby berkata: “A-ayo masuk ke dalam, T-trash-kun!”
“Hoshh... Hoshh... ba-baik.”
Setelah itu, mereka berdua masuk begitu saja. Luar terlihat gelap. Begitu masuk, sesuatu yang mengejutkan tiba-tiba terjadi. Begitu berada di dalam, maju-mundur dilakukan.
Itu sangat keren. Awalnya gelap, menjadi berwarna persis peta. Konsepnya mirip seperti hadiah dari Trash-kun. Menginjakkan kaki artinya berwarna dan menyelesaikan misi juga sama.
Kurang lebih seperti itu konsep yang mudah dipahaminya.
Lalu, beralih dari itu semua, Boby terpukau saat melihat bagian depannya. “Waaaww! Keren sekali. Banyak sekali bangunan-bangunan keren di depanku.”
Rumah jepang modern-old semua itu tercampur di bagian sisi. Sisi kedua berupa gedung-gedung tinggi mirip hotel, kantor, dsb. Dan itu semua diakhiri dengan tengah yang berupa kastil megah gaya eropa abad ke-20an.
“Aku seperti berada di dunia fantasi sekarang.”
Trash-kun mengeluarkan suara penuh bahagia. “Selamat datang di bagusnya bagian luar, yakni Agrety Imoltry. Juga...”
Suaranya jadi serius. Ia lanjut berkata: “Buruknya bagian dalam, yang juga sama, yaitu Agrety Imoltry.”