Di malam pertama pernikahannya, Siti mendengar hal yang sangat membuatnya sangat terluka. Bagaimana tidak, jika pernikahan yang baru saja berlangsung merupakan karena taruhan suaminya dan sahabat-sahabatnya.
Hanya gara-gara hal sepele, orang satu kantor belum ada yang pernah melihat wajah Siti. Maka mereka pun mau melihat wajah sebenarnya Siti dibalik cadar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Rencana Siti untuk pergi harus batal, terus saja Asih memohon memintanya untuk tinggal bersamanya di apartemen milik Teo yang sekarang sudah menjadi milik Asih dan anaknya.
Mengutip apa yang pernah dikatakan Siti, mereka sama-sama sendiri sedang hamil pula harus saling mendukung dan menemani untuk saling menguatkan. Bukan pergi meninggalkan.
"Kecuali kamu kembali bersama Gio baru boleh pergi dari apartemen ini."
Siti terdiam.
"Aku juga memintamu untuk kembali ke kantor, aku ingin berkontribusi lagi untuk perusahaan. Itu yang diinginkan suamiku."
Siti semakin terdiam. Menghindar bukan jalan keluar yang baik justru akan membuat masalah semakin berlarut-larut. Lagi pula belum tentu juga Gio akan memegang langsung perusahaan seperti dulu.
Siti menaruh barang-barang di kamar satunya lagi, dia menatap layar ponsel. Gio tidak ada sama sekali menghubungi atau mengirim pesan padanya. Dia sangat merindukannya, walau terlihat sedikit kurus dan tidak terurus tapi suaminya itu tetap tampan di matanya. Apa iya Gio masih suaminya?.
Di lain tempat, Gio sudah membuka dan membaca isi dari map yang diberikan Teo. Perusahaan dikembalikan padanya. Teo hanya meminta yang merupakan bagiannya untuk diberikan pada Asih sekaligus tetap membiarkan wanita itu bekerja di perusahaan.
Kenapa harus diberikan pada Asih? pikirnya.
Untuk bagian Leo dan Jun sudah dibayar Teo dengan sejumlah uang yang diminta kedua sahabatnya itu.
Gio merapikan mapnya saat Liani datang.
"Aku sudah memesan tiket untuk kembali besok sore." Karena mereka di sini hanya untuk pemakaman Teo setelahnya mereka akan kembali lagi ke Jerman.
"Tidak bisa besok sore, karena aku harus melihat kantor."
Liani menahan napas sejenak. "Kamu sudah janji tidak akan lama tinggal di sini, pemakaman Teo juga sudah selesai jadi untuk apa lagi kamu tetap berada di sini?."
Liani sangat takut jika Gio akan bertemu Siti dan kembali menggoyahkan pikiran dan hatinya. Makanya Gio tidak boleh lama-lama berada di sini.
"Aku tidak mau berdebat, kalau mau pulang duluan silakan tapi aku masih harus di sini." Kemudian Gio masuk ke dalam kamar.
Di dalam kamar Gio mengambil ponselnya, tidak apa satu pun pesan dari Siti. Kenapa?. Dia pun belum ada melihat Siti. Makanya Gio masih ingin di sini, kalau menemui Siti sangat sulit paling tidak bisa melihatnya walau dari kejauhan.
Dua anak manusia yang berada di tempat yang berbeda tapi memiliki rasa yang sama, rindu. Mereka masih terjaga dengan hati dan pikiran yang tertuju terhadap satu sama lain.
Keesokan harinya.
Seperti yang Siti katakan, boleh bersedih atas kehilangan Teo tapi sewajarnya saja. Dia harus bangkit dan tetap kuat untuk dirinya sendiri dan juga anaknya. Mencoba tegar di tengah rasa kehilangan dan bahkan dia belum pernah dicintai sepenuhnya oleh suaminya. Pernikahan mereka terjadi karena tanggung jawab kepada anaknya.
Asih mendatangi kantor dan langsung menemui Gio setelah menghubunginya tadi pagi.
"Kamu sedang hamil?," tanyanya pertama kali saat bertemu Asih.
"Iya," sambil tersenyum.
"Kamu tidak masalah sedang hamil bekerja?," Gio hanya ingin memastikan keamanan untuk Asih.
"Insya Allah aku tidak akan apa-apa, aku bekerja tidak sendiri karena ada Siti yang akan membantu."
Gio diam sambil menatap Asih.
"Tapi aku ingin tahu kenapa Teo memberikan bagian perusahaan ini untukmu?." Kalau mau diberikan pun seharusnya itu pada Siti karena kemungkinan terbesarnya Siti mengandung anak Teo.
"Kamu tidak tahu?," tanya Asih menyelidik.
"Makanya aku bertanya padamu."
Kemudian Asih tersenyum.
"Padahal Siti sudah mengirim pesan padamu, mungkin kamu malas membacanya karena sudah ada yang menggantikan Siti." Sinis Asih.
Gio diam lalu mengecek ponselnya, memastikan kebenaran dari perkataan Asih. Tapi memang dia tidak menerima pesan apapun dari Siti.
"Tidak ada," Gio menunjukkan layar ponselnya pada Asih.
"Mungkin sudah kamu hapus," tuduh Asih.
"Tidak mungkin aku menghapus pesannya, sudah lama aku sangat menunggunya." Lirihnya.
Asih tahu Gio jujur, berkata dari hatinya.
"Teo memberikan bagian perusahaan ini padaku hanya untuk anaknya."
Mata Gio membulat sambil tertuju pada perut Asih. "Teo menghamili dua wanita sekaligus?."
Asih yang merasa gemas plus kesal dan gregetan pada Gio sampai berani memukul keras lengan Gio. Dia bodo amat mau dikatai kurang ajar, habis kesabarannya setipis tisu satu layer.
"Dan kamu harus ingat! Hanya aku wanita yang dihamili Teo!."
Gio segera menahan tangan Asih yang hendak keluar dari ruangannya.
"Apa maksudmu?."
"Temui saja Siti di apartemen Teo, maksudku apartemen Teo yang sudah diberikannya padaku dan sudah atas namaku."
Kemudian Gio melepaskan tangan Asih dan membiarkannya pergi. Dia pun menyusul tapi langsung ke apartemen Teo.
Gio sudah menekan bel dan tak lama pintu di buka.
Gio dan Siti sama-sama diam, mata mereka saling tatap. Sorot mata mereka menggambarkan kerinduan yang telah lama mereka pendam. Sekarang pun mereka masih memendamnya. Siti tidak mau memperburuk suasana hatinya di tengah Gio sudah bertunangan dengan Liani.
Mata Gio turun ke bawah di mana perut Siti semakin terlihat. Apa itu benar anaknya?. Karena Teo hanya menghamili Asih seperti yang dikatakan wanita itu.
Lalu kemudian Siti yang lebih dulu bicara.
"Asih sudah berangkat ke kantor."
"Aku mau menemuimu."
"Ini apartemen Asih, tidak enak kalau aku memasukkan orang lain."
"Asih yang memintaku datang ke sini menemuimu, kata Asih kamu bisa menjelaskan semuanya."
Kemudian Siti membuka lebar pintu, mempersilakan Gio masuk lalu mereka duduk saling berhadapan. Gio menyampaikan kembali apa yang dikatakan Asih mengenai pesan yang telah dikirim Siti.
Siti pun memperlihatkan pesan yang dikirimnya pada Gio. Kening pria itu mengerut kenapa tidak bisa masuk ke ponselnya atau memang sudah ada yang menghapusnya.
Yang ingin didengar sudah didengarnya langsung dari mulut Siti. Gio meneteskan air mata kebahagiaan, hati kecilnya tidak membohonginya. Hanya saja dia terlalu pengecut untuk berjuang lebih keras lagi meyakinkan pikiran akal sehatnya.
Siti pun menyinggung tentang Gio sudah bertunangan dengan Liani, wanita itu juga memintanya untuk mengakhiri hubungan di antara mereka jika hendak menikah lagi.
Dia tidak akan menahan atau meminta pertanggungjawaban dari Gio. Dia masih bisa menghidupi mereka berdua
Gio mengusap air matanya, kini giliran dirinya yang mengatakan alasan dibalik dirinya bertunangan dengan Liani. Itu bukan semata karena keinginannya tapi melainkan karena orang tuanya, Gio tidak mau melihat kesusahan orang tuanya.
"Kamu pernah merasakan susah dan rasanya sangat tidak enak, jadi bahagiakan lah orang tuamu selagi mereka ada. Jangan sampai kamu menyesal."
Gio tertunduk, dia sangat bahagia Siti dan anaknya hanya miliknya. Tapi di sisi lain dia sudah berjanji pada orang tuanya.
Siti bangkit dan membuka pintu saat bel berbunyi. Seseorang telah memberikan surat padanya, atas namanya.
Di hadapan Gio, Siti membuka suratnya yang berisi tentang perceraian mereka yang harus ditandatanganinya. Lebih cepat dari yang seharusnya.
Siti hamil anak Gio
saat kejadian malam kelam yg lalu,AQ yakin bahwa yg tidur dgn Teo bukanlah Siti melainkan Asih
tetap semangat berkarya kak 💪💪🙏🙏
semoga asih n teo dpt karma yg lebih kejam dari perbuatan nya pada siti