Vira, seorang anak perempuan yang polos dan cantik selalu dikurung oleh ayahnya untuk menghasilkan uang dengan menjual tubuhnya.
Hingga suatu malam itu Vira mendapatkan pelanggan yang sangat berbeda dan cukup unik, berbicara lembut padanya dan bahkan memakaikan baju untuknya.
Namun, Vira tidak menduga bahwa pertemuannya itu justru mengubah nasibnya di masa depan nanti.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? dan takdir nasib apa yang tengah menunggunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sofiatun anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Beberapa hari berlalu dan kini saatnya Sen membawa Vira pergi. Setelah memastikan kondisi Vira yang sepertinya mulai membaik karena bantuan Eli, Sen pikir ia tidak bisa menunda waktu lagi.
"Terima kasih Eli, untuk semuanya" ucap Sen pada Eli yang ikut mengantar kepergian Sen dan Vira yang akan berangkat pagi-pagi sekali.
Elsen pun memaksakan untuk bangun pagi hanya untuk ikut melihat paman Sennya hendak pergi, sambil menahan kantuknya Elsen beberapa kali jatuh tidur dengan posisi berdiri hanya untuk membantu Sen menyiapkan barang-barangnya.
"Hati-hati di perjalanan ya, semoga bisa sampai dengan selamat" ucap Eli.
"Dah... Kak Vira! Lain kali kakak datang lagi ya!" ujar Elsen dengan berteriak menahan kantuknya.
"Terima kasih juga untuk kudanya Eli, tapi saya rasa satu saja cukup" ucap Sen melihat kedua kuda yang tadi pagi Eli siapkan lebih awal.
"Ahh... Benar juga... Kalau begitu kalian bisa membawa satu saja" ujar Eli mengingat Vira tidak bisa naik kuda ia justru menyiapkan dua karena berpikir akan kesusahan membawa barang dengan hanya satu kuda.
"Vira... Apa tadi malam anda tidur dengan baik?" tanya Eli pada Vira yang menjawab dengan anggukan.
"Vira... Saya akan selalu mendoakan keselamatan untuk anda dan juga Sen, anda masih sangat muda tapi takdir yang anda pikul terlalu besar, saya harap anda selalu mendapat perlindungan..." ujar Eli lalu memeluk Vira dengan sayang.
"Saya juga sudah menyiapkan beberapa aromaterapi untuk anda, jika anda merasa tidak nyaman gunakanlah sebaik mungkin, Sen juga akan membantu anda" ucap Eli berpesan pada Vira layaknya seorang ibu.
Eli pun menghampiri Sen yang masih mengobrol dengan Elsen.
"Sen... Anda sudah ingat apa yang sudah saya katakan pada anda?" tanya Eli mengingatkan Sen tentang pesannya.
Sen pun mengacungkan jempol sebagai jawaban.
"Tolong jaga Vira dengan baik" pesan Eli sebelum akhirnya mereka berangkat dengan satu kuda saja.
"Daah...!!"
***
Kuda itu pun melesat cepat meninggalkan pedesaan hingga hilang di balik hutan yang mereka lewati.
Hutan itu tidak terlalu lebat dan kemungkinan adalah hutan sering warga desa gunakan untuk mencari kayu bakar dan beberapa tanaman herbal, karena yang terlihat di sini banyak di temukan tanaman obat tradisional.
Panjang hutan pun tidak terlalu luas dan akhirnya mereka keluar dari dalam hutan dan langsung di suguhkan dengan pemandangan alam yang membentang luas bak tak berujung.
Sen terus melaju kudanya menyusuri jalan setapak yang menuntun mereka ke tempat tujuan.
Vira pun masih belum tahu kemana ia akan di bawa oleh Sen, tapi ia hanya diam dan tidak protes sama sekali, sambil sesekali menjulurkan tangannya untuk merasakan angin kencang yang menerpanya ketika kuda mereka berlari kencang.
"Perjalanan ini mungkin akan memakan waktu sampai dua hari dua malam..." ucap Sen saat mereka tengah beristirahat di salah satu gua terdekat untuk bermalam.
"Maaf saya masih belum menjelaskan apapun..." lanjutnya setelah memberikan Vira jatah makannya yang memang sudah disiapkan oleh Eli.
"Saya pikir akan mudah dimengerti jika anda melihatnya langsung, jadi saya membawa anda ke tempat yang menjadi alasan Anda saya bawa kemari, tapi saya yakin anda bisa mengerti"
Entah apa yang harus Vira jawab untuk meresponnya, ia justru hanya diam sambil memakan makanannya masih dengan tatapan yang tertuju pada Sen.
"Rasanya masih agak sulit untuk saya memahami anda, apa ada sesuatu yang bisa anda ucapkan?" tanya Sen sedikit merasa tidak nyaman jika Vira sama sekali tidak meresponnya, karena hal itu justru membuat Sen berpikiran negatif tentangnya di mata Vira.
Vira sendiri pun juga merasa tidak enak jika harus seperti ini terus, ia juga ingin bisa bicara dan mengobrol dengan Sen, Elsen dan Eli, tapi entah kenapa suaranya sama sekali tidak mau keluar.
Beberapa kali Vira mencoba membuka mulutnya untuk mengucapkan sepatah kata pun sama sekali tidak ada yang terdengar.
"Tidak apa jika anda masih belum mau bicara, masih ada banyak kesempatan, anda bisa bicara dengan saya jika anda mau, saya akan menunggu" ucap Sen mencoba menghibur Vira yang terlihat tidak senang karena ia tidak bisa mengatakan sepatah katapun.
Vira tidak pernah bicara sejak pertama kali mereka bertemu, bukan karena Vira bisu atau apapun, dan Sen jelas tahu hal itu dengan sangat baik.
Dari yang ia ketahui dari ramalan kuno yang ia dengar, anak dalam ramalan sama sekali tidak mempunyai kecacatan apapun, ia lengkap dan hampir sempurna, tidak kurang satupun.
Dan ia juga tahu kalau Vira tidaklah bisu hanya saja belum waktunya ia mulai bisa bicara dengan orang lain. Karena selain ciri-ciri yang di sebutkan dalam ramalan, Sen juga punya sesuatu yang membuatnya bisa mengetahui bahwa Vira adalah anak dalam ramalan yang hilang 17 tahun yang lalu.
***
Dua hari dua malam pun telah mereka lewati, dan akhirnya tiba di hari ketiga perjalanan mereka, tak berselang lama dari kejauhan mulai nampak sebuah pemukiman, dengan pemandangan puncak kastil yang berdiri megah di tengah pemukiman itu.
Dan disanalah tempat tujuan mereka.
Sen pun langsung mempercepat laju kudanya, agar bisa sampai sebelum sore hari.
Dan saat itulah Vira tiba-tiba tertegun sambil bergetar ketakutan, dan hanya bisa menggenggam jubah Sen dengan kuat berharap Sen merespon dengan memperlambat laju kudanya.
"Vira, ada apa?" tanya Sen yang sadar tangan Vira menarik-narik jubahnya.
Namun Vira tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun sambil terus menarik-narik jubah milik Sen.
"Vira bisakah anda berhenti? Saya tidak bisa fokus"
Belum sempat Sen melepaskan genggaman Vira di jubahnya tiba-tiba Vira justru menarik jubahnya dengan kuat bersamaan dengan kudanya yang tiba-tiba memekik ketakutan sambil mengangkat kedua kaki depannya.
Alhasil Vira yang tidak menemukan apapun untuk diraih kecuali jubah Sen pun terjatuh dari atas punggung kuda dan terjerembab ke atas tanah.
"Vira!!"
Sementara Sen masih bertahan di atas kudanya yang justru tidak bisa ia kendalikan lagi, entah karena apa, kuda itu terlihat sangat ketakutan.
Vira yang kini berusaha untuk bangkit pun tiba-tiba saja tidak bisa menggerakkan tubuhnya walau satu ujung jari pun, karena tepat di depan wajahnya berdiri sesuatu yang membuatnya dan juga kuda itu ketakutan.
Bayangan hitam...
***