NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta Sang Mafia

Terjebak Cinta Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Bad Boy / Gadis nakal
Popularitas:10.9k
Nilai: 5
Nama Author: lirien

"Mulai malam ini kamu milikku, aku suka 45imu yang manis itu." ujar Kael sambil tersenyum miring.

"Hey kamu bilang anakmu tapi ini apa? Kau berbohong padaku om jelek!" jawab Vanya dengan raut wajah kesalnya.

"Sssttt! diam dan jangan banyak bicara, elus kepalaku!" titah Kael mengusap lembut pipi gemoy Vanya.


>>Mau tau kelanjutannya? simak terus dan jangan skip bab, karna di setiap bab ada kejutannya💥

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketegangan!

Udara di sekolah pagi itu terasa memanas, terlebih di halaman tempat Vanya dan Raka berhadapan.

Vanya dengan tatapan sinis dan marah melihat Raka yang baru saja ia banting ke tanah karena berani menyentuhnya.

"Lo ngapain sialan, jangan berani sentuh gue!" teriak Vanya, jari-jarinya menunjuk tajam ke arah Raka yang masih terduduk lemas.

Raka yang kini berusaha bangkit, mengusap debu di seragamnya, menatap Vanya dengan pandangan penuh harap.

"Sayang, kamu kenapa sih? Ayolah kasih aku kesempatan sekali aja, aku bakalan buktiin kalau kamu bisa cinta sama aku," rayu Raka dengan suara mendesak.

Namun, Vanya hanya mendengus kesal, matanya memancarkan api kemarahan.

"Gue udah punya pacar," jawab Vanya tegas, berusaha mengakhiri percakapan yang tentunya tak penting.

Namun, Raka yang tidak terima, berdiri tegak, menatap Vanya dengan intensitas yang meningkat.

"GAK! PACAR KAMU CUMA AKU, VANYA!" teriaknya keras, membuat beberapa murid yang sedang bermain di sekitar lapangan berhenti dan mendekat, penasaran dengan keributan yang terjadi.

Situasi semakin memanas ketika Calista, teman sekelas Vanya, mendekat dengan raut wajah bingung. "Ini ada apa?" tanya Calista, mencoba memahami situasi.

Vanya, dengan langkah cepat, berjalan meninggalkan Raka yang masih berdiri dengan napas tersengal.

"Urus cowok lo Cal, ganggu gue," jawab Vanya ketus, tidak ingin lagi berurusan dengan Raka atau drama yang dibawanya.

Calista, yang merasa tidak enak, menoleh kepada Raka dengan tatapan simpati sebelum mengikuti Vanya yang sudah jauh di depan. Raka, ditinggalkan sendirian di tengah lapangan, merasakan kekalahan yang pahit.

Kepalanya tertunduk, memikirkan kata-kata Vanya yang tadi menghujam hatinya. Di kejauhan, Vanya terus berjalan, raut wajahnya menunjukkan kelegaan sekaligus kekesalan yang belum sepenuhnya reda, bertekad untuk tidak lagi melibatkan diri dalam permainan cinta satu pihak yang melelahkan ini.

"PACAR GUE LO VANYA BUKAN CALISTA....!!" teriak Raka dengan suara kerasnya.

Vanya berhenti sebentar, Calista mengikutinya juga. "LO BUKAN TIPE GUE YO, SORRY!" jawab Vanya dan langsung pergi dari sana.

Vanya memutuskan untuk ke kelasnya.

"Van, apa gak kasihan sama Raka?" tanya Calista pelan.

Tentu saja Vanya langsung menatap sinis sahabatnya itu, "lo temen gue apa temen Raka?"

"Tapi gak lo tolak di depan banyak orang juga Van, tolonglah jaga juga harga dirinya. Lo gak bisa mikirin diri sendiri terus kaya gini Van, lo harus bisa kontrol emosi, harus bisa ngertiin orang lain. Lo egois kalau gini Van." ujar Calista panjang lebar.

"Egois? maksud lo apa sih Man, kalau lo cinta sama Raka ya ambil gue gak suka sama Raka, gue udah punya pacar. Dan satu lagi yang harus lo tau. Lo aja yang urus perasaan orang lain gue gak dulu sibuk soalnya. Dan soal egois, bisa lo jelasin egoisnya bagian mana?" jawab Vanya sambil bersedekap dada.

"Kenapa lo berubah gini sih Van, gue gak respek lagi sama lo kalau lo kaya gini. Sombong banget lo sekarang." ujar Calista.

Vanya terkekeh pelan, "lo yang berubah Cal, gue dari dulu emang gini. Gue gak mau kasih kesempatan sama orang yang gak gue cinta lo tau karna apa? ya karna gue gak mau obsesinya makin besar sama gue. Gue gak mau ngurus perasaan orang lain karna gue gak mau di repotin sama drama kayak gini. Sekarang terserah lo mau di pihak gue atau Raka, gue gak peduli." jelas Vanya panjang lebar.

KRING....KRINGG.... Bell masuk pun sudah berbunyi.

Vanya ranap menunggu jawab dari Calista langsung masuk ke dalam kelasnya, ia gak mood sebenarnya hari ini buat sekolah tapi mau gimana lagi ia udah libur banyak banget takutnya nanti malah gak lulus.

"Ya Van lo bener, gue cinta sama Raka sekarang." ujar Calista dengan suara dinginnya.

"Gak enak kan ngusik orang, jangan jadi penghianat lo Cal." bisik Leo saat melewati Calista sambil terkekeh pelan.

"Bukan urusan lo Leo." sahut Calista.

Raka, Galih dan Leo langsung masuk ke dalam kelasnya juga. Mereka satu kelas, Raka langsung duduk di belakang Vanya.

Sungguh hatinya tak tenang melihat Vanya kaya gini, "Vanya sayang jangan marah ya aku minta maaf." ujarnya lembut.

Tak lama dari itu guru baru datang ke kelas mereka.

"Good morning, saya absen satu satu ya." ujar guru tampan itu sambil fokus pada buku di tangannya.

"Kenalan dulu dong pak a elah." ujar salah Satu teman Vanya.

Vanya mendongkrak menatap guru baru itu, dan pasnya guru baru itu juga menatap Vanya.

"Cantik, akhirnya kita ketemu lagi sayang," ujarnya di dalam hati.

"Oke perkenalkan saya guru baru di sini, panggil saya pak Faldo. Jangan banyak bicara saat pelajaran, bolos di mata pelajaran saya langsung saya kasih nilai C." ujarnya dengan tegas.

Tentu saja Vanya menatap itu dengan jengah, "Gak penting langsung pelajaran aja pak." ujar Vanya.

"Bagus, saya suka gaya kamu. Mari kita belajar sekarang." sahut pak Faldo tegas sambil tersenyum tipis.

Raka menatap itu sambil mengepalkan kedua tangannya.

Di tengah kelas yang penuh dengan suara gemericik pena dan bisikan pelajar, Raka menatap tajam ke arah pak Faldo yang sedang berjalan mendekat ke meja belakang.

Mata Raka seolah menyimpan bara yang siap memercik. "Ada masalah apa kamu sama saya, Raka? Kenapa menatap saya begitu?" tanya pak Faldo dengan suara yang datar namun terasa menusuk.

Tak ada emosi yang terlukis di wajah Raka, hanya jawaban singkat yang keluar, "Tak ada." Suasana menjadi sedikit tegang, hening sejenak, hanya suara kipas angin yang memecah kesunyian.

Di sisi lain, Vanya yang duduk tidak jauh dari Raka, tiba-tiba terlihat gelisah. Wajahnya memucat, dia mengangkat tangan dan berkata dengan tergesa-gesa, "Pak, izin ke toilet." Pak Faldo mengangguk tanpa menaruh curiga.

Vanya berlari kecil menuju toilet, perasaan tidak nyaman memenuhi pikirannya. Sesampainya di dalam, dia terkejut melihat asi yang bocor melalui seragamnya, menimbulkan noda besar yang basah dan lengket.

"Sshh, ahh, sakit banget, sialan," keluhnya kesal sambil memegangi dadanya yang terasa nyeri. "Gue harus gimana, baju seragam gue basah lengket banget kena asi ini."

Sementara itu, pak Faldo yang menyadari keadaan tersebut, berdiri di luar pintu toilet menunggu Vanya. "Keluar, saya di luar," serunya dengan nada yang meninggi, menandakan kekesalannya.

Tanpa menunggu lebih lama, Vanya membuka pintu dan melangkah keluar dengan wajah yang pucat pasi, mencoba menyembunyikan rasa malunya.

"Maksud Bapak apa hah? gak usah sok kenal sok dekat sama saya." ujar Vanya dengan ketus.

"Pakai jaket ini, tutupi seragammu yang basah itu." titahnya dengan tegas.

Tentu Vanya langsung menatap sinis guru di depannya ini, "saya gak butuh." jawab Vanya.

Vanya langsung meninggalkan kamar mandi itu namun lengannya di pegang sama pak Faldo, "lepas pak!"

"Pakai jaket saya, dada kamu basah," ujar pak Faldo lagi.

"Bukan urusan anda, dasar mata keranjang." tolak Vanya dengan tegas.

Vanya langsung ke koperasi ia membeli seragam baru namun yang ukuran L habis, terpaksalah Vanya pakai yang ukuran M ngepres body.

"Sial, kalau Kael tau bisa marah besar dia." ujar Vanya sambil mengigit bibir bawahnya sendiri.

Dengan cepat Vanya kembali ke dalam kelasnya. pak Faldo hanya menganggukkan kepalanya saja.

Tak lama dari itu bell istirahat berbunyi semua orang berhamburan keluar untuk mengisi perutnya yang kosong.

Vanya yang baru akan keluar, tak jadi karna udah di pepet duluan sama Raka.

"Kenapa pakai seragam kecil banget hmm? orang orang pada lihatin kamu sayang."

Hati Calista sakit banget saat ini, entah kenapa ia gak bisa lihat Raka selembut itu sama Vanya. Andai ia yang jadi Vanya tentu akan nerima Raka dengan senang hati.

Vanya terlalu bodoh menurutnya kalau menolak Raka, udah tampan, kaya kurang apa lagi coba.

"Minggir gue mau ke kantin" ujar Vanya.

"Vanya, ke ruangan Bapak." ujar pak Faldo dengan suara tegasnya.

"Ini istirahat pak, Gak bisa." jawab Raka dengan raut wajah kesalnya.

"Saya tidak peduli, ini perintah." jawab pak Faldo.

Tentu saja Vanya dengan kesal langsung mendorong Raka dan berjalan mengikuti guru songongnya itu.

"Apaan sih pak?" tanya Vanya dengan raut wajah kesalnya.

Di tengah kelas yang hening, sorot mata Vanya menembus ke arah pak Faldo, guru matematika yang kini berdiri di depan meja kerjanya itu.

"Saya tahu siapa Bapak, jadi jangan buat ulah di sini," ucap Vanya dengan suara yang rendah namun cukup untuk membuat beberapa teman sekelasnya menoleh ke arahnya.

Pak Faldo, yang sedang memegang pulpen menghentikan tulisannya dan menatap balik Vanya dengan pandangan yang tak kalah tajam.

"Bagus kalau kamu sudah tahu. Berhati-hatilah, atau kamu bisa kubunuh," balas Pak Faldo dengan senyum sinis yang terkembang di wajahnya, membuat suasana kelas yang semula tenang menjadi tegang.

"Dasar psikopat gila," desis Vanya, kesal. Raut wajahnya merah padam, dan tangan kanannya terkepal erat. Ia berusaha mengendalikan emosinya di tengah kelas yang kini seolah menjadi arena pertarungan dingin antara murid dan guru.

"Salah sendiri menolakku dari dulu," kata Pak Faldo, menggumamkan kata-kata itu dengan nada penuh penyesalan namun juga ancaman.

"Akan ku kejar kamu sampai ke mana pun sampai kamu mau jadi kekasihku," lanjutnya, mengambil langkah mendekat ke arah Vanya.

Vanya, yang merasa terpojok, mengambil nafas dalam-dalam. "Aku sudah punya pacar," ujarnya tegas, mencoba menegaskan posisinya di hadapan guru yang penuh obsesi itu.

Pak Faldo menggeleng, "Tidak bisa, kamu milikku!" serunya dengan nada meninggi.

"Langkahi dulu mayat Kael!" ucap Vanya sambil terkekeh sinis sebagai ancaman terakhir, menggetarkan seluruh ruangan.

Suasana ruang guru menjadi mencekam, murid-murid OSIS lain hanya bisa menyaksikan tanpa bisa berkata apa-apa.

Mata mereka bolak-balik antara Vanya dan Pak Faldo, seolah-olah menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Vanya langsung keluar dari ruang guru itu, para OSIS di sana langsung masuk ke dalam dengan bertanya-tanya dalam hati.

Vanya tak peduli, yang jelas identitasnya tak ada yang boleh tahu, termasuk Kael, kekasihnya.

"Gila gue lama-lama di sini. Emang enakan di rumah kasih nen Kael udah selesai." ujar Vanya sambil terkekeh pelan.

Itak cerdasnya sepertinya udah hilang saat ini, "jangan gila lo Van, emang gak ada otak lo." ujarnya sambil terkekeh pelan.

Sedangkan Kael di kantornya merasakan kesal atas laporan dari anak buahnya yang mengatakan kalau Vanya dekat sama teman sekelasnya dan guru baru yang baru masuk hari ini.

"Apa apaan kamu, nakal sekali kamu sayang." ujar Kael dengan raut wajah kesalnya.

Dengan cepat ia langsung mengambil ponselnya, ia menyambungkan CCTV sekolahan ke ponselnya.

BRAK!

Marah Kael sambil menggebrak meja saat sudah melihat semua aktivitas kekasihnya hari ini.

Kael menggeram dalam hati, darahnya mendidih seolah-olah ada bara api yang membakar tulang sumsumnya.

Tanpa pikir panjang, ia meraih kunci mobil di atas meja dengan tangan yang gemetar menahan amarah.

Langkah kakinya berat, penuh kekesalan, menuju pintu keluar rumah. Angin siang yang menyapu wajahnya tak mampu mendinginkan panas di dadanya.

Sesampainya di depan gerbang sekolah, Kael menepikan mobil dengan kasar, suara ban yang menggores aspal menambah suasana tegang.

Ia keluar dari mobil dengan langkah besar, tubuh tegap dan dada mengembang penuh emosi. Badannya bersandar di kap mesin, menunggu dengan tatapan tajam yang sulit dibaca.

Tak lama kemudian, sosok kecil berlari terburu-buru dari arah parkiran. Vanya, dengan wajah yang sedikit merah karena kelelahan dan panik, berusaha menghindari sosok di belakangnya, Raka.

Mata Vanya berkaca-kaca, bibirnya bergetar menahan rasa marah yang mendalam. Kael yang melihat itu langsung menegakkan badan, suaranya menggema kuat, memecah keheningan, "VANYA!"

Mendengar panggilan itu, Vanya seketika berhenti dan berbalik, langkahnya berubah menjadi cepat menuju Kael.

Sesampainya di sisi Kael, tanpa ragu ia memeluknya erat, seolah Kael adalah satu-satunya tempat ia bisa berlindung dari segala kekacauan di dunia.

Pelukan itu penuh kehangatan dan keputusasaan, tangan Vanya menggenggam baju Kael seperti takut kehilangan.

"Ayo pulang cepetan. Aku nggak mau sekolah lagi," suara Vanya bergetar, nada kesal dan putus asa bercampur menjadi satu. Wajahnya yang biasanya cerah kini tertutup awan gelisah.

Kael menatap lekat ke arah wajah Vanya, rautnya berubah menjadi lembut, namun tetap penuh ketegasan. "Why, Vanya?" tanyanya dengan suara pelan, mencoba meredakan ketegangan yang membara di antara mereka.

Namun, suara lain menyela momen itu.

"VANYA!" teriak Raka dari kejauhan, suaranya penuh nafsu dan tuntutan, diikuti dengan suara Pak Faldo yang tak kalah keras memanggil nama Vanya. Suasana menjadi semakin panas, seperti medan perang yang siap meledak.

Kael menoleh tajam ke arah suara itu, matanya menyala dengan api amarah. "VANYA IS MINE!" ucapnya dengan tegas, suaranya bergemuruh dan penuh kepastian.

Setiap kata yang keluar seperti palu yang menghantam keras di dada siapa saja yang mencoba mengusik kedamaian mereka.

Vanya yang masih dalam pelukan Kael menutup wajahnya sejenak, napasnya tersengal-sengal. Ia merasa aman di pelukan Kael, tapi juga takut akan keributan yang akan terjadi.

Kael mengeratkan pelukannya, seolah ingin mengusir segala ancaman yang mencoba merenggutnya.

Raka berdiri jauh di sana, wajahnya merah padam, napasnya berat, menunjukkan betapa frustrasinya ia karena kehilangan Vanya.

Pak Faldo juga terlihat tegang, tangan terkepal, siap menghadapi apapun yang bakal terjadi. Namun Kael tak bergeming, tubuhnya tetap berdiri kokoh melindungi Vanya.

Waktu seolah berhenti sejenak di situ, hanya ada suara napas dan detak jantung yang saling bersahutan.

Kael tahu, ini bukan sekadar pertengkaran biasa, tapi pertaruhan harga diri dan cinta yang tak bisa ditawar lagi. Matanya menatap Vanya dengan penuh janji, "Aku nggak akan pernah biarin siapa pun nyakitin kamu."

Vanya menatap balik dengan mata yang mulai basah, hatinya campur aduk antara takut dan haru.

Dalam pelukan Kael, ia merasa menemukan kekuatan untuk melawan segala ketakutan. Kael bukan hanya pelindung, tapi juga rumah di tengah badai kehidupannya.

Di belakang mereka, suara-suara mulai terdengar, tapi Kael sudah siap menghadapi semuanya.

Ia tahu, hari ini bukan hanya soal siapa yang berhak memiliki Vanya, tapi juga tentang keberanian untuk mempertahankan apa yang benar-benar berarti dalam hidup mereka.

"Woah Vanya emang pantas di rebutan banyak cowok sih,"

"Cantik banget Vanya apalagi bodynya nyabeuhh!"

"Ganteng banget yang meluk Vanya, kaya lagi!"

"Ternyata lo murahan Vanya..." ujar Calista.

"Vanya milikku!" ujar Kael sekali lagi sambil tersenyum miring.

1
Coffe. maniss
aku kasih penilaian nih biar authornya notic😭

KK, percepat dong semua masalah atau musuh apalah itu yang buat arghhhh itu nggak bahagia keluarga Vania dan KL pengen banget nengok orang itu bahagia tanpa beban tapi ya walaupun cuma bisa baca aja aku nengoknya hihi 😭😭
Coffe. maniss
ni cowok Mandang fisik banget ya!!!
Coffe. maniss
Dihh ngaju" si Reke
Coffe. maniss
sumpah yaa.... jadi cewek sebadassss ini si vanyaaa😭😭
Coffe. maniss
menyala Vanya...
sumpah suka banget sama karakter Vanyany. cewek badassss abisss🔥🔥🔥
Coffe. maniss
Issss geram nya aku Ama nek lampir satu iniiii,
Coffe. maniss
mantap Vanya🔥🔥🔥
Styyyy.gen z
suka dn bgus jg... alur ceritanya y gk aneh" dn nggak menye"... tpi knpa bnyk bgt tokoh pria tampannya yh jdi ny kn Vanya bingung mau pilih yang mana ya wlpun ttp bara pemenangnya...😭☝🏼
Styyyy.gen z
Jujur ceritanya keren, nggak ngebosenin... tingkah vanya yang bar" sama bara yang posesif bacanya sambil senyum-senyum sendiri wkwk...u
Styyyy.gen z
oke bagus menarik alur ceritanya di setiap ceritanya juga sangat menghayati sampai saya 24 jam tidak mau berhenti membacanya kata-katanya pun tidak terlalu bagus sehingga mudah dimengerti
Styyyy.gen z
Cihuy bener gak usah di anggap deh orang begitu☝🏼
Styyyy.gen z
Woi😭😭😭😭🫵🏼
Styyyy.gen z
Tajem banget mulutnya... gilakkk
Leeeelyyy
Pelajaran banget ni guys, Real banget menurut aku, kalo sebagai cewek terlalu mur*h tu kadang emang atau malah gak di lirik/gak memikat.... tapi kalo cewek punya prinsip kaya Vanya ini yang "gak ya gak", justru laki-laki malah lebih tertarik atau tertantang buat deketin... jadi cewek" di luar sana kalian harus punya value ya, biar kalian punya daya tarik tersendiri 🙂‍↕️🍓
Leeeelyyy
Pelajaran banget ni guys, Real banget menurut aku, kalo sebagai cewek terlalu mur*h tu kadang emang atau malah gak di lirik/gak memikat.... tapi kalo cewek punya prinsip kaya Vanya ini yang "gak ya gak", justru laki-laki malah lebih tertarik atau tertantang buat deketin... jadi cewek" di luar sana kalian harus punya value ya, biar kalian punya daya tarik tersendiri 🙂‍↕️
Arin
🤣🤣🤣🤣🤣
Syriii.kzza
Behh emang yang begini harus di kasih tahu siapa yang berkuasa!!!!
Syriii.kzza
apa karna ini juga ya si Kael itu jomblo Mulu, karna kalo ada yang Deket sama dia musuhnya auto di mana-mana
Syriii.kzza
ini kayaknya si Kael punya masa lalu yang kelam deh? apa cuma aku yang mikir gitu???
Syriii.kzza
Thorr, thanks udah ngasih judul begitu, ini langsung ku skip kok😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!