NovelToon NovelToon
Unexpected Love

Unexpected Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Kisah cinta masa kecil / Diam-Diam Cinta
Popularitas:321
Nilai: 5
Nama Author: Mutia Oktadila

Letizia Izora Emilia tidak pernah merasa benar-benar memiliki rumah. Dibesarkan oleh sepasang suami istri yang menyebut dirinya keluarga, hidup Zia dipenuhi perintah, tekanan, dan ketidakadilan.

Satu keputusan untuk melawan membuat dunianya berubah.

Satu kejadian kecil mempertemukannya dengan seseorang yang tak ia sangka akan membuka banyak pintu—termasuk pintu masa lalu, dan... pintu hatinya sendiri.

Zia tak pernah menyangka bahwa pekerjaan sederhana akan mempertemukannya dengan dua pria dari keluarga yang sama. Dua sifat yang bertolak belakang. Dua tatapan berbeda. Dan satu rasa yang tak bisa ia hindari.

Di tengah permainan takdir, rasa cinta, pengkhianatan, dan rahasia yang terpendam, Zia harus memilih: tetap bertahan dalam gelap, atau melangkah berani meski diselimuti luka.

Karena tidak semua cinta datang dengan suara.
Ada cinta… yang tumbuh dalam diam.
Dan tetap tinggal... bahkan ketika tak lagi dipandang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutia Oktadila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 29

Perut mereka sudah mulai keroncongan setelah bersepeda keliling pantai, jadi mereka memutuskan untuk berhenti di sebuah restoran kecil yang letaknya tak jauh dari bibir pantai. Restoran itu sederhana, namun aromanya menggoda—bau ikan bakar, udang panggang, dan rempah-rempah laut langsung menyerbu hidung mereka saat pintu dibuka.

Mereka memilih meja di sudut dekat jendela, sehingga masih bisa melihat deburan ombak dari tempat duduk. Pelayan datang membawa menu, dan tanpa pikir panjang mereka memesan makanan laut yang menjadi andalan restoran tersebut.

Tak lama, hidangan pun datang. Ada nasi hangat, ikan bakar bumbu kuning, cumi goreng tepung, sambal segar, dan es kelapa muda yang dinginnya bikin tenggorokan lega.

“Eummmm, enak banget,” ucap Zia sambil menutup matanya, menikmati suapan pertama. Ia lalu mengusap ujung bibirnya dengan tisu.

“Kalo makan jangan banyak bicara,” ucap Azka dan Aksa hampir bersamaan, membuat Zia spontan menoleh heran.

“Oh iya… lupa,” Zia nyengir kecil. Memang di mansion tempat mereka tinggal ada aturan ketat: saat makan, tak boleh banyak bicara.

Suasana meja terasa tenang untuk beberapa menit, hanya terdengar suara sendok dan garpu beradu dengan piring. Hingga tiba-tiba—kringgg…—lonceng di atas pintu restoran berbunyi, tanda ada pengunjung baru masuk.

Refleks, Azka dan Aksa menoleh ke arah pintu. Dua orang perempuan masuk—yang satu berambut panjang bergelombang, yang satunya lagi berambut lurus sebahu dengan gaya angkuh. Zia memperhatikan bahwa keduanya tampak percaya diri, bahkan terlalu percaya diri. Yang berambut panjang adalah Talita, dan yang satunya adalah Grey.

Begitu mata mereka bertemu dengan Azka dan Aksa, senyum lebar langsung merekah di wajah mereka. Tanpa ragu, mereka berjalan mendekat dengan langkah yang terlalu riang untuk situasi yang sebenarnya agak canggung.

“Haiii…” sapa Talita dan Grey bersamaan pada Azka dan Aksa.

Namun Zia justru terdiam, matanya menangkap tatapan aneh dari Talita—tatapan yang terasa meremehkan. Grey pun tak kalah, menatapnya seolah Zia tak pantas berada di meja itu.

Azka dan Aksa hanya membalas dengan anggukan singkat, tidak menunjukkan antusiasme. Mereka berdua kembali fokus pada piring masing-masing. Tapi Talita dan Grey tak kehilangan semangat.

Tanpa diminta, Grey menatap Zia dan berkata, “lo pindah aja,Biar gue duduk di situ.”

Zia kaget, bingung apakah ia salah dengar. Talita yang berdiri di sebelahnya menatapnya seolah itu perintah, bukan permintaan.

Namun sebelum Zia sempat bergerak, Azka meletakkan sendoknya dengan suara tek yang cukup keras, lalu menatap Grey dengan dingin.

“Zia duduk. Anggap aja setan yang nyuruh lo pindah,” ucapnya datar tapi tajam.

Grey terdiam sejenak, lalu mendesis pelan. “Azka…” gumamnya geram.

Sementara itu, Talita yang duduk di seberang Aksa mulai mencoba menarik perhatian. Ia menyandarkan dagu di telapak tangan, tersenyum manis. “Aksa, kayaknya kita jodoh deh. Soalnya ketemu mulu.”

Aksa yang sedang memotong cumi goreng hanya melirik sebentar, lalu menjawab singkat, “Mimpi.” Ucapannya datar, namun cukup untuk membuat Talita tersentak.

Grey, yang merasa diabaikan, beralih pada Azka lagi. “Azka, kenapa kamu nggak pernah bales chat aku?” tanyanya sambil cemberut, berusaha terlihat manja.

Azka menatapnya datar. “Emang lo siapa?”

“Aku calon tunangan kamu,” jawab Grey cepat, dengan nada seolah itu sudah pasti.

Zia, yang mendengar itu, spontan mengerutkan dahi. Tapi Aksa hanya memutar bola matanya, seperti sudah muak dengan drama ini.

“ lo pikun banget, ya?” balas Azka dengan senyum tipis. “Inget, gue nggak akan pernah nerima lo jadi tunangan gue.” Nada suaranya tegas, tak memberi ruang untuk perdebatan.

Wajah Grey langsung memerah, entah karena marah atau malu.

Tanpa mau memperpanjang, Azka berdiri, meraih tangan Zia yang masih terkejut, lalu berkata, “Ayo.”

Zia menatapnya bingung. “Eh, tapi—”

“Nggak usah banyak ngomong bisa” potong Azka. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang merah dari dompetnya, meletakkannya di meja sebagai pembayaran, lalu menarik Zia keluar dari restoran.

Aksa menghela napas, berdiri, dan mengikuti mereka dari belakang. Namun sebelum keluar, ia menatap Talita dan Grey sebentar. “Saran gue… kalau mau makan, makan aja. Jangan ganggu orang.”

Pintu restoran tertutup di belakang mereka, meninggalkan Talita dan Grey yang terdiam dengan wajah kesal. Sementara di luar, angin laut kembali menyambut mereka bertiga, seolah menghapus ketegangan yang baru saja terjadi.

Zia masih diam saat berjalan di samping Azka, namun genggaman tangannya membuatnya bisa merasakan bahwa laki-laki itu sedang menahan amarah. Ia ingin bertanya, tapi memilih menunggu hingga Azka siap bicara.

_____

Zia menepis tangan Azka yang mencengkeram erat pergelangannya setelah mereka keluar dari restoran.

"Lepas," ucap Zia sambil menatap ke arah tangannya yang memerah.

Azka melepaskannya pelan. "Maaf," ucapnya dengan nada datar, seolah tidak ada rasa bersalah, namun tatapan matanya sedikit menunduk.

"Iya," balas Zia singkat. Ia kemudian melirik ke sekeliling, matanya sibuk mencari sosok Aksa. Anehnya, Aksa belum juga terlihat keluar dari restoran. Perasaan Zia mulai gelisah, apalagi suasana di luar semakin ramai karena para wisatawan mulai berdatangan untuk menikmati senja di pantai.

Tak lama kemudian, Aksa muncul dari arah pintu restoran sambil berlari kecil. Nafasnya memburu, kemejanya sedikit berantakan, dan keringat membasahi pelipisnya.

"Ayo… pulang," ucap Aksa di sela-sela tarikan napasnya.

"Ayo," timpal Azka tanpa banyak bertanya.

Zia menatap pantai di depan mereka. Ombak sore bergulung pelan, cahaya matahari yang mulai tenggelam memantulkan kilauan oranye keemasan di permukaan laut. Sebenarnya, ia masih ingin di sini lebih lama. Sudah lama sekali ia tidak mengunjungi pantai ini—tempat yang dulu selalu memberinya ketenangan. Tapi melihat kedua kakak beradik itu yang tampak ingin segera pergi, Zia memilih diam.

Mereka bertiga berjalan menuju mobil. Aksa berjalan sedikit di depan, Azka di belakang Zia. Angin laut yang lembut membuat rambut Zia sedikit berantakan, namun ia tidak terlalu memedulikannya. Matanya masih melirik pantai di sisi kiri jalan, mencoba merekam pemandangan itu dalam ingatannya sebelum benar-benar meninggalkannya.

Begitu sampai di area parkir, untuk sekarang Aksa yang akan mengemudi, sedangkan Azka duduk di kursi belakang bersama Zia, membuat Zia merasa agak canggung. Biasanya, ia lebih suka duduk di depan agar tidak merasa terkepung, tapi kali ini ia hanya mengikuti tanpa protes.

Mobil mulai melaju, meninggalkan pantai yang semakin ramai oleh pengunjung sore. Zia bersandar ke jendela, memperhatikan pemandangan yang perlahan berubah dari laut, menjadi deretan warung kecil, hingga akhirnya jalan raya yang penuh kendaraan.

Suasana di dalam mobil hening. Hanya terdengar suara musik pelan dari radio. Aksa tampak fokus menyetir, sementara Azka sesekali melirik ke arah Zia.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!