Saat semua mahasiswi mencari muka di hadapan Revan, si dosen tampan tapi dingin. Ayunda justru sudah kehilangan mukanya. Setiap kali bertemu Revan, Ayunda selalu dalam masalah yang membuatnya malu di hadapan dosennya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Revan mengantarkan Ayunda sampai tiba di kontrakan gadis itu. Di sana sudah ada satu orang laki dan perempuan yang menunggu di depan rumah Ayunda.
"Siapa mereka?" tanya Revan sebelum Ayunda keluar dari mobil.
"Tetangga saya pak, sekaligus pemilik rumah kontrakan." jawab Ayunda.
"Terima kasih pak atas semua bantuan yang bapak berikan." ucap Ayunda lagi sebelum keluar dari mobil.
Kemudian Ayunda langsung menyapa ibu pemilik rumah itu.
"Ada apa ya Bu ?" tanya Ayunda.
"Ibu kamu sudah meninggal ya ?" tanya ibu pemilik rumah tanpa basa basi.
"Iya, Bu. Ibu saya baru saja di makamkan." jawab Ayunda yang masih bersedih.
"Ibu kamu masih belum bayar sewa rumah empat bulan. Saya minta kamu lunasi dan segera pindah dari sini. Sudah ada orang yang mau sewa rumah ini." ucap ibu pemilik rumah itu.
Astaga tega sekali wanita itu. Ayunda baru saja berduka. Bukannya memberikan ucapan belasungkawa tapi Ayunda malah di tagih utang dan di usir.
Ayunda kemudian mengeluarkan uang yang ada di dompetnya. Uang dari pak Revan sisa dari pembayaran uang kuliah kemarin. Masih ada beberapa ratus ribu lagi dan itu tidak akan cukup melunasi sewa rumah selama empat bulan.
Namun belum sempat Ayunda menyerahkan uang itu, ibu pemilik rumah itu langsung merampas semua uang dari tangan Ayunda.
"Ini masih kurang dua bulan lagi!" kata ibu itu setelah menghitungnya.
"Maaf Bu. Hanya itu yang saya punya." ucap Ayunda.
"Kalau begitu saya akan mengambil barang-barang di rumah ini." kata wanita itu yang ingin membuka pintu rumah kontrakannya.
"Tapi Bu, kami tidak punya barang-barang berharga." kata Ayunda lagi.
Dulu Ayunda memang pernah memiliki sebuah tv dan kulkas, tapi itu sudah di jual untuk biaya rumah sakit ibunya, Saat ini yang tersisa hanyalah panci dan wajan, serta peralatan makan lainnya.
"Apa segini cukup untuk uang kontrakannya ?" Revan tiba-tiba mengulurkan seikat uang berwarna merah di hadapan ibu pemilik rumah itu.
Wanita itu terkejut melihat uang di hadapannya. Kemudian dia memperhatikan anak muda di hadapannya itu dari bawah sampai ke atas.
Tampan dan bergaya. Seperti orang kaya.
"Cukup kok." kata wanita itu tersenyum sambil mengambil uang itu dari tangan Revan.
"Tapi Bu, itu terlalu banyak. Bisa untuk bayar kontrakan satu tahun." kata Ayunda tidak terima.
Uang kontrakannya selama dua bulan hanya beberapa ratus ribu saja. Sedangkan uang yang di berikan oleh pak Revan kepada ibu itu jumlahnya jutaan rupiah.
"Iya Ayunda dan kamu boleh tinggal di sini lagi. Tidak perlu pindah ya karena pacar kamu yang kaya ini sudah membayar sewanya." ucap ibu itu berubah jadi lembut.
"Tidak. Sekarang juga Ayunda akan pindah dari rumah ini!"
Ayunda langsung melihat wajah pak Revan ketika mendengar keputusan dosennya itu. Bagai mana bisa Pak Revan tiba-tiba membuat keputusan seperti itu tanpa bicara dulu dengannya. Aku harus tinggal di mana ? batin Ayunda.
"Tapi pak ..."
"Kemasi barang-barang kamu sekarang !" perintah pak Revan tanpa mendengarkan ucapan Ayunda lebih dulu.
Padahal Ayunda ingin mengatakan, sayang rumah kontrakannya sudah di bayar tapi malah harus di pindah. Lagi pula Ayunda bingung dia akan pindah kemana ? Ini hampir malam. Bagai mana bisa dia mencari rumah kontrakan malam-malam begini.
Namun melihat tatapan dingin dan tegas dosennya itu membuat Ayunda tak kuasa untuk membantah. Ayunda pun segera masuk untuk membereskan pakaian-pakaian miliknya dan juga milik ibunya yang tidak seberapa banyak itu.
Revan pasti mau melanjutkan pengobatan kakinya apabila Ayunda sudah bersamanya...
ko pindah kota macam mana cerita ma dosennya