NovelToon NovelToon
Simpul Yang Terurai

Simpul Yang Terurai

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Persahabatan / Pihak Ketiga
Popularitas:763
Nilai: 5
Nama Author: Simun Elthaf

Haisya, gadis cerdas berhati teguh, meraih beasiswa ke Negeri Fir'aun, namun hatinya telah terpaut cinta pertama dari pesantren. Di Inggris, ia bertemu seseorang yang awalnya membencinya karena perbedaan, namun berubah menjadi cinta mendalam. Kembali ke tanah air, Haisya dijodohkan. Betapa terkejutnya ia, lelaki itu adalah sosok yang diam-diam dicintainya. Kini, masa lalu kembali menghantuinya, menguji keteguhan hati dan imannya. Ikuti perjalanan Haisya menyingkap simpul-simpul takdir, dalam kisah tentang cinta, pengorbanan, dan kekuatan iman yang akan memikat hatimu hingga akhir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Simun Elthaf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Persiapan Ujian dan Pertemuan Tak Terduga

Pantun kecil yang sering terngiang di benak mahasiswa Al-Azhar seolah menjadi irama harian mereka:

Berakit-rakit ke hulu

Berenang-renang ke tepian

Setiap hari baca buku

Sebulan lagi datang imtihan

Greget imtihan term 6 terasa di mana-mana. Atmosfer kampus dipenuhi ketegangan sekaligus semangat. Di sana ada meja-meja bimbel yang tak pernah sepi, di pojok-pojok ruwaq ada kelompok belajar yang sibuk berdiskusi, dan di ujung, terlihat mahasiswa yang khusyuk memanjatkan doa bersama. Setiap jengkal kampus seolah menjadi saksi bisu perjuangan para pencari ilmu.

Saat belajar bersama atau berdiskusi dengan sesama mahasiswa, Haisya sempat dibuat bingung oleh beragam informasi. Carlysca, sahabatnya, mengatakan bahwa tahdidan (kisi-kisi ujian) ada di halaman sekian. Namun, Maryam, teman lainnya, menyebutkan bahwa tahdidan ada di nomor sekian. Daripada membuang waktu dalam keraguan, Haisya akhirnya memutuskan untuk membaca semuanya, dari awal hingga akhir, demi memastikan tidak ada yang terlewat.

Kerumitan tak berhenti di sana. Ada lagi yang bilang, bab ini muhim (penting). Ada yang bilang lagi bab ini muhim jiddan (sangat penting). Tingkat kepentingan yang berbeda-beda ini seringkali membuat Haisya mengernyitkan dahi. Daripada meleset dan kehilangan poin penting, Haisya memutuskan untuk menghafal semuanya. Tidak hanya poin-poin penting, tetapi juga seluruh materi yang ada. Prinsipnya sederhana: lebih baik berlebihan daripada kurang.

Untuk memaksimalkan persiapan ujiannya, Haisya juga memaksimalkan usahanya dalam belajar, di antaranya yaitu:

Membaca muqarrar (diktat kuliah) sampai selesai. Setiap lembar diktat dibaca dengan teliti, dicoba dipahami setiap paragraf, dan ditandai poin-poin kuncinya.

Meringkas diktat agar mudah dihafal. Haisya percaya bahwa proses meringkas membantu otaknya memilah informasi penting dan mengorganisir nya, sehingga lebih mudah disimpan dalam memori jangka panjang.

Lalu menghafalnya hingga di luar kepala. Setelah meringkas, ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengulang dan menghafal, memastikan setiap detail materi benar-benar tertanam dalam ingatannya.

Suatu sore, saat Haisya dan Carlysca sedang belajar bersama di salah satu sudut ruwaq, Haisya menyadari Carlysca hanya diam, tidak seperti biasanya yang penuh celoteh.

"Ca, kok diam saja, kenapa?" tanya Haisya, menghentikan bacaannya.

"I am suffering," keluh Carlysca, mendesah berat. Wajah cantiknya kini tampak murung. "Kita satu fakultas, satu angkatan, satu dosen, satu mata kuliah, kok bisa tahdid an-nya beda?" Pertanyaan itu keluar dengan nada frustasi.

Carlysca melanjutkan dengan bibir manyun, menghela nafas panjang. "Kata si Fulan, halaman sekian sampai sekian mahdzuf (dihapus), jadi nggak perlu dibaca. Tapi kata si Fulan, malah muqarrar (wajib), harus dihafalkan. Si Fulan bilang bab ini sampai bab itu qiraah faqath (baca saja), cukup tahu inti-intinya. Tapi kata si Fulan malah muhim! Kemarin saya lihat di postingan grup ini, poin ini muhim, tapi di grup lain malah muhim jiddan. Terus mau bagaimana? Yang benar yang mana?" Keluhan Carlysca seolah mewakili keresahan banyak mahasiswa menjelang ujian. Informasi yang simpang siur kadang lebih membingungkan daripada belajar itu sendiri.

Haisya terkekeh, melihat ekspresi frustasi sahabatnya. "Yang benar itu yang nggak salah, Ca," katanya sambil tersenyum geli. "Nggak salah kalau dibaca semua buku-bukunya, ha ha ha." Haisya tertawa lepas, mencoba mencairkan suasana.

"Aduuh… it’s make dizzy," Carlysca memegangi jidatnya, masih merasa pusing dengan semua informasi yang saling bertentangan. Ia menggelengkan kepala, menyadari bahwa strategi Haisya untuk membaca dan menghafal semuanya mungkin adalah satu-satunya cara paling aman di tengah lautan informasi ini.

***

Tiga hari lebih bus kebanggaan mahasiswa, bus nomor 80 dan 65, tidak beroperasi. Entah mengapa, bus-bus itu sakit dan tak bisa melayani rute harian mahasiswa. Yang tersisa hanyalah tramco-tramco (angkutan umum kecil) yang tak begitu istimewa, ukurannya lebih kecil dan tentu saja, daya angkutnya terbatas.

Akibatnya, Haisya harus berangkat ke kampus dengan naik tramco yang super duper penuh dan pengap. Ruangan kecil di dalam tramco itu dijejali penumpang hingga sesak. Terpaksa Haisya harus berdesak-desakan dengan mahasiswa lain, tubuhnya terhimpit di antara kerumunan. Untungnya, di dalam tramco yang Haisya naiki tidak terdapat satu pun ikhwan (laki-laki), karena kebetulan imaroh (asrama) untuk para akhwat (perempuan) dan ikhwan lumayan berjauhan. Jadi, jarang terjadi pertemuan antara laki-laki dan perempuan di angkutan umum yang mereka tumpangi.

Sesuai pesan yang selalu diingatnya dari Pak Kiai Zubair, Haisya harus mengistiqomahkan membawa Al-Quran kemanapun ia pergi. Itu adalah salah satu nasihat penting yang selalu ia genggam. Maka dari itu, meskipun dalam posisi berdiri di dalam tramco yang bergoyang dan berdesakan, Haisya tetap menyempatkan diri untuk membaca Al-Quran. Ia mengeluarkan mushaf kecil dari tasnya, membukanya perlahan, dan mulai menghafal 1 atau 2 ayat baru. Jika keadaan di dalam tramco terlalu bising dan Haisya tidak bisa konsentrasi untuk menambah hafalannya, ia hanya melakukan muraja’ah (mengulang hafalan lama). Tak lupa pula, sebelum memulai membaca Al-Quran, Haisya selalu menghadiahkan surah Al-Fatihah untuk kedua orang tuanya, kiai, guru-guru, dan ulama-ulama saleh lainnya, memohon keberkahan untuk mereka.

***

Haisya baru saja turun dari angkot, menginjakkan kaki di trotoar yang sedikit berdebu. Ujung gamisnya yang lebar sukses menyentuh jalanan di depan kampus, namun ia tak terlalu peduli. Wajahnya berseri-seri, tak kalah cerahnya dengan mentari pagi yang menyinari Kairo, seolah memancarkan semangat baru.

Dari kejauhan, dilihatnya seseorang sedang berdiri tepat di depan pintu kelasnya. Posturnya tampak familiar. Nampaknya ia sedang menunggu seseorang. Dari belakang, Haisya memperhatikannya, menebak-nebak siapa gerangan. Semakin dekat langkahnya, semakin jelas sosok itu. Haisya tersenyum, semakin paham bahwa gadis yang berdiri membelakanginya itu adalah Carlysca.

Tanpa suara, Haisya mendekat, lalu menutup kedua mata Carlysca dengan telapak tangannya. Ia membisikkan sesuatu yang genit di telinga Carlysca, sesuatu yang langsung membuat Carlysca melonjak kaget dan berbalik marah.

"Haisya! Ini kamu, ya!" seru Carlysca, pura-pura kesal. Ia segera mengejar Haisya, lalu dengan cepat menangkapnya dan mulai menggelitikinya tanpa ampun.

Mereka memang sudah dewasa, mahasiswi di salah satu universitas tertua di dunia, tetapi tingkah laku mereka tak ada bedanya dengan anak baru gede (ABG) yang sedang bercanda ria. Tawa Haisya meledak memenuhi koridor yang sepi.

"Ha ha ha, cukup, Ca, cukup! Bathni maridhah! (Perutku sakit!)" Haisya terus tertawa terpingkal-pingkal dan memohon kepada Carlysca untuk berhenti menggelitikinya. Namun, Carlysca tetap tidak berhenti, menikmati momen ngerjain sahabatnya.

"Ca, nanti sore temani saya Talaqqi (belajar langsung) kepada Syekh Abdullah, yuk!" ajak Haisya, mencoba mengalihkan perhatian. Seketika Carlysca berhenti menggelitikinya, sedikit terkejut dengan tawaran itu.

***

Puisi kecil lain yang kerap menjadi gurauan para mahasiswa, menggambarkan prioritas unik setiap kalangan:

Orang dulu, berburu binatang

Orang tua, berburu nafkah

Anak muda, berburu pacar

Mahasiswa, berburu tahdid an

"Aduh, sorry, Sha, aku harus ikut bimbel sore nanti," tolak Carlysca, menunjukkan raut penyesalan. "Gimana kalau lain kali saja?"

"Ya sudah kalau begitu besok sore gimana?" tawar Haisya, tak menyerah.

"Yaah, besok sore juga aku ada keperluan, aku mau bayar rusum (biaya kuliah)," Carlysca memanyunkan bibirnya yang mirip seperti bebek, ekspresi khasnya saat sedang galau.

Haisya mengernyitkan dahi. "Loh, kok bayar rusum? Bukannya kamu dapat minhah (beasiswa) juga?" tanyanya, sedikit bingung. Ia tahu Carlysca juga penerima beasiswa.

"Iya, tapi minhah aku sama minhah kamu beda, Sha. Kalau kamu nggak perlu mikirin rusum karena sudah dibayarin sekalian, kamu juga tinggal di Bu’uts (asrama beasiswa penuh) kan? Kalau aku harus bayar rusum sendiri dan juga tinggal di Sa’ah (asrama berbayar) karena beasiswa aku hanya 50%, tidak seperti kamu yang 100% full," jelas Carlysca, sedikit sedih namun mencoba ikhlas.

"Ehmm, gitu ya…" Haisya mengangguk paham. Ia baru tahu detail perbedaan beasiswa mereka. "Ya sudah, lain kali kalau ada waktu kabarin aku ya, kita ngaji talaqqi bersama!"

"Oke, sist," jawab Carlysca, tersenyum dan memberikan thumb up.

***

Jam masuk kuliah telah usai. Dosen dan mahasiswa berhamburan keluar kampus, menyisakan ketenangan yang menaungi. Haisya menyempatkan diri singgah di ruwaq Masjid Al-Azhar yang sudah tak seramai sebelumnya. Ia mengambil mushafnya, lalu membaca kitab suci umat Islam dengan sangat merdu dan penuh penghayatan, suaranya mengalun lembut dan damai. Hari yang terasa sangat panas di luar sana sama sekali tak terasa panas bagi Haisya, karena di dalam hatinya selalu ada ayat-ayat suci Al-Quran yang ia jaga, seolah menjadi penyejuk bagi jiwanya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," seorang pria gagah menghampiri Haisya, suaranya dalam dan berwibawa.

"Waalaikumussalam warahmatullah wa barakatuh," Haisya menjawab dengan suara yang sangat lembut, sedikit terkejut dengan kehadiran pria asing itu di dekatnya. Ia mendongak perlahan.

"Masya Allah bacaan Al-Quran yang sangat indah," pria itu berujar, matanya memancarkan kekaguman yang tulus.

"Syukron," Haisya tersenyum malu, menunduk sedikit, pipinya merona.

"Min aina ji’ti? (Dari mana kamu berasal?)" tanyanya, suaranya ramah.

"Ji’tu min Indonesia (Saya dari Indonesia)," jawab Haisya.

"Alhamdulillah, man ismuki? (Siapa namamu?)"

"Ismi Haisya Ardiyanti."

"Anna Muhammad Rifa’i," pria itu memperkenalkan diri.

"Antum yang kemarin muhadhoroh (memberi kuliah/ceramah) dengan menguraikan hadits khairunnas anfa’uhum linnas kan?" tanya Haisya, teringat wajah familiar itu dari ceramah beberapa hari lalu.

"Na’am (Iya)," jawab Rifa'i, tersenyum ramah.

Entah mengapa hati Haisya bergetar hebat. Laki-laki itu benar-benar mempesona. Wajahnya bening bagaikan rembulan yang bersinar, bersih tanpa cela. Tubuhnya kekar dan tinggi menjulang, bahkan Haisya yang tidak terlalu pendek hanya mungkin setara dengan dadanya yang bidang. Aura kebijaksanaan dan ketenangan terpancar kuat darinya, menambah daya tarik yang sulit diabaikan.

Waktu salat Magrib telah tiba, mengakhiri perbincangan singkat mereka. Mereka masing-masing mengambil air wudhu di tempat terpisah dan melaksanakan salat Magrib secara berjamaah di shaf yang berbeda. Aktivitas Haisya hari ini benar-benar terasa berbeda dan tidak seasyik biasanya karena Carlysca tidak berada di sampingnya. Ia rindu dengan candaan, tingkah laku, serta kekonyolan Carlysca yang selalu membuatnya tertawa dan merasa bahagia. Kehadiran sahabat memang tak tergantikan, terutama di negeri yang asing ini.

1
Jaku jj
Baper abis!
Simun Elthaf: nanti di akhir" part akan banyak yg bikin salting lagi kak😊
total 1 replies
Fiqri Skuy Skuy
Jelas banget ceritanya!
Simun Elthaf: Terimakasih sudah mampir kak, saya baru belajar menukis☺🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!