NovelToon NovelToon
Andum

Andum

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:23.8k
Nilai: 5
Nama Author: Dfe

Farraz Arasy seorang pemuda biasa tapi mempunyai kisah cinta yang nggak biasa. Dia bukan CEO, bukan direktur utama, bukan juga milyarder yang punya aset setinggi gunung Himalaya. Bukan! Dia hanya pemuda tampan rupawan menurut emak bapaknya yang tiba-tiba harus terikat dalam hubungan cinta tak beraturan karena terbongkarnya rahasia besar sang calon istri sebelum pernikahan mereka terjadi!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nah lho, ketahuan kan!

Pulang ke rumah sudah sore hari. Arraz membawa Zea langsung ke rumahnya. Beberapa baju untuk Zea sudah bi Tias antarkan ke rumah menantunya itu.

Zea menutupi kepalanya dengan tas sekolah sesaat setelah turun dari mobil karena sore itu sedang gerimis. Arraz gesit melepas jas yang dia pakai untuk ijab kabul tadi pagi dengan Dewi untuk menutupi kepala Zea. Zea melihat sekilas lalu tersenyum mengangguk. Mereka sedikit berlari untuk menghindari gerimis yang datangnya keroyokan.

"Baju pak guru jadi basah." Ujar Zea memperhatikan kemeja putih polos yang mencetak bagian depan tubuh Arraz.

"Biarin aja. Nggak bakal dipakai lagi ini." Arraz melepas satu persatu kancing bajunya.

"Lho kenapa? Kan masih bagus pak guru?"

"Kamu mau saya menikah berapa kali lagi memangnya? Kemeja saya banyak. Yang seperti ini nggak mau saya pakai lagi." Sepertinya Arraz trauma kawin gaess, padahal baru dua kali. Lihatlah di Konoha, yang nikah enam tujuh kali aja ada!

"Buat saya aja pak guru. Saya nggak punya kemeja putih kayak gitu."

"Mau buat apa?"

"Dipakai. Kan sayang. Masih baru masa mau dibuang."

"Hmmm. Terserah kamu aja. Zea, kenapa kamu manggil saya pak guru? Manggil mas Delta aja 'mas'?"

Kali ini Arraz sudah melepas kemejanya. Dia taruh di sofa karena katanya mau diambil Zea, Arraz kemudian berjalan menuju kamarnya sambil bertanya pada Zea. Yang diajak ngobrol diem aja. Zea diam karena membayangkan bagian bawah tubuh Arraz yang sempat dia pegang-pegang tadi. Sekarang Arraz berlalu di depannya dengan melepas kemeja, yang artinya secara nggak langsung Zea sudah melihat Arraz bugIl atas bawah! Wah.. Rejeki sekali ya dek ya.

"Zea? Kamu nggak denger saya ngomong apa?" Tanya Arraz sudah memakai kaos biasa.

"Eh, iya pak guru? Pak guru tanya apa?" Zea gugup.

"Udah lah. Lupain aja. Hmm, saya mau mandi dulu. Kalau kamu mau mandi juga, bisa pakai kamar mandi di kamar saya saja. Saya mau pakai yang di dekat pintu belakang." Arraz meninggalkan Zea yang masih mematung di tempat.

Arraz memasuki kamar mandi. Dia preteli semua pakaian yang dia kenakan. Ritual mandi dia lakukan. Matanya menatap ke arah bawah, dimana sang tombak tadi sempat jadi mainan istri kecilnya. Arraz menggeleng pelan, bisa-bisanya seorang guru dilecehkan oleh muridnya sendiri dan dia tidak bisa berbuat apa-apa ketika semua itu terjadi.

Setengah jam kemudian, Arraz dan Zea bertemu kembali di dalam kamar. Arraz tertegun dengan penampilan Zea. Bocah itu menggunankan baby doll khas anak-anak. Rambut panjang basahnya sedikit banyak menciptakan kesan seksi pada diri bocah yang sudah Arraz nikahi.

"Kita cari makan malam di luar ya." Ajak Arraz pada Zea.

"Boleh." Zea menyisir rambutnya dengan jemari agar lebih rapi.

"Pakai jaket, Zea. Di luar dingin."

"Nggak ada pak guru. Cuma ada seragam sekolah, beberapa baju ganti sama daleman aja yang dibawain ibuk ke sini. Ibuk kelupaan ngikutin jaket saya masuk kresek kayaknya."

"Pakai jaket saya mau?" Ketika melihat Zea mengangguk, Arraz langsung masuk kembali ke kamar dan membawa jaket di tangannya.

Jaket baru aja melekat di badan Zea, baru aja kaki melangkah menuju luar rumah, eeeh mereka dikejutkan dengan kedatangan Yani dan... Dewi.

"Ar, kok bisa-bisanya kamu ninggalin pesta resepsi pernikahan mu sendiri? Tega banget kamu sama ayah dan ibuk. Kamu nggak kasihan sama Dewi? Dia lho harus duduk di pelaminan seorang diri! Gimana sih kamu ini?!" Yani langsung memborbardir anaknya dengan rentetan pertanyaan memancing emosi.

"Pernikahan ku dan Dewi udah nggak spesial lagi buk. Ngapain juga aku harus ada di sana lama-lama." Jawab Arraz enteng sekali.

Dewi menatap ke arah Zea. Gadis itu diam saja. Nggak senyum, nggak juga terlihat segan, flat banget pokoknya. Tapi yang menarik perhatian Dewi adalah jaket yang dipakai Zea, itu kan jaket kesayangan Arraz. Dewi aja nggak pernah dikasih pinjem jaket itu!

"Kamu siapa? Kok berani pakai jaket kesayangan suami ku?!" Dewi menarik lengan Zea kasar.

Zea mundur, Arraz membentengi Zea agar tak diserang Dewi.

"Dia juga istriku. Zea berhak atas apapun yang aku miliki." Arraz membela Zea.

"Istri? Jadi kamu beneran nikah lagi Ar?! Kok tega sih kamu giniin aku! Katanya kamu cinta setengah meninggal sama aku, mana?? Nyatanya kamu duain aku! Aku nggak terima ya Ar! Aku nggak mau diduain!!" Dewi memukul lengan Arraz berkali-kali.

"Ya udah kita cerai aja. Lagian aku nikahin Zea lebih dulu dari pada kamu. Jadi secara nggak langsung, kamu itu orang ketiga!" Arraz menatap Dewi penuh aura permusuhan.

"Aduuuuuh. Udah udah! Kita ngomongnya di dalam aja!! Malu diliatin tetangga! Dan kamu Dewi, jangan teriak-teriak, bisa? Bukannya dari tadi ibuk udah jelasin kalo Arraz memang sudah menikah dengan Zea. Dan kamu sendiri yang ngotot pengen pernikahan kalian tetap berlangsung kan? Kenapa sekarang malah jadi ribut-ribut begini?!" Yani menarik Dewi agar tak lagi memukuli anaknya. Ya, ibu mana yang mau anaknya jadi samsak hidup sih?

"Ibu sama dia aja yang masuk ke dalam. Aku dan Zea laper. Mau cari makan." Arraz memegang tangan Zea erat.

"Ibu udah bawain rendang, rawon sama bistik daging, nggak usah keluar cari makan." Cegah Yani ketika anaknya akan melewatinya.

"Zea, mau makan di luar atau di rumah aja?" Tanya Arraz penuh kelembutan.

"Saya ngikut pak guru aja. Mau makan di sini hayo, mau makan di luar juga nggak masalah." Senyum Zea muncul ketika Arraz mengusap rambut Zea. Sengaja banget bikin atinya si Dewi ngebul.

Ke empat orang itu akhirnya masuk ke dalam rumah Arraz. Dewi membawa koper kayak mau pindahan, meski terlihat kepayahan tak ada sedikitpun rasa iba lalu menolong istri keduanya itu. Arraz anteng aja di meja makan bareng Zea. Ibunya hanya bisa geleng kepala.

"Ar, kamu sebagai kepala rumah tangga nggak boleh membedakan perlakuan pada kedua istri kamu. Bagaimanapun juga Dewi juga istri mu. Sama seperti Zea. Semua udah terjadi, ibuk juga nggak pernah bayangin bakal punya dua mantu sekaligus dari kamu. Tapi ibu mencoba ikhlas. Zea ibu anggap anak ibu, Dewi juga demikian adanya. Jangan ada pertengkaran, permusuhan, atau persaingan di antara kalian. Semua harus rukun. Bisa?" Yani bicara setelah membantu Dewi mengangkat koper.

"Bisa, buk." Jawab Zea langsung tanpa mikir.

"Hiiiis... Tapi kan aku yang dicintai Arraz buk, kami pacaran lama. Aku yang harusnya diprioritaskan dong!" Dewi melipat tangannya di depan dada. Duduk melengos karena tak terima penjelasan ibu mertuanya.

"Nggak bisa seperti itu, Dewi. Yang namanya poligami, berbagi suami, itu ya harus adil. Bukan jomplang sebelah. Kamu lebih dewasa dari Zea, kamu bisa anggap Zea adik kamu. Dan Zea bisa anggap Dewi, mbaknya."

Yani yang biasanya kaku dan nggak bisa dibengkokkan sekarang jadi yang paling bijak. Sedangkan Arraz, dia diem aja karena asli.. Dalam hati dia males banget ngadepin Dewi.

"Ya udah deh! Inget ya, aku lebih tua dari kamu, jadi kamu harus hormat sama aku! Kamu kudu ngerti di mana posisi mu. Aku yang pertama! Kamu cuma serepan aja!!" Dewi berkata dengan congkaknya.

"Iya mbak. Kelihatan kok kalo mbaknya udah tua. Saya nggak masalah punya mbak tua seperti embak." Ucapan Zea membuat Arraz tersenyum. Lalu mengacungkan jempolnya. Tentu aja Dewi kesal setengah meninggal. Maksud ucapannya bukan itu! Kenapa malah ambil kata 'tua' nya aja sih?

"Kamu nggak bakal bisa nyaingin aku! Arraz ngasih aku cincin berlian buat mas kawin di pernikahan kami. Kamu dapet apa?? Cincin dari ilalang??" Ledek Dewi sudah memicu pertikaian.

"Dewi.. Kenapa kamu terus aja mancing emosi begini??" Yani sampai ikut bicara karena mengganggap apa yang Dewi ucapkan hanya akan membuat pertikaian aja.

Zea nggak ngomong apa-apa tapi tangan kanannya dia angkat ke atas. Menunjukkan jari manisnya yang terpasang cincin emas di sana. Dan tentu Dewi kesal melihat hal itu.

"Aku hanya menumpahkan kekecewaan ku padanya yang udah merebut Arraz dari ku buk, apa aku salah huhuhuuuuuu. Lihat dia pamer kayak gitu, maksudnya apa??" Dewi menangis kali ini. Dia menunjuk ke arah Zea.

"Pamer apa? Bukannya dari tadi kamu yang ngomong nggak jelas!" Arraz terbawa arus emosi gara-gara Dewi.

"Buuuuk.." Dewi mencari pembelaan pada Yani.

"Dewi, mending kamu beresin baju kamu. Abis itu kita makan malam bersama. Kita ke rumah ibuk aja. Kasihan ayah di rumah sendirian."

Dewi mengangguk. Dia bersikap sok manis di depan Yani agar selalu dapat dukungan dari sang ibu mertua.

"Kamar kamu di sini." Arraz menunjukkan kamar kosong yang belum dibereskan. Ada banyak tumpukan barang di sana.

"Lho, ini bukan kamar kamu Ar? Aku nggak mau!" Dewi kembali merajuk.

"Terserah. Kalo nggak mau, kamu bisa pulang ke rumah orang tua mu." Jelas Arraz kembali menyusul ibu dan Zea di ruang tamu.

"Ar! Lalu dia tidur di mana?? Aku nggak mau satu kamar sama dia!!" Dia yang Dewi maksud adalah Zea tentu aja.

"Zea tidur sama aku." Kalimat singkat yang Arraz ucapkan itu jelas membuat Dewi terkejut setengah meninggal.

"Lho, mana bisa gitu?! Kalo kalian satu kamar, aku juga mau satu kamar sama kamu Ar!!" Dewi masih aja tak terima jika dirinya sekarang ini hanyalah seorang wanita cadangan.

"Kalo nggak mau ya sana pulang aja. Aku nggak minta kamu buat datang ke sini kok." Ketus sekali ucapan Arraz.

Kemudian dengan debat yang begitu menguras emosi sana sini, akhirnya Dewi mau mengalah. Dia mau diberikan kamar yang mana aja asalkan masih satu rumah dengan Arraz.

Mereka kemudian menuju rumah Adi. Di sana sudah disiapkan makanan untuk semua orang, tinggal duduk dan makan aja, kedengarannya nggak ribet dong ya? Tapi yang namanya Dewi Dewi ini, dia nggak bisa kalo nggak cari perkara. Dari yang pengen duduk sebelah Arraz sampai pamer jika dirinya adalah orang yang paling dicintai oleh Arraz karena mendapat cincin berlian.

"Ya wajar sih kalo kamu cuma dapet cincin emas yang harganya jauuuuuh di bawah cincin punya ku ini. Soalnya kamu emang nggak pantes dapetin apapun yang sama kayak aku. Ya kan Ar?" Dewi mengharap pengakuan dari suaminya.

"Nggak apa-apa aku nggak dapet cincin berlian dari pak guru. Wong aku udah pernah liat burung sama telurnya pak guru kok. Mbak Dewi udah pernah liat belum?"

Ucapan Zea langsung membuat Arraz tersedak. Dewi melotot. Adi dan Yani hanya bisa menunduk geleng-geleng kepala. Ya gimana, Zea kan masih bocah.. Apa yang diucapkannya adalah spontanitas karena si Dewi terus-terusan ingin memojokkan nya.

"Maksudnya apa Ar? Kamu ngasih liat itu kamu ke dia???"

"Ya iyalah. Kan aku udah nerobos dia duluan. Makanya aku nikahin dia." Ujar Arraz santai.

"Ne-nerobos?? Maksud kamu nidurin dia??? Kok kamu gitu sih Ar!! Sama aku yang segini seksi dan cantiknya aja kamu nggak pernah mau nyentuh dan nggak pernah kegoda, masa iya sama bocah yang dadanya aja masih rata kamu mau nidurin dia?!"

"Lho, kamu nggak pernah nyentuh Dewi Ar? Berarti yang kemarin Dewi bilang itu bohong? Kamu nggak merawanin Dewi??"

Dewi nggak sadar jika ucapannya barusan malah membuka rahasianya sendiri. Memberi tahu semua orang jika Arraz emang nggak pernah ngobok-obok dirinya.

"Dari awal aku ngomong nggak ada yang percaya. Zea, ayo pulang. Udah kenyang kan? Kalo belum kita bisa makan di luar." Arraz sengaja meninggalkan Dewi dengan kecanggungan luar biasa di tengah ayah dan ibunya.

Mulutmu harimaumu mbak Dewi, kalo udah kayak gitu.. Tutupan kresek juga nggak ngaruh sama sekali!

1
Ⓜ️αɾყσɳσՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐
cieeee berhasil juga ngokop bibirnya zea hahahahah
suwun Thor adegan kokop2annya 🙊🏃🏃
Mrs. Dinold
🤣🤣🤣🤣..bener banget..
Dewi kunti
😂😂😂😂😂 nganti apal
Dewi kunti
Yo gede anu ne kok🤭🤭🤭
99% Menuju Tobat😇
seperti apa?
maaf aku yg polos ini bertanya dengan nada dering selembut2nya.. tolong dijawab, jangan dijokiin😐
Alya Karunia
dari senyum" terus nyengir eh kok bablas ketawa baca bab ini 😄😄
Hikari Puri
akhirnya setelah sekian kali diphp othornya,kelakon jg adegan kokop mengkokopnya🤭🤭
vanilla
kayane udah gak buka lowongan deh Thor...buat gantiin patungnya
vanilla
mungkin rokok...
vanilla
hadeuhhh thorrr...làgi makan pagi inihhh
vanilla
readers kecewa gak jdi kokopan..
Alya Karunia
ga bisa berkata kata lagi sama kelakuan mu Wi Wi 😡
99% Menuju Tobat😇
mungkin tulang patah🤔
𝐙⃝🦜尺o
cinta koq punya selingan, ancen gendheng si dewi
Ⓜ️αɾყσɳσՇɧeeՐՏ🍻¢ᖱ'D⃤ ̐
rai gedeg si Dewi Kunti ini malah buka aib didepan mertua dan emaknya hahhah wes budhe gek akenen megat wae mantu bosokmu iku hahahah
ora mangan nongko keno pulute awakmu arr kuapokkkkk
Dewi kunti
ak Ki gur gemes pingin ngruwes Sik jengger pitik
Mrs. Dinold
semangat semangat yg nulis..,,selalu d tunggu up nya..🥰🥰🥰
🍊 NUuyz Leonal
urat malunya udah di bikin bakso kayak nya si Dewi 🤦🤦🤦
🍊 NUuyz Leonal
kan kan akhirnya kamu membuka bobrok nya kamu sendiri 😏😏
🍊 NUuyz Leonal
ini ternyata maksudnya 😫😫😫
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!