Seorang gadis bernama Mia Elisha yang selalu ceria sedang jatuh cinta kepada seorang laki-laki pendiam bernama Jiro yang duduk di depan meja di kelasnya, Namun karena kepribadiannya yang dingin, pendiam juga sangat pintar.
Suatu hari Mia mengungkap kan perasaannya kepada Jiro tetapi Jiro menolaknya namun Mia tetap berusaha untuk meyakinkan Jiro bahwa perasaan Mia tidak pernah berubah tetap saja Jiro mengabaikan Mia hingga suatu hari Mia berhenti untuk tidak lagi menyukai Jiro.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Wulandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SELAMAT TINGGAL JIRO
Aku terus mencari dan memikirkan masa depanku akan menjadi apa terlebih lagi sudah hampir 1minggu aku belum juga mengisi kertas survei yang telah guru bagikan.
Saat setelah pulang sekolah aku mampir ke toko bunga milik mama.
"Mia... Lebih baik kamu pulang duluan" Ucap mama terdengar begitu lembut ditelingaku hingga membuyarkan lamunanku.
"Akhir-akhir ini kamu selalu melamun" Ucap mama yang menyadari perubahan ku
"Aku hanya sedang memikirkan ujian nanti" jawabku
"Kamu pasti bisa dan lulus" Mama menyemangatiku
Aku pun tersenyum
"Kalau begitu aku akan berjuang" ucapku dengan semangat
Mama pun tersenyum melihat ku
"Kalau begitu aku pulang mama" ucapku
"Hmmmm, hati-hati, kalau kamu sudah lapar di kulkas ada makanan siap saji kamu tinggal hangatkan"
"Oke" ucapku seraya sambil memberikan tanda ok pada jariku
Aku pun segera pulang dari toko bunga mama
*******
Saat di kelas semua orang sibuk menanyakan tentang survei keinginan mereka masing-masing.
"Mia bagaimana dengan kamu" Tanya salah satu teman ku
Aku pun sedikit terkejut karena sebelumnya aku sedang melamun
"Ah.. Aku akan menikahi Hanna" Ucap ku yang usil kembali kepada Hanna
Hanna pun memasang wajah cemberutnya
"Memang ada yang salah dengan isi kepala mu Mia" Ucap Hanna
"Hihihi, mungkin aku akan meneruskan toko bunga mama ku" Jawab ku
Saat semua murid sedang membicarakan survei keinginannya kemudian ketua kelas menyuruh kami untuk mengumpulkan kertas survei tersebut untuk di berikan kepada guru.
Aku pun sekilas melihat Jiro, dan aku sempat berfikir bagaimana dengan Jiro, apa yang akan dia lakukan setelah lulus nanti.
Kami pun mulai evaluasi untuk persiapan ujian, aku akan tetap berusaha karena aku tidak ingin mengecewakan mama ku.
Hingga akhirnya tiba kami melaksanakan ujian akhir aku selalu berdoa agar aku bisa lulus tes masuk universitas di tempat yang aku inginkan.
Namun sebelumnya aku telah bekerja paruh waktu tanpa di ketahui oleh mama juga teman-temanku, aku berusaha menyeimbangkan waktu ku dengan belajar dan bekerja.
Setelah sepulang sekolah aku akan pergi ketempat rumah makan terpopuler tempat ku bekerja paruh waktu menjadi seorang pelayan. Hari-hari berat di tempatku bekerja namun aku harus melakukannya agar aku tidak lagi menyulitkan siapapun.
Namun sebelumnya HRD itu tidak menerima ku karena aku harus fokus untuk ujian ku tetapi aku memaksa dan aku akan tetap membagi waktu ku untuk belajar, aku benar-benar membutuhkan uang untuk biaya kuliah ku nanti karena aku sungguh tidak ingin membebankan mama karena mama sudah berjuang merawat ku seorang diri.
Aku harus pulang sebelum mama ku sudah berada di rumah atau bagaimana aku ketahuan pulang terlambat aku akan berbohong padanya bahwa aku sedang belajar di perpustakaan.
Di tengah gemericik hujan aku menatap langit dan tak ada bulan dan bintang-bintang awan telah menutupi semuanya dengan menurunkan hujan, hujan yang membasahi jalanan, dan orang-orang berlalu lalang dengan segala kesibukannya.
Keramaian di persimpangan besar aku sedang menunggu lampu hijau, angin tiba-tiba bertiup hingga membuat rambutku berantakan dan aku rapihkan kembali rambutku.
Saat aku sudah menyebrangi jalan aku melihat seseorang sedang berdiri sendiri tanpa membawa payung dan membasahi seluruh tubuhnya.
Saat ku sadari aku mengetahui bahwa dia itu adalah orang yang ku kenal.
Aku mencoba melewatinya saja dan menghiraukannya.
"Mia.... " Dia memanggilku
"Tunggu Mia Elisha" Dia memanggilku sekali lagi
Aku menghentikan langkah ku aku sangat menyadari bahwa dia adalah Jiro.
Aku terkejut karena selama ini Jiro tidak pernah menyebut nama ku dia hanya memanggil ku dengan sebutan kamu atau kau itulah pertama kali aku mendengarnya dia memanggil nama ku.
"Ketika kau mengatakan pada ku untuk mengakhiri perasaanmu kala itu aku tersadar di setiap hari yang telah ku lalui seperti ada yang hilang dari ku"
"Kepalaku serasa berputar seperti sebuah komidi putar, aku merasa frustasi oleh kenyataan bahwa ada hal yang tidak ku ketahui"
"Biarkan aku memberitahumu sesuatu yang sudah ku pikirkan begitu lama, kau tidak bisa melihat bentuknya tapi kau dapat merasakan di setiap kalimat yang telah aku utarakan".
"Aku tahu saat itu pasti menyakitkan untuk mu, ternyata beginilah rasanya dan aku malah telat untuk menyadarinya"
"Maafkan aku Mia aku adalah seorang pengecut yang telah menghancurkan perasaanmu" Ucapnya sekali lagi
Dari nada bicara Jiro sepertinya ia sudah menggigil kedinginan dan mencoba menahannya sudah berapa lama dia berdiri di bawah hujan deras ini.
Aku pun mendengarkan peluh kesahnya dan memilih untuk tidak menoleh kepadanya karena aku sudah mengubur perasaanku. Aku benar-benar sudah menganggapnya tidak pernah terjadi.
Namun sebelumnya akupun ingin mengucapkan terimakasih ku kepada Jiro karenanya aku bisa merubah kehidupan ku juga nilai-nilai ku hingga aku bisa menemukan jati diri ku sendiri aku sudah berjuang karena Jiro lah yang mendorongku untuk merubah semuanya. Akupun berdiri di hadapan Jiro melihat wajahnya yang masih tertunduk.
"Terimakasih untuk semuanya" ucapku yang kemudian Jiro mengangkat kepalanya melihat kearahku mata kami saling bertemu.
Hingga akhirnya tanpa sepatah kata apapun lagi aku melanjutkan langkahku hingga pergi meninggal kan Jiro. Aku pun mencoba untuk menolehnya dan ku lihat dia yang masih berdiri sendiri di bawah rintik hujan dengan tubuhnya yang sudah basah kuyup.
Jiro adalah orang yang pernah ku cintai dengan rasa cinta yang menggebu di usia remajaku dan bukan ku membencinya namun bukan berarti akupun bisa melupakannya setelah apa yang aku lalui bersama Jiro.
"Apa yang harus ku gunakan untuk mengisi jarak yang jauh di antara kita, karena kau masih bergerak maju sementara aku sudah berhenti sepenuhnya"
"Terimakasih, selamat tinggal orang yang ku cinta"
**selesai**
semangattt/Determined//Determined/