Gyan Abhiseva Wiguna tengah hidup di fase tenang pasca break up dengan seorang wanita. Hidup yang berwarna berubah monokrom dan monoton.
Tak ada angin dan hujan, tiba-tiba dia dititipi seorang gadis cantik yang tak lain adalah partner bertengkarnya semasa kecil hingga remaja, Rachella Bumintara Ranendra. Gadis tantrum si ratu drama. Dia tak bisa menolak karena perintah dari singa pusat.
Akankah kehidupan tenangnya akan terganggu? Ataukah kehadiran Achel mampu merubah hidup yang monokrom kembali menjadi lebih berwarna? Atau masih tetap sama karena sang mantanlah pemilik warna hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Menjaganya Dengan Baik
Senyum tipis terukir dari wajah seorang pria yang baru saja menerima laporan terbaru. Perubahan yang cukup baik dalam waktu satu bulan.
"Keren juga nih anak," pujinya.
Pria paruh baya yang juga tengah melihat perkembangan sang cucu dari hari ke hari ikut melengkungkan senyum. Dia menatap ke arah pria yang tengah meneguk alkohol kalengan.
"Dia layak dapat kapal pesiar."
Mas Agha pun tertawa mendengar perkataan dari papi Restu. Si tukang palak yang kini menjadi kebanggaan.
Gyan adalah lelaki yang pantang menyerah. Ketika dia bicara A, harus A. Ketika dia menginginkan sesuatu pasti akan dia kejar sampai didapat. Apalagi sekarang dia sudah diberi tugas oleh keluarga besar untuk menjaga Achel dan menjalankannya dengan sangat baik.
Reyn dan Ragara yang baru saja tiba melengkungkan senyum ketika diperlihatkan perkembangan sang putri tercinta. Penjagaan Achel sedikit dilonggarkan ketika gadis itu memiliki pacar. Untuk menguji apakah mampu lelaki itu menjaga Achel? Baik saja tidak cukup.
.
Tak ada angin tak ada hujan. Masih pagi buta terdengar suara ketukan pintu kamar. Sang penghuni kamar segera membuka pintu dan Gyan sudah rapi dengan baju kerjanya.
"Gua ada meeting di luar Kota. Dan enggak pulang untuk dua hari ke depan." Gyan menyerahkan sejumlah uang kepada Achel untuk uang saku dan lainnya.
"Kalau untuk makan entar gua yang pesenin. Enggak usah masak, enggak usah keluar." Achel mengangguk.
"Kalau ada apa-apa langsung kabarin gua." Kembali Achel mengangguk.
Ada rasa hampa ketika Gyan berkata seperti itu. Selama hampir dua bulan di Singapura, Gyan selalu ada bersamanya di apartment. Walaupun mereka berdua jarang berbicara.
Makan malam yang sudah dipesankan oleh Gyan sudah sampai belum dia santap. Rumah ini terasa sangat sepi. Dia merasa benar-benar sendiri. Achel sudah meraih ponselnya. Mulai mengetikkan sesuatu.
"Lagi sibukkah?"
Achel menunggu balasan dari pesan yang dia kirim. Lima menit, sepuluh, menit dan setengah jam kemudian pesan balasan dia dapatkan.
"Hm."
Hembusan napas kasar keluar dari bibir Achel. Dia mulai menscroll pesan yang dia kirim ke Gyan. Dan jawabannya sama. Hanya dua huruf. Achel meletakkan ponsel dengan sedikit kesal dan memilih menyantap makanan yang Gyan berikan.
"Vibesnya kayak anak sebatang kara," gumamnya.
.
Gyan tengah meregangkan ototnya. Jam sebelas malam baru dia masuk ke kamar hotel. Meeting sedari sore sudah selesai, tapi ada pembahasan serius lain dengan William. Hembusan napas kasar keluar. Ponsel sudah diletakkan di atas nakas, tapi diraihnya lagi untuk mengecek sesuatu. Senyum kecil pun terukir. Seorang gadis kecil terpantau sudah berada di bawah selimut.
Disela pembahasan dengan William tadi, asisten sekaligus sekretarisnya itu membahas perihal Achel yang ditinggalkan sendirian.
"Banyak orang yang ngejaga dia."
"Bukan itu yang saya maksud," balas Willian dengan wajah yang serius.
"Gadis itu kan lagi jauh dari keluarga, di sini dia cuma punya Bapak. Pasti dia akan merasa kesepian banget, Pak."
Gyan terdiam untuk sesaat. Namun, sebuah jawaban dia berikan. "Dia udah memasuki usia dewasa. Harus ditempa lebih keras supaya kuat menghadapi dunia yang sesungguhnya."
Bagi Gyan tempaan keras tidak berlaku untuk para lelaki saja. Perempuan pun harus diperlakukan sama. Kejamnya dunia tak memandang pria atau wanita.
Pagi ini Gyan merasa ada yang kurang. Ditatapnya pintu kamar hotel. Senyum kecil disertai gelengan kepala terlihat. Di jam sekarang ini biasanya ada yang mengetuk pintu kamarnya untuk meminta uang saku. Atensinya teralihkan ketika ponselnya bergetar.
"Kak Gy, Achel berangkat." Sebuah pesan Achel kirimkan dan membuat senyum sangat tipis terukir.
"Hm."
Achel merasa bahagia ketika pesannya dengan cepat direspon. Tapi, jawabannya membuat dia berdecih kesal.
"Masa iya keyboard hapenya cuma ada huruf H sama M doang. Heran!" Mengoceh sambil berjalan menuju kampus.
Sedangkan Gyan tersenyum lebar ketika Achel mengirimkan sticker wajah dirinya yang seperti ikan buntal sambil kerung.
William menelisik wajah Gyan yang begitu segar dan berseri di pagi ini.
"Kenapa?"
"Good mood?"
Gyan menggelengkan kepalanya dan meninggalkan William. Lelaki yang ada di belakang Gyan pun tersenyum bahagia.
"Saya harap senyum itu selalu hadir setiap hari, Gy. Jangan siksa tubuh kamu lagi hanya untuk mengalihkan pikiran dan perasaan kamu."
Meeting berjalan dengan lancar. Gyan memeriksa ponsel. Dibukanya aplikasi pesan dan tak ada pesan dari si bocah tantrum. Segera dia cek cctv apartment juga kamar Achel. Dahinya mengkerut ketika gadis itu tak ada di sana.
William melihat kecemasan dari raut wajah Gyan. Apalagi jari bosnya itu begitu sibuk menari-nari di atas layar benda pipih. Tak berselang lama wajah cemas itu menghilang dan berganti dengan hembusan napas penuh kelegaan.
"Pembahasan yang bukan dengan klien kita bahas di kantor aja." William mengangguk mengerti.
"Saya pesan tiket sekarang," balas Wiliam. Tanpa Gyan berkata William sudah tahu maksudnya.
.
Gadis kecil dengan wajah sendu sudah memasuki area apartment. Tubuhnya mematung karena Gyan sudah kembali dan menatapnya dengan begitu tajam dengan kedua tangan dilipat di atas dada.
"Ma-maaf. Achel--"
"Ganti baju. Terus ikut gua." Dingin sekali ucapan Gyan.
Melihat Achel yang masih belum bisa mencerna ucapan Gyan membuat lelaki yang baru saja tiba dari luar Kota menarik napas panjang dan berkata dengan penuh penekanan.
"Punya kuping kan?" Achel mengangguk dan segera menuju kamar.
Sudah tiga kali Gyan melihat ke arah jam tangan. Gadis kecil itu malah tak kunjung keluar.
"A--" Suara Gyan tercekat ketika gadis yang akan dia panggil sudah ada di depannya.
Achel menjelaskan, tapi tak mampu Gyan dengar karena terfokus pada kecantikan seorang gadis.
Berkali-kali Achel memanggil, tapi tak Gyan dengar. Dia segera tersadar ketika lengannya dipegang oleh gadis berambut panjang. Gyan segera berdiri dan melangkah menuju pintu. Diikutin oleh Achel di belakangnya.
Sesekali Gyan mencuri pandang ke arah Achel yang ada di kursi penumpang depan. Dia tak menyangka jika temannya bertengkar sedari kecil kini menjelma menjadi gadis yang cantik. Bibirnya pun sedikit terangkat sambil kembali menatap ke arah jalanan.
Mereka berdua sudah berasa di mall. Achel berjalan di samping Gyan karena lelaki itu tak memperbolehkan gadis itu jauh darinya.
"Kalau keluar apart enggak boleh pake mini dress ataupun celana pendek." Atensi Achel pun beralih pada sosok lelaki yang ada di sampingnya sambil memainkan ponsel.
"Gua gak suka lu jadi pusat perhatian." Achel mengangguk dan mulai tersenyum mendengar kalimat akhir yang terlontar.
Sayangnya senyum itu harus segera menghilang ketika Gyan sudah menatapnya dengan tajam dan meminta ponsel miliknya
"K-kak--" Tangan Gyan sudah menengadah dan membuat Achel tak bisa menolak.
Ponsel dengan layar pecah parah sudah ada di tangan Gyan. Tatapan dingin kembali Gyan berikan kepada gadis dengan raut bersalah.
"Tadi hapenya ke--"
Kalimat itu terhenti ketika dengan santainya Gyan membuang ponsel Achel ke tong sampah. Lalu, masuk ke dalam toko ponsel merk ternama.
"Cepet pilih ponsel apa yang lu mau."
Achel terhenyak dan segera menatap wajah Gyan yang begitu serius. Sorot matanya seperti tengah memastikan.
"Cepet! Sebelum gua berubah pikiran."
Achel pun mengangguk dengan senyum yang mengembang. Lalu, berlari kecil menuju merk dan tipe ponsel yang dia inginkan.
Decihan dari lelaki berpakaian serba hitam terdengar. Tanpa dia sadari bibirnya melengkungkan senyuman yang sudah lama menghilang.
...**** BERSAMBUNG ****...
Jangan lupa tinggalkan komen ya biar aku semangat untuk up lagi 🙏
pasti si Achell bahagia banget tuh musuh bebuyutannya sedari kecil kini sudah menyatakan perasaannya
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
bakal direstuin gak yah mereka...