NovelToon NovelToon
Loud But Loved

Loud But Loved

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Addinia

Alena adalah seorang gadis ceria yang selalu berbicara keras dan mencari cinta di setiap sudut kehidupan. Dia tidak memiliki teman di sekolah karena semua orang menganggapnya berisik. Alena bertekad untuk menemukan cinta sejati, meski sering kali menjadi sasaran cemoohan karena sering terlibat dalam hubungan singkat dengan pacar orang lain.

Kael adalah ketua geng yang dikenal badboy. Tapi siapa sangka pentolan sekolah ini termasuk dari jajaran orang terpintar disekolah. Kael adalah tipe orang yang jarang menunjukkan perasaan, bahkan kepada mereka yang dekat dengannya. Dia selalu berpura-pura tidak peduli dan terlihat tidak tertarik pada masalah orang lain. Namun, dalam hati, Kael sebenarnya sangat melindungi orang yang dia pedulikan, termasuk gadis itu.

Pertemuan tak terduga itu membuatnya penasaran dengan gadis berisik yang hampir dia tabrak itu.

"cewek imut kayak lo, ga cocok marah-marah."

"minggir lo!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addinia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apakah itu ide yang bagus?

Sabtu sore, di kafe kecil milik Luka. Tempat itu menjadi tongkrongan tetap bagi Ghost Riders. Area outdoor dihiasi dengan meja kayu sederhana dan suasana santai di bawah pohon rindang. Aroma kopi dan suara canda tawa mereka mengisi tempat itu. Kael duduk di salah satu kursi, memetik gitar akustik, sementara Ronan bersiap menyanyikan lagu. Luka, sang pemilik kafe, sibuk di balik meja kasir, sedangkan yang lain bersantai menikmati suasana.

Kael memetik gitar perlahan, melodi mengalun lembut. "..."

Ronan berdiri sambil mengatur nada suaranya. "Oi, Kael, pelan-pelan dikit! Gue belum mulai nyanyi!"

Ezra tertawa kecil. "Liat mukanya. Kayak nggak lagi di sini."

Leo berbisik pada Bayu, sambil menunjuk Kael. "Dia lagi di dunia laen. Gue curiga dia lagi mikirin sesuatu."

Bayu tertawa kecil. "Atau... mikirin seseorang?"

Kael masih melamun, petikan gitarnya mulai melambat. "... Alena."

Semua langsung terdiam sejenak sebelum serentak tertawa heboh.

Ronan tertawa keras, menunjuk Kael. "APA?! ALENA?! Bener dugaan gue!"

"Sudah gue dugong, yang dipikirinnya cuma Alena, sekarang." Ucap Luka yang tiba-tiba datang, gabung dengan mereka.

Kael kaget, salah tingkah, berusaha membela diri. "Nggak, gue nggak mikirin dia!"

Luka menyeka tangannya dengan handuk, mendekat dengan senyum mengejek. "Bilangnya nggak mikirin, tapi nama dia sampe kepleset keluar dari mulut lo. Mau ngaku sekarang, apa gue bikinin kopi spesial buat lo supaya bisa mikir lebih jernih?"

Bayu tertawa sambil menepuk bahu Kael.

"Jangan-jangan lo suka sama dia?"

Kael wajahnya memerah, menggeleng cepat. "Lo pada ngaco. Gue nggak suka dia! Gue cuma... penasaran aja."

Ezra menaikkan alis, tersenyum penuh arti.

"Penasaran? penasaran kayak gimana? Nggak biasanya lo segitunya sama cewek, El."

"Yap, dan baru sama Alena lo kayak gini." Sahut Leo.

Ronan menyandarkan diri ke kursi. "Kalo cuma penasaran, kenapa sampe bengong? Lo nggak sadar kalo muka lo keliatan banget lagi mikirin dia."

Bayu menggoda sambil meniru gaya serius Kael. "Hmmm, Alena... cewek dingin yang bikin gue kesel, tapi nggak bisa gue lupain."

Semua tertawa lagi, sementara Kael semakin salah tingkah.

Kael menghela napas, meletakkan gitarnya. "Gue serius. Ini bukan soal suka atau cinta. Gue cuma heran aja, kenapa dia selalu keliatan... ya gitu. Dingin banget, kayak nggak ada orang lain di dunia dia."

Bayu mengangguk penuh drama. "Ah, ini tuh gejala klasik cowok clueless yang lagi denial soal perasaan. Gue udah sering lihat ini di film-film."

Ezra menambahkan, sambil memainkan sedotan di tangannya. "Lo nggak harus ngerti semuanya, El. Kadang cinta tuh datang tanpa permisi."

Leo menatap Kael dengan senyum usil. "Jadi, sampe kapan lo mau denial?"

Luka mengangguk pelan, nada suaranya lebih serius. "Gue ngerti lo nggak pernah pacaran atau jatuh cinta. Jadi, mungkin lo nggak ngerti sama apa yang lo rasain sekarang."

Ezra menyandarkan tubuh ke belakang, ikut menasehati. "Luka bener. Kadang kita nggak sadar kalau rasa penasaran itu bisa berubah jadi sesuatu yang lebih dalam. Dan itu nggak salah, El."

Bayu tertawa kecil, tapi nada suaranya tulus.

"Lo cuma perlu waktu buat ngerti. Nggak perlu langsung ngaku, tapi jangan juga terus-terusan menyangkal. Itu cuma bikin lo tambah bingung."

Kael menghela napas, mencoba mengalihkan perhatian. "Lo semua kayak psikolog dadakan. Gue beneran nggak suka sama dia."

Ronan tertawa kecil, menyeringai. "Oke, oke, kita berhenti. Tapi lo jangan salahin kita kalau tiba-tiba lo beneran jatuh cinta sama dia."

"Jangan sok tau tentang cinta, kalian semua jomblo!" Kesal Kael.

Semua kembali tertawa, sementara Kael menggeleng kesal namun tetap tersenyum kecil. Di dalam hatinya, ia tahu ada sesuatu yang tak biasa ketika memikirkan Alena. Tapi ia terlalu bingung untuk mengakuinya bahkan pada dirinya sendiri.

Suara petikan gitar kembali mengisi ruangan, diselingi canda tawa Ghost Riders yang tak pernah gagal menghidupkan suasana.

...----------------...

Malam hari di rumah Alena. Alena keluar dari kamar mengenakan pakaian santai—kaos oversized dan celana pendek. Ia berjalan ke ruang tengah, duduk di sofa, dan menyalakan TV. Beberapa menit kemudian, Larasati, mamanya, datang membawa cemilan dan duduk di sebelah Alena.

Larasati menaruh mangkuk cemilan di meja. "Film apa, le? Kelihatannya seru."

Alena melirik layar TV sambil mengambil cemilan. "Drama cinta-cintaan, bagus sih. Tapi agak klise."

Larasati tersenyum, menyandarkan tubuh ke sofa. "Klise? Bukannya semua cerita cinta biasanya punya pola yang mirip."

Alena mengangkat bahu. "Iya, tapi... ending-nya selalu bahagia. Padahal di dunia nyata, cinta nggak seindah itu."

Larasati terdiam sejenak, menatap Alena dengan lembut. "Kamu bener, Le. Kadang cinta itu rumit. Tapi bukan berarti nggak ada cinta yang tulus."

Alena sambil tetap menonton TV, tiba-tiba. "Ma, kenapa Mama nggak coba nikah lagi?"

Larasati terkejut, menoleh ke arah Alena.

"Kamu ngomong apa sih, Mama nggak pernah kepikiran soal itu."

Alena menoleh, menatap mamanya serius.

"Serius, Ma. Papa udah lama pergi, kan? Mama pantes bahagia. Kalau ada orang baik yang sayang sama Mama, kenapa nggak coba?"

Bercerita soal Papanya, Dirga. Dirga dan Larasati sudah lama bercerai karena perselingkuhan yang Dirga lakukan. Jika ditanya kenapa Alena ingin Mamanya menikah lagi jawabannya, Kalau Dirga saja bisa bahagia dengab keluarga barunya kenapa Mamanya tidak bisa.

Larasati tersenyum kecil, tapi matanya sedikit redup. "Masalahnya, Mama belum nemu orang yang cocok. Dan lagi, cinta itu... nggak semudah itu, Ale."

Alena tertawa kecil, sambil mengambil cemilan. "Iya, Mama sih yang terlalu banyak mikir. Cinta itu sederhana, kok. Kalau dua orang saling peduli dan saling mendukung, itu udah cukup."

Larasati menggeleng pelan, tersenyum lembut. "Kamu bisa ngomong gitu, tapi Mama tahu kamu sendiri sering bingung soal cinta. Benar, nggak?"

Alena terdiam, lalu memalingkan wajah ke TV, pura-pura sibuk menonton.

"Kamu juga harus hati-hati dalam memilih pacar, Ale. Mama tau kamu sering nangis di kamar."

"Ah, udahlah, Ma. Kita nonton aja. Ngomongin ini nggak ada ujungnya."

Larasati tertawa kecil, tapi sebelum kembali menonton, ia mengingat sesuatu.

"Oh iya, Mama hampir lupa. Tadi Mama ditelepon sekolah kamu."

Alena menoleh cepat. "Kenapa? Ada apa?"

"Guru kamu bilang kalau nilai kamu mulai menurun, Le. Kalau terus begini, kamu bisa dipindahkan dari kelas unggulan."

Alena menghela napas, bersandar ke sofa.

"Halah, dramatis banget sih mereka. Masih bisa dikejar, kok."

"Makanya Mama bilang kamu perlu ikut les. Biar lebih fokus."

Alena menggeleng cepat. "Nggak mau, Ma. Malas les-lesan. Ribet."

Larasati menghela napas, tapi Alena tiba-tiba teringat sesuatu. Ucapan Bu Merah di kelas kemarin tentang Ghost Riders muncul di benaknya.

"Kamu salah besar kalau hanya menilai mereka dari sikap mereka di kelas. Kael dan teman-temannya adalah siswa terpintar di kelas ini, bahkan di sekolah ini. Mereka hanya punya cara sendiri untuk mengekspresikan diri."

Wajah Alena berubah serius. Ia teringat bagaimana Kael mengajarinya.

"Kalau minta bantuan mereka... mungkin gue bisa kejar nilai gue!"

Alena dengan cepat mengambil ponselnya, membuka aplikasi chat, dan mulai mencari tahu dari teman-temannya tentang lokasi tongkrongan Ghost Riders.

Alena tersenyum kecil penuh arti. "Dapet."

Larasati menatap Alena, bingung. "Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?"

Alena menyimpan ponselnya, menoleh ke mamanya dengan ekspresi percaya diri. "Nggak usah khawatir, Ma. Ale udah nemu tempat les. Mulai besok ale bakal belajar dengan serius."

Larasati kaget tapi senang. "Benar? Bagus dong. Mama cuma mau yang terbaik buat kamu."

Alena tersenyum tipis, tapi dalam hati ia sudah memikirkan rencananya. Meski ia tahu bertemu dengan mereka akan membuatnya emosi tapi mungkin cara ini yang terbaik untuk memperbaiki nilainya—dengan bantuan Ghost Riders, terutama Kael.

1
Muhammad Rizkan
lanjut thorr
Fatimah Imah
semangat y kkk
Fatimah Imah
ok.q suka m alur cerita anak remaja yg seru dan keren
Addinia Azzahra: terima kasih banyak ya kak 💗✨
total 1 replies
IamEsthe
'sorry' ganti ke font italic atau pakai kata serapan jadi 'sori'
Addinia Azzahra: baik kakkk.. terima kasih yaaa 💗💗
total 1 replies
IamEsthe
Kata 'Menuding' karena bukan awal kalimat jadi 'menuding' dan 'riko' jika dia mengarah pada nama seseorang harusnya diawali huruf kapital. 'Riko'
yanah~
mampir kak 🤗 semangat 💪
Yoona
mampir
🍒⃞⃟🦅♕⃟ Ƙҽƚυα MTᴺᵀ【﷽】
Semangat ya, Jan kayak gua yang malas nulis /Determined/
Addinia Azzahra: hihihi okeeeyyy, kamu juga semangatttt
total 1 replies
🍒⃞⃟🦅♕⃟ Ƙҽƚυα MTᴺᵀ【﷽】
mampir
Yoona
semangat💞💞
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!