"Kau hanyalah sampah yang dipungut dan dijadikan ratu oleh putraku. Bagiku sampah tetaplah sampah! Sampai dunia kiamat pun, aku tidak akan pernah merestui hubungan kalian!"
Cacian begitu menyakitkan telah dilontarkan oleh wanita tua, membuat gadis muda yang bernama Diana Prameswari hanya bisa menangis merutuki nasibnya yang begitu buruk.
Semenjak masih bayi dia sudah terpisah dari orang tua kandungnya, dia ditemukan di semak-semak dan dipungut oleh seorang wanita tua yang tidak memiliki keturunan.
Bertemu dengan seorang pria tampan yang begitu terobsesi oleh kecantikannya dan mengajaknya untuk membina rumah tangga, membuatnya bahagia. Diana berpikir keluarga dari suaminya akan merestui hubungannya, tapi sebaliknya, keluarga suaminya sangat membencinya karena ia hanyalah wanita miskin yang tidak memiliki apa-apa.
Mampukah Diana bertahan hidup bersama keluarga suaminya yang tidak pernah menghargainya?
Penderitaan seperti apa yang dirasakan Diana ketika tinggal bersama mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Namamu Diva
"Karena kamu tidak mengingat namamu sendiri, aku akan memberi nama Diva padaku. Kamu mau kan?"
Dokter Yuda sangat senang melihat kondisi pasien satu itu sudah sadar. Kondisinya juga semakin membaik, namun ia masih kesulitan untuk mengingat jati dirinya.
Di sisi lain, Yuda memiliki rencana untuk membawanya pulang ke rumah dan mengenalkannya pada anggota keluarganya yang lain. Ia ingin menjadikannya wanita itu bagian dari anggota keluarganya.
"Di-diva?"
Dokter Yuda mengangguk dengan mengulas senyuman manis.
Tatapan sendunya mengharapkan wanita itu bisa membantunya membangkitkan semangat sang istri yang sudah lama mengalami depresi semenjak kehilangan anak perempuannya.
"Iya nak, untuk sekarang nama kamu Diva, dan mulai sekarang kamu panggil saya Papa. Saya memiliki alasan memberimu nama Diva. Diva adalah putri saya yang hilang delapan belas tahun yang lalu. Sampai sekarang dia masih belum kami temukan, dan istri saya depresi semenjak kepergiannya. Saya minta tolong sama kamu, bantu saya untuk meyakinkan istri saya bahwa kamu ini adalah anak kami yang hilang delapan belas tahun yang lalu. Kamu mau kan nak, membantu kamu?"
Dokter Yuda memelas, dia memegang tangan Diva penuh permohonan.
Diva merasa tidak enak hati jika harus menolaknya. Dokter Yuda terlalu baik dan sudah menyelamatkannya dari maut. Sangatlah tidak tau diri jika ia menolak tawarannya.
Di sisi lain Diva masih bingung, bagaimana kalau pihak keluarganya tengah mencarinya? Apa ia harus egois dan memilih untuk tinggal bersama sang dokter?
"Dokter, saya bingung. Saya nggak mempermasalahkan jika dokter memberi nama Diva pada saya. Saya juga harus membalas budi pada dokter yang sudah menyelamatkan nyawa saya, tapi bagaimana jika orang tua saya sekarang tengah mencari saya? Saya bahkan tidak bisa mengingat mereka."
Dokter Yuda menghela napas dengan menepuk bahu Diva.
Ia tidak menyalahkan Diva yang masih kebingungan dan bimbang memikirkan tentang keluarganya.
Ia paham sangat sulit bagi Diva untuk memberikan jawaban yang tepat, tapi setidaknya untuk sementara waktu, Diva bisa tinggal bersamanya dan membantunya mengembalikan mental istrinya yang terganggu.
"Nak, aku akan membantumu untuk bisa bertemu dengan keluarga kamu, tapi sebelumnya,tinggallah bersamaku sebagai Diva, sembari mengembalikan memorymu yang hilang. Aku janji, aku akan melakukan apapun untuk membuatmu sembuh, tapi kamu juga harus bantu kami untuk meyakinkan istriku jika kamu adalah anaknya yang hilang. Aku mohon kerjasamanya nak?"
Tak mau urusannya semakin belibet, Diva langsung menyanggupi permintaan sang dokter.
Lagi pula ia juga butuh tempat tinggal untuk sementara waktu sampai bisa mengingat kembali jati dirinya.
Dengan wajah tertunduk, ia melihat cincin pernikahan tersemat di jari manisnya. Ia semakin yakin kalau sudah memiliki suami, namun sangat sulit untuk bisa mengingatnya.
"Baik dokter, saya mau tinggal sama dokter, dan membantu dokter sebisa saya. Tapi dokter juga harus janji bakalan cari tau siapa keluarga saya ya? Saya merindukan orang tua saya, tapi saya tidak bisa mengingat mereka."
Sudah saling menyetujui syarat yang diajukan oleh Diva maupun dokter, mereka berdua pun sama-sama menghela nafas lega.
Di situ Yuda berpikir, sama-sama menguntungkan. Ia yakin dengan kehadiran Diva di rumahnya, istrinya bisa kembali pulih seperti sedia kala.
Diva memiliki wajah yang hampir mirip dengan istrinya, hanya saja kini wajahnya tak lagi mulus, banyak luka yang membuatnya cacat, namun dokter Yuda akan melakukan operasi plastik agar Diva kembali cantik.
"Diva, ada satu hal yang belum kamu ketahui. Untuk saat ini, kamu sedang dalam kondisi hamil, usia kandunganmu masih sekitar sepuluh Minggu. Ini adalah hasil tes kesehatanmu, kamu bisa menyimpannya."
Diva terkejut mendengar penjelasan dokter dan melihat hasil tes yang diberikan padanya.
Ingin menjerit, namun lidahnya kelu tak bisa menganga.
Di saat ia tidak mengenali siapapun, ia dinyatakan hamil, lantas siapa yang akan membantunya? Ia tidak mungkin bergantung pada dokter Yuda terus menerus, tapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa dengan kehamilannya dalam kondisinya yang tidak baik-baik saja.
"Diva, kenapa kamu menangis? Ini kabar yang sangat baik, di dalam tubuhmu sudah ada nyawa yang harus kamu jaga. Anak ini adalah anugerah Tuhan yang paling indah, dengan kehadiran anak ini kamu bisa merasakan kesempurnaan sebagai orang tua. Kami sangat sedih saat kehilangan putri kami, tidakkah kamu bahagia akan segera melahirkan seorang bayi?"
Dokter Yuda tidak ingin melihat Diva putus asa dalam menjalani kehidupan dengan kondisinya yang tengah hamil muda.
Dia ingin Diva tetap tegar dan semangat menjalani hari-harinya dengan baik. Harapannya kini bergantung pada wanita itu. Ia yakin kedatangan Diva bisa merubah segalanya.
"Saya sedih dokter. Dalam keadaan saya yang seperti ini, kenapa saya bisa hamil? Siapa yang akan bertanggung jawab atas anak ini? Saya tidak bisa memberikan nutrisi atau vitamin untuk bayi saya. Saya juga tidak tahu apakah bayi ini masih memiliki Bapak. Saya bingung dokter."
Sebulir air mata menetes di pipinya. Hatinya sangat teriris pedih, takut tidak bisa melewati hari-harinya dengan baik.
Jika suatu saat nanti ia kembali mengingat memorinya dan tidak ada orang yang mau mengakui bayinya, apa yang harus ia lakukan? Ia tidak ingin anaknya tumbuh tanpa kehadiran seseorang Ayah. Ia juga tidak ingin membebani keluarga Dokter Yuda yang sudah sangat baik padanya.
"Diva, sudah kukatakan padamu, kalau aku akan menjadi orang tuamu, tentunya aku akan menjadi kakek dari anak yang kamu kandung. Jangan sedih karena keadaanmu saat ini. Semua akan baik-baik saja. Aku tidak akan membiarkan cucuku menderita. Kamu jangan berpikir buruk, semua yang kamu takutkan, itu tidak akan pernah terjadi, karena aku berjanji akan melindungimu dan juga bayi yang ada di dalam perutmu. Aku berpesan, jagalah cucuku dengan baik, aku akan memberikan yang terbaik buat perkembangannya."
Diva sangat terharu, dokter Yuda begitu baik dan sangat memperhatikannya. Di saat ia tidak bisa mengenali siapa keluarganya, dokter Yuda siap menjadi garda terdepan untuk melindunginya.
Tak ada lagi yang bisa dijadikan alasan untuk pergi dari sang penolong, kini ia hanya bisa pasrah dan berharap semua akan baik-baik saja seperti yang dijanjikan oleh dokter Yuda.
"Dokter, terimakasih banyak karena dokter sudah memberikan segalanya buat saya. Saya nggak tau harus membalas kebaikan dokter dengan cara apa. Mungkin tanpa bertemu dengan dokter, nyawa saya sudah melayang, bahkan saya tidak pernah tau kalau ada kehidupan kedua untuk saya. Sekarang saya siap untuk melakukan apa saja buat dokter. Saya nggak bisa beralasan untuk menolak niat baik dokter."
Dokter Yuda manggut-manggut disertai kekehan. Ia ikut senang karena Diva kembali bersemangat untuk tetap menjalani kehidupannya tanpa mengeluh dengan keadaan.
Dalam hati ia merasa begitu bahagia, dan tak ada yang tidak mungkin jika Tuhan telah berkehendak, bertemu Diva dan menjadikannya sebagai pengganti anaknya yang hilang.
'Diva, aku akan mencaritahu tentang jati dirimu yang sebenarnya. Wajahmu yang memiliki kemiripan dengan istri dan anakku Arya, mengingatkanku pada Diva, anakku yang hilang. Dengan adanya dirimu di sini, aku ingin kau membalaskan sakit hatiku pada wanita ular yang sudah tega membuat hidup istriku menderita sampai saat ini.'