Terjerat Pesona Hot Duda

Malam itu Mr Jason nampak mengantar Jessica pulang ke Apartemennya. "Sebenarnya aku lebih suka jika kamu menginap." ucap pria tersebut di tengah mengemudikan mobilnya.

"Tidak, itu tidak mungkin." timpal Jessica yang kini duduk di jok sebelah pria itu.

"Kenapa ?" Mr Jason nampak menatap sejenak ke arah gadis itu.

"Karena kita belum menikah." sahut Jessica dengan tegas.

"Dan jika Daddy tahu, mungkin aku bisa di gantungnya." imbuhnya lagi namun kali ini dengan nada sedikit becanda, namun tidak dengan Mr Jason pria itu nampak mengernyitkan keningnya.

"Apa ayahmu sangat galak ?" tanyanya penasaran.

"Hm, sangat tapi beliau juga penyayang." sahut Jessica kemudian dan itu membuat Mr Jason langsung mengangguk kecil, entah apa yang sedang di pikirkan oleh pria itu.

Kemudian Mr Jason nampak mengambil tangan gadis itu yang berada di atas pahanya lalu menggenggamnya dengan erat, bahkan sesekali ia tak ragu menciumnya dan tentu saja itu membuat Jessica merasa begitu di puja dan di sayangi.

Sepertinya ia tak menyesal karena telah menyukai pria yang jauh lebih dewasa darinya, sebab ia merasa begitu di ratukan.

"Tolong fokuslah mengemudi, aku masih ingin hidup." mohon Jessica saat pria itu tak kunjung melepaskan genggaman tangannya.

"Jangan khawatir aku lumayan ahli mengemudi dengan satu tangan." timpal pria itu sembari tersenyum kecil menatap wajah khawatir gadis yang duduk di sebelahnya tersebut.

"Baiklah, sepertinya mulai hari ini aku harus belajar mempercayai kemampuan kekasihku sendiri." cibir Jessica dan itu membuat Mr Jason tertawa kecil.

"Tentu saja sayang dan ku jamin kamu takkan menyesal melakukan itu." sahut pria itu lalu mengacak lembut puncak kepala gadis itu dengan gemas.

Beberapa saat kemudian mobil mewah keluaran terbaru itu nampak berhenti di depan sebuah lobby salah satu tower Apartemen yang ada di kota tersebut.

"Mau ku antar sampai ke atas ?" tawar Mr Jason kemudian.

"Ti-tidak, tidak usah lagipula ini sudah malam." tolak Jessica, karena bisa jadi masalah jika sahabatnya itu tahu ia di antar oleh seorang pria apalagi itu seorang Mr Jason yang tidak di sukainya.

"Baiklah, kalau begitu aku keluar dulu." imbuh Jessica lagi seraya membuka pintu mobil tersebut, namun tiba-tiba Mr Jason menarik lengannya hingga membuat gadis itu terkejut dan detik selanjutnya pria itu langsung membungkam bibirnya dengan ciumannya.

Jessica hanya bisa pasrah saat kekasihnya itu m3lum4t bibirnya dengan rakus karena jujur ia juga menikmatinya, tindakan pria itu benar-benar sulit di tebak dan setiap apapun yang di lakukannya membuat jantungnya selalu berdebar-debar tak karuan.

Beberapa saat kemudian pria itu segera melepaskan tautan bibirnya saat merasakan gadis itu mulai kehabisan oksigen di paru-parunya, lalu mengulurkan tangannya untuk mengusap sudut bibirnya yang sedikit basah karena ulahnya.

"Kamu sangat cantik, sayang." pujinya kemudian dan lagi-lagi itu membuat wajah Jessica nampak kemerahan.

Mr Jason mendekatkan kembali wajahnya lantas mengecup bibir gadis itu sejenak. "Baiklah, kamu bisa keluar sekarang. Mimpi indah sayang." ucapnya seraya mengulas senyum tipisnya.

"Hm." Jessica hanya bisa mengangguk kecil lalu segera keluar dari mobil tersebut dengan dada berdebar-debar, berada dekat dengan pria itu sungguh membuat jantungnya tak aman.

Sesampainya di Apartemennya tentu saja Jessica langsung di cecar berbagai pertanyaan perihal ia pulang larut malam oleh sang sahabat, sungguh Elle sudah seperti ibunya yang begitu cerewet.

"Katakan kamu dari mana Jessy? tak biasanya kamu pulang jam segini."

"Lihatlah penampilanmu sedikit berantakan, jangan-jangan kamu habis berkencan dengan seorang pria ya ?"

"Katakan siapa pria itu Jessy, apa dia pria baik-baik ?"

"Dan kenapa ponselmu tidak bisa di hubungi ?"

Jessica nampak tersenyum saat melihat sahabatnya itu mencecarnya dengan tak sabar yang tak mungkin ia jawab dengan jujur.

"Aku baru selesai mengerjakan tugas dengan teman-teman kelasku dan ponselku baterainya habis." sahut Jessica beralasan, beruntung ia beda jurusan kuliah dengan sahabatnya itu jadi mudah baginya mencari alasan.

"Kau yakin ?" rupanya Elle tak begitu saja percaya dengan perkataan gadis itu, kemudian ia mendekat lalu sedikit mengendus kemeja yang di kenakan oleh sahabatnya itu.

"Aku mencium aroma parfum seorang pria di pakaianmu." ucapnya penuh selidik dan itu membuat Jessica langsung menelan ludahnya, tentu saja itu parfum milik Mr Jason karena pria itu tak berhenti menyentuhnya tadi.

"Tentu saja Elle, kamu tahu sendirikan kelasku juga ada beberapa pria." timpalnya kemudian semoga saja wanita itu mempercayainya.

"Dan hingga saat ini aku masih virgin asal kamu tahu." imbuh Jessica lagi bersungguh-sungguh agar sahabatnya itu semakin mempercayainya, meskipun ia hampir melepaskan kesuciannya itu jika tak berpikiran waras. Karena sentuhan demi sentuhan yang di lakukan oleh Mr Jason membuatnya benar-benar terlena.

"Baiklah, aku percaya. Lain kali jika ada kegiatan di luar tolong kabari aku, karena jika ibumu menghubungi aku tak kesulitan mencari alasan untuk melindungimu dan tolong jangan kecewakan kedua orang tuamu yang begitu mempercayaimu." tukas Elle memberikan nasihat.

"Tentu saja, terima kasih Elle kau memang sahabat terbaikku." timpal Jessica lantas memeluk wanita itu.

Karena berkat Elle lah ayahnya tak memberikan seorang bodyguard untuk mengawalnya, karena ia ingin menikmati kehidupan bebas tanpa di atur-atur oleh orang tuanya dan setelah satu tahun ia membuktikan jika baik-baik saja hidup jauh dari orang tuanya maka ayahnya itu baru mempercayainya.

Ia bersyukur memiliki seorang kakak yang begitu tegas ikut meyakinkan sang ayah jika ia juga bisa hidup mandiri dengan aman tanpa harus di mata-matai.

"Kak Sofia, aku jadi merindukanmu. Semoga calon ponakanku selalu sehat di dalam perutmu." gumam Jessica setelah masuk ke dalam kamarnya lantas mengambil sebuah bingkai foto di mana ia sedang berpose dengan kakaknya tersebut.

Kemudian Jessica segera membersihkan badannya yang terasa lengket akibat sentuhan-sentuhan nakal kekasihnya tadi yang membuatnya berkeringat, lalu di tanggalkannya seluruh pakaiannya hingga kini ia nampak polos tanpa sedikitpun benang yang menutupi tubuhnya itu.

Di beberapa bagian kulirnya terlihat bekas kepemilikan yang di tinggalkan oleh pria itu dan sahabat tak boleh mengetahuinya jika tidak pasti akan mengadu pada kedua ibunya nanti.

Jangan sampai kepercayaan yang di berikan kedua orang tuanya hancur dan membuatnya di pulangkan sebelum kuliahnya selesai.

Sementara di tempat lain Mr Jason nampak berada di ruang kerjanya bersama dengan Leon sang harimau yang menjadi peliharaan kesayangannya tersebut.

"Max, segera cari informasi tentang keluarga Collins !!" perintahnya pada sang asisten.

"Baik tuan, apa ada lagi ?" tanya pria yang biasa di panggil Max tersebut.

"Aku ingin besok pagi informasi itu sudah ada di atas meja kantorku." tegas Mr Jason lagi.

"Baik tuan, secepatnya saya akan mencari tahu." sahut sang asisten lantas segera berpamitan pergi meninggalkan ruangan tersebut.

"Kesinilah Leon, apa kau sudah tak sabar hm ?" ucap Mr Jason sembari mengusap puncak kepala harimau tersebut.