Mempunyai paras cantik dambaan semua wanita tak membuat kisah percintaan Rania mulus.
Rania mendapati sebuah penghianatan besar dalam hidupnya, yang dilakukan oleh calon suaminya sendiri.
Terlebih lagi Rania juga harus menerima kenyataan jika dirinya disebut - sebut sebagai perawan tua oleh sebagian masyarakat yang masih mempercayai mitos.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiyarakey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gosip lagi
Keesokan paginya aku bangun sedikit terlambat sebab sulit sekali aku memejamkan mataku ini setelah mendengar suara laknat itu. Sungguh pikiran yang sangat tak kusukai.
Saat aku hendak mandi ku lihat Linda juga baru saja selesai mandi, nampak rambutnya basah menandakan dia baru saja keramas.
"mbak mau mandi juga,,," tanyanya kikuk.
"iya,,, hari ini aku berangkat kerja pagi,,"ucapku sambil masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah aku bersiap diri, ku lihat semua telah berkumpul di meja makan, termasuk pengantin baru kita.
Hari ini Linda yang membantu ibu menyiapkan sarapan, hanya menghangatkan beberapa lauk sisa kemarin pesta.
"kamu masuk pagi to nduk???" tanya ibu.
"iya bu,,,cutinya hanya 2 hari" jawabku, dengan tanganku yang tetap fokus memindahkan sayur bening bayam ke dalam piringku.
"Linda cutinya sampai kapan???" tanya ibu pada Linda.
"sampai hari selasa bu,,, hari rabu sudah berangkat lagi,,,"
" ya ndakpapa,,, capeknya juga pasti sudah hilang, udah istirahat 2 hari,,," tutur ibu.
"iya bu,,,"
Pagi itu para ibu - ibu masih kembali ke rumahku, mereka akan membantu merapikan barang - barang yang kemarin digunakan untuk pesta.
Mereka sudah sibuk di belakang saat aku masih menyantap sarapanku.
"wah,,, pengantinnya udah pada mandi, keramas lagi,,," celoteh salah seorang ibu.
"ya,,, iyalah mbak inah ini gimana,,, udah lupa pas masih pengantin baru,,," balas bu Marni.
"lihat itu lho,, wajah mbak Linda sampai pucat,, pasti semalam ngak tidur,,,"
Semua ibu - ibu tertawa, wajah Linda pun menjadi merah seperti udang rebus.
"sudah,,,.sudah,,.kasian Linda di usilin ibu-ibu semua,,," ucap ibu membela menantu barunya.
"ibu aku berangkat dulu,,," pamitku pada ibu yang sudah bergabung dengan para ibu - ibu yang sedang mengelap piring yang akan di simpan kembali.
"ayo mbak Rania semangat kerjanya,,, semangat cari jodoh juga,,," ucap Bu Inah.
"jodoh akan datang sendiri bu,,," jawabku dengan malas.
"ya,,, tapi kan harus usaha,, kan sudah dilangkahi,,, " tambah Bu Inah.
"doakan saja bu,,," ucapku seraya meninggalkan dapur.
Ku kendarai motor matic ku dengan hati - hati, tapi motorku tiba - tiba oleng saat akan keluar dari kampung.
Ada beberapa anak ayam yang berada di tengah jalan, aku berusaha menghindarinya namun malah aku sendiri yang terjatuh.
Bruuaakkk
Tubuhku terasa sakit terjatuh bersama motorku, kulihat ada dua orang pria yang menolongku saat itu.
Mereka membawaku duduk di sebuah kursi panjang di pinggir jalan, tepat di depan sebuah villa besar yang baru di bangun di ujung desa ini.
"makasih mas sudah menolong saya,,," ucapku pelan, sambil mengibaskan pasir yang menempel di celanaku.
"ini mbak di minum dulu,, agar shocknya hilang ,,," ucap seorang bapak yang seusia bapakku.
aku menerima air mineral kemasan itu, dan meminumnya sedikit demi sedikit.
"apa ada yang sakit???" tanya seorang pemuda dengan pakaian santai yang nampak sangat tampan itu.
"tidak,,,, tidak apa - apa, hanya kaget saja,,," ucapku.
"tapi lenganmu lecet,,," ucapnya sambil menunjuk lenganku yang sedikit berdarah.
"biar aku bantu obati,,, pak Hamid tolong ambilkan kotak P3K,,," perintahnya.
"tidak usah repot - repot mas,,, saya ndak papa, saya harus berangkat kerja,,," pria itu tak menjawab ucapanku malah dia langsung mengobati luka di lenganku.
Walau pun terasa perih aku pun menahannya tak ingin bertambah lama di tempat ini, bersama kedua orang asing itu.
"terima kasih mas,,, saya permisi dulu harus kerja,,," ucapku, sementara pria yang di panggil dengan nama Pak Hamid itu memeriksa keadaan motorku dan mencoba menyalakan mesinnya.
"motornya tidak rusak, bisa di pakai lagi mbak,,," ucapnya.
"terima kasih banyak pak,,, saya permisi dulu" ucapku lalu meninggalkan dua orang pria beda usia tadi. Saat kulirik mereka dari spion motor ku lihat mereka masih duduk di bangku yang tadi ku duduki.
Aku pun menambah kecepatan motorku, karena sudah hampir tekat.
Saat ku pencet alat absen itu, pas dengan jam masuk kerja, telat beberapa detik saja pasti akan berubah jadi merah.
"lenganmu kenapa itu Ran???" tanya Dini padaku.
"tadi aku jatuh di ujung desa, mau nabrak ayam, malah aku sendiri yang jatuh,,," gerutuku.
"kamu ngak papa kan???" tanya Dini yang terlihat khawatir.
"ngak papa,,, aku tadi di tolong orang yang tinggal di villa besar di ujung kampung itu,, "
"villa yang pagarnya tinggi banget itu???"
"iya,,, ada bapak - bapak yang menolongku,,"
"mikirin apa sih kamu,,, sampai ngak konsen naik motornya,,, untung masih di kampung, kalau sudah sampai jalan raya kan bahaya,,," gerutu Dini.
"semalam aku terbangun dan ngak bisa tidur lagi, jadi agak ngantuk???" ucapku.
"jangan bilang kalau kamu denger suara laknat ya Ran???" celetuk Dini.
"denger tapi ngak lama,,, " ucapku sambil terbahak.
"ini nih,,, otaknya terkontaminasi,,, jomblo akut kayak kamu ngak boleh denger begituan,,," ucapnya terkekeh.
"aku itu ngak sengaja,,,mana mungkin aku sengaja nguping, kurang kerjaan,,," balasku.
Kami memang sudah biasa menceritakan semua hal yang kami rasa pantas untuk di ceritakan. Ketika aku dan Dini jadwalnya tidak sama, pasti jam kerjaku akan terasa membosankan, karena tak ada teman yang sefrekuensi seperti dia.
***
"nduk tadi ada yang lihat kamu pagi - pagi duduk di depan gerbang villa di ujung kampung???" tanya ibu mencecarku.
"iya bu,,, tadi aku jatuh, terus mereka menolongku,,,"ucapku sambil memperlihatkan beberapa luka lecet yang telah di plaster.
"kamu ndak kenapa - kenapa kan nduk???" tanya Bapak.
"ndakpapa pak,, hanya badanku sakit semua,, tadi pagi ndak terasa sakit, tapi sore ini kok jadi sakit semua,,,"keluhku.
"tadi kamu jadi bahan omongan karena duduk bersama dua pria asing yang tingga di villa itu, kamu tahu sendiri kan mulut ibu - ibu bagaimana membumbui setiap gosip" tutur ibu.
"harusnya mereka tadi berhenti dan tanya langsung, jangan hanya menebak nebak saja,,," gerutuku.
"tadi aku mau nambrak ayam bu,,, tapi aku menghindar tapi malah jatuh"
"udah sakit di gosipin yang tidak - tidak lagi,, menyebalkan" ucapku dengan penuh kekesalan.
"ini Rudi sam Linda mana??? Kok ngak kelihatan???" tanyaku lagi.
"tadi Linda pamit mau tidur di rumah ibunya sama Rudi, sekalian ambil pakaian kerjanya buat lusa" tutur ibu, lega kudengar perkataan ibu, untuk malam ini tak perlu khawatir mendengar suara laknat itu lagi pikirku.
Tiiingg...
Suara ponselku menunjukkan ada pesan yang masuk.
'dek,,, maaf mas ganggu, apa kamu sedang sibuk'
'Tidak ' balasku, dengan menyandarkan tubuhku di sandaran tempat tidur ku balas pesannya.
'tadi ada yang melihat kamu duduk di depan villa besar di ujung kampung??? Bisa kamj jelaskan kepadaku,,,
'aku tadi jatuh dari motor mas, dan mereka menolongku,,, kamu sudah kenal aku beberapa tahun, tapi kamu masih saja percaya dengan gosip,,,' balasku dengan kesal, meski aku tak ada hubungan apapun dengannya, tapi aku tak mau jika warga sekitar menilaiku dengan penilaian buruk.
'mas tidak percaya juga dengan berita itu, tapi gosip yang tidak sedap sudah terlanjur menyebar'
'biarkan saja mas,,,, aku sudah kebal'
Ku letakkan ponselku sembarangan, kesal sekali aku dengan penyebar fitnah tentangku itu.