Carmen melakukan hal paling nekat dalam hidupnya, yakni melamar Zaky. Tak disangka Zaky menerima lamarannya. Selain karena tak tega membuat Carmen malu, Zaky juga punya tujuan lain yakni mendekati Dewi kakak ipar Carmen.
Pernikahan terpaksa pun dijalankan oleh Zaky namun Carmen merubah sikap manjanya dan membuktikan kalau ia layak dicintai. Bagaimana Carmen berjuang mempertahankan cintanya sementara ada lelaki baik yang menunggu jandanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai Merasa Ada yang Aneh
Carmen
Rasanya aku baru saja memasuki alam mimpi namun aku sudah harus bangun saat alarm yang kupasang berbunyi. Suaranya memekakkan telinga.
Aku bangun dan langsung sholat subuh. Aku panaskan sup ayam yang semalam aku buat. Rasanya sudah lebih baik. Semoga Mas Zaky menyukainya.
Hoam... Aku ngantuk sekali namun aku harus pergi ke ruko hari ini. Ada rapat bersama Kak Dewi dan Mommy mengenai rencana perluasan cabang. Aku mandi lalu pergi ke kamar Mas Zaky.
Mas Zaky sudah bangun dan menatapku heran karena pagi-pagi sudah datang ke kamarnya. "Kenapa, By?" tanya Mas Zaky yang sedang memainkan Hp miliknya.
"Aku mau siapin baju buat Mas Zaky kerja." aku berjalan ke lemari pakaian Mas Zaky dan mengambil sebuah kemeja warna biru doungker dan dasi warna hitam. Senada dengan celana bahan warna hitam yang kupilihkan. "Pakai ini mau?"
"Iya. Kamu sudah rapi? Bangun jam berapa?" tanya Mas Zaky.
"Jam 5. Oh iya, sarapan udah aku siapkan. In sha Allah kali ini enggak keasinan. Aku hari ini mau ke ruko, ada meeting dengan Mommy dan Kak Dewi. Kalau aku pulang malam nanti kita pesan makan aja ya Mas?!"
"Ke ruko? Meeting jam berapa?"
"Jam 9. Nunggu Mommy selesai sama kerjaannya sih."
"Aku antar ya! Aku mandi dulu!"
Aku keluar dari kamar Mas Zaky dan merapihkan dandananku. Kami sarapan bersama dan Mas Zaky tak protes dengan masakan yang kubuat. Alhamdulillah. Berarti masakanku sudah lebih enak. Mas Zaky saja memakannya sampai lahap. Aku janji akan lebih rajin lagi latihan memasaknya agar Mas Zaky bangga punya istri seperti aku.
Mas Zaky ternyata tak hanya mengantarku saja. Ia bahkan menghabiskan waktunya di lantai bawah dimana bisnis laundry Kak Dewi berada.
"Eh ada Mas Zaky. Tumben nganterin Carmen lagi nih! Kemarin kemana aja? Carmen kesepian loh!" sapa Kak Dewi dengan ramah.
"Biasa Wi, ada masalah di luar kota. Aku harus handle sendiri." Mas Zaky masuk ke dalam laundry dan terlihat sedang melihat-lihat mesin cuci coin yang kini jumlahnya sudah bertambah. "Bagaimana bisnis laundry? Makin sukses nih kayaknya sejak dipegang sama kamu?!"
"Mas Zaky bisa aja! Aku tuh masih belajar Mas. Pegang bisnis dari sebelumnya aku hanya buat laporan biasa dan beranjak jadi pegang satu bisnis full. Masih belum jago. Kalah jauh sama Mas Zaky yang pebisnis sejati. Bisnisnya dimana-mana. Hebat!" puji Kak Dewi.
"Mm ... Mas, mau aku pesankan kopi di cafe atas?" tawarku. Aku tak nyaman berada di antara Kak Dewi dan Mas Zaky. Rasanya aku bagai obat nyamuk saja. Keberadaanku tak diharapkan di sini.
"Boleh. Dewi juga mau minum kopi? Kita ngopi bareng yuk!" ajak Mas Zaky dengan ramah.
"Nanti aja Mas kalo ngantuk. Masih pagi, aku masih segar! Mas Zaky enggak pergi kerja?" tanya balik Kak Dewi.
Aku pamit untuk memesankan kopi ke cafe atas. Aku memesankan kopi americano dan cemilan roti untuk Mas Zaky. Aku sendiri yang bawakan ke bawah.
Aku melihat Mas Zaky sedang mengobrol akrab dengan Kak Dewi. Matanya terus menatap setiap Kak Dewi berbicara. Tatapannya berbeda, namun aku tak mau berburuk sangka dahulu.
Mas Zaky masih mengobrol banyak hal sampai Mommy datang dan Mas Zaky pamit untuk pergi kerja. Di sini aku mulai merasa tak nyaman sekali. Kenapa rasanya Mas Zaky begitu berbeda dengan sebelumnya?
****
Keesokan harinya Mas Zaky juga ikut mengantarku bekerja. Aku yang awalnya senang karena diantar suamiku bekerja mulai menaruh curiga.
Mas Zaky bilang kalau banyak pekerjaan dan kami pisah kamar karena Mas Zaky mau konsentrasi dalam mengerjakan pekerjaannya. Kenapa setiap pagi Mas Zaky malah mengobrol dengan Kak Dewi dan bukannya bersiap untuk bekerja? Untuk apa coba?!
Aku terus memperhatikan bagaimana Mas Zaky memperlakukan Kak Dewi. Saat Kak Dewi sibuk membuka laundry, Mas Zaky membantunya menggantikan karyawannya yang belum datang.
Kenapa Mas Zaky bukannya membantu aku juga? Aku sibuk loh merapihkan salon. Aku juga sedang persiapan membuka salon tapi kenapa hanya Kak Dewi yang dibantu?
Enggak adil!
Mas Zaky semakin berbuat sesuatu yang tambah menyakiti hatiku. Tanpa angin dan hujan, Mas Zaky datang menjemputku pulang kerja. Aku sudah senang dengan niatnya yang memperhatikanku. Namun semua terlihat palsu.
"Dewi enggak bawa mobil, bukan? Ayo aku antar!" ajak Mas Zaky.
"Enggak perlu, Mas. Ruko tempat aku tinggal beda arah sama rumahnya Mas Zaky dan Carmen." tolak Kak Dewi dengan halus.
"Enggak masalah itu. Aku sama Carmen bisa sekalian jalan-jalan. Ayo aku antar!" ajak Mas Zaky sekali lagi.
Jalan-jalan? Jalan-jalan apa?
Lupa ya Mas Zaky kalau dari ruko tempat tinggal Kak Dewi dan Abang ke komplek rumah kita tuh jauh dan macet? Jalan-jalan atau nyari macet nih?!
"Loh kok malah melamun sih?! Ayo! Nanti keburu malam dan makin macet loh!" ajak Mas Zaky lagi.
"Iya, Kak. Ayo bareng aja." kataku pada akhirnya. Aku tahu Kak Dewi tak enak padaku. Kak Wira pasti sangat sibuk sampai tak menjemput istrinya sendiri. Maklum, Kak Wira baru punya satu mobil dan sedang mengumpulkan modal untuk buka cabang lagi.
"Yaudah deh. Makasih ya atas tumpangannya." Kak Dewi akhirnya ikut serta dengan kami.
Sepanjang perjalanan, ada saja yang Mas Zaky obrolkan dengan Kak Dewi. Beda kalau saat kami berdua saja, Mas Zaky yang terlihat lelah seakan malas untuk bicara.
Aku mulai terbawa perasaan. Apa aku terlalu membosankan ya sampai Mas Zaky jarang mengajakku mengobrol? Tidak seperti Kak Dewi yang asyik dan mudah akrab dengan orang lain?
Atau ....
"Besok mau dijemput juga Wi?" tanya Mas Zaky saat menurunkan Kak Dewi.
"Oh enggak usah, Mas. Makasih banyak! Aku bisa diantar Wira atau sama Bahri. Mas Zaky baik sekali. Maaf merepotkan ya Mas!" Kak Dewi lalu berbicara padaku. "Makasih ya Baby! Maaf udah merepotkan!"
"Iya Kak. Kami pamit dulu ya!"
Mas Zaky kembali melanjutkan perjalanan kami pulang. Tak ada lagi percakapan hangat. Tak ada lagi tawa riang seperti saat mengantar Kak Dewi. Yang ada malah umpatan kecil saat jalanan yang kami lalui macet.
Tak ada jalan-jalan. Hanya pulang ke rumah sambil merayap di tengah kemacetan.
Aku menahan sekuat mungkin air mataku yang hendak jatuh menetes. Kenapa kok rasanya hatiku sakit sekali ya? Kenapa aku merasa Mas Zaky tak menyukaiku sama sekali? Kenapa dengan Kak Dewi berbeda?
Apa aku tak layak dicintai? Apa karena aku terlalu manja? Apa karena aku tak jago masak seperti Kak Dewi?
Sesampainya di rumah aku langsung masuk ke dalam kamar dan menangis sambil menutup wajahku. Jangan sampai tangisanku didengar siapapun.
****
duda kesepian gagal move on smoga bisa rujuk yaa😃😃
terima kasih ya kak, Saya suka ❤️❤️❤️❤️
udah duluan baca kisahnya Djiwa 😍😍😍😍
50 ribuan satu orang 😂🤣