Hi readers, dukung terus penulis ya. ini karyaku yang kedua setelah ' Terimakasih untuk, lukaku'. berikan saran ya, supaya penulis bisa menulis lebih baik di tulisan berikutnya.
Tulisan ini bercerita tentang kehidupan seorang gadis dan seorang pria yang berbeda status soaial. Tapi meninggalkan satu tali yang harus mempertemukan mereka. Tanpa kesengajaan mereka sudah menyandang status orang tua.
Ira Kusuma, gadis desa yang pintar, tapi sangat pendiam dan tidak gampang untuk bergaul. Karena keadaan tidak sadar tuannya sudah meninggalkan satu nyawa dirahimnya, yang tidak diketahui oleh sang tuan.
Marcel Sanjaya, Seorang pengusaha sukses, kaya raya dan berwajah tampan. istrinya seorang wanita cantik model papan atas. Laki-laki yang sudah memporak - porandakan hidup Ira.
Satrio atau Rio, anak yang awalnya tidak diharapkan kehadirannya, ternyata berkah terindah buat semua keluarganya.
Bu Ani, ibu dari Ira yang selalu menemani anaknya dalam susah dan sedih.
Bu Clara, orang tua Marcel yang baik pada semua orang tanpa melihat status.
Pak Kamal, orang yang bekerja dirumah Marcel dan banyak membantu Ira dan ibunya.
SELAMAT MEMBACA YA, SEMOGA SUKA🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Neo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 11 BERDAMAI DENGAN MASA LALU
Sementara itu dipinggiran kota Ira dan keluarga sederhananya sudah bahagia dengan keluarga kecil mereka. ada cucu ada nenek ada putri ada ibu, semua peran ada dirumah sederhana itu. Rumah yang sangat kecil apalagi kalau dibandingkan dengan rumah keluarga Marcel, mungkin rumah ini hanya senilai pagarnya doank.
Malam ini agak gerimis, jadi walaupun masih sore sudah sepi, orang- orang sudah enggan keluar.
"oh ya Bu, tadi saya ada beli baju buat saya dan ibu, saya ambil kredit Bu di pabrik, ada teman yang bawa barang kreditan bayar mingguan pas gajian.sudah lama sekali ibu tidak beli baju baru"
"Oalah ndok kamu tidak usah beliin ibu baju, baju ibu mau dipake kemana juga? kamu aja, kamu masih muda jangan terlalu ketinggalan"
"ah ibu bisa aja" berdiri mengambil tas yang biasa dia pakai kerja.
"ini Bu, suka ngga"?
"ibu selalu suka yang kamu beli, tapi lain kali ngga usah beliin ibu, bekas bajumu juga bisa buat ibu." sambil membolak-balik baju yang dikasih oleh Ira.
"ah ibu, sekali-sekali ngga apa-apa kali Bu, yang penting saya masih bisa nabung untuk sekolahnya Rio",
"iya nak, dan siapa tahu nanti kamu bisa ketemu laki-laki yang baik, yang bisa menerima keadaan kita, Rio dan ibu" ucap Bu Ani sambil pandangannya menerawang ke langit-langit rumah
"sudahlah Bu, jangan ngomongin laki-laki selain Rio" dia menatap kearah lain menandakan dia sama sekali ngga ingin ngomongin atau kenal laki-laki.
"jangan begitu nak, kamu masih muda, kamu masih bisa menemukan laki-laki yang layak" Bu Ani diam sejenak."jangan terbelenggu terus dengan masa lalu. toh itu bukan salah kamu, kalau mau disalahkan ibulah yang paling bersalah nak, ibu tidak bisa menjaga kamu. sampai itu terjadi didepan mata ibu dan ibu tidak bisa berbuat apa-apa" air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi." dulu ibu pikir dengan membawa kamu ke Jakarta, ibu bisa melindungi kamu, ternyata ibu salah besar."
Melihat ibunya menangis Ira jadi tidak tega dan kasihan. "sudahlah ma, semua juga sudah terjadi, kita ikhlas aja dan menerima dengan lapang dada semoga kedepannya ada perubahan kearah yang lebih baik"
"iya nak, mungkin ini juga sudah takdir yang kuasa, siapa tahu suatu saat kamu diberi kebahagiaan dan Rio memiliki seorang ayah yang sayang sama dia"
"iya Bu"
"kamu harus mengubah cara pandang mu terhadap satu masalah nak. kadang kita merasa sedih karena kita kurang pintar membaca rencana yang maha kuasa. kita hanya melihat yang didepan kita tanpa melihat hikmah dibaliknya, seperti kamu, ....memang tidak diinginkan siapapun untuk diperkosa, tapi dibalik itu kamu memiliki anak yang cerdas darah daging keluarga Sanjaya", ucapnya bijak
"iya udah ma, saya akan coba untuk merubah cara berpikir saya pelan-pelan, karena tidak mungkin saya langsung lupa semuannya."
"iya nduk, oh ya Rio kan sudah mau berulang tahun yang kelima, mau dirayain ngga?"
"gimana ya? menurut mama gimana? kita rayain"
"kalau kata mama sih tidak usah, kita doakan aja sehat -sehat. duit yang aturan buat ngerayain itu mending kamu ajak dia jalan seharian, ke arena permainan, pasti dia sangat senang."
"iya ya mah, sama belikan pakaiannya satu stel. yang penting doa kita untuk Rio"
'iya sayang"
"oh ya ma, gimana kabar teman mama yang dulu baik itu ya"
"siapa maksudmu'
"itu mah, yang dulu ngantarin kita sampai naik taxi pas kita keluar dari rumah majikan mama"
"oh Kamal"
"ummm iya ma, mama ngga pernah lagi hubungi ya"
"ngga nak, mama sudah melupakan semua dirumah itu. mama tidak ingin membawanya sampai kesini walaupun hanya dalam ingatan." ucapnya sendu.
"maaf ya ma"
"kenapa minta maaf nak, kamu tidak salah, mungkin memang sudah takdir kita begini. tapi ibu tetap bersyukur dengan adanya Rio. kamu tahu kan wajah dan cara bicaranya Rio itu persis den Marcel waktu kecil. sebenarnya dari dulu den Marcel itu sangat baik apalagi nyonya Clara, mereka semua sangat baik. tapi mungkin ini terjadi supaya kita sadar bahwa kita tidak boleh memuja manusia, karena mereka cuma ciptaan, jadi penentunya tetap sang pencipta nak" tuturnya pelan tapi pasti. sejujurnya setelah kejadian lima tahun lebih itu, yang menyebabkan Ira hamil dan trauma inilah kali pertama ibu Ani bicara panjang lebar dengan anaknya tentang keluarga mantan majikannya.
"kalau dia baik dia tidak akan berbuat begitu Bu" ucap Ira kurang suka yang sangat terlihat.
"iya nak, dulu ibu juga bingung. tapi akhirnya ibu tahu karena ternyata malam itu dia mabuk dan diberi obat perangsang oleh orang diclub. dan kamallah yang menolongnya bisa keluar dari club itu, namanya orang mabuk ya ngga sadar nak. Jadi dia ngga salah seratus persen", jelas ibu Ani sudah meneteskan airmata mengingat kejadian itu lagi.
"tetap aja Bu, dia telah menghancurkan masa depanku, sekalipun aku hanya anak pembantu"
"iya sih, minimal dia menunjukkan penyesalan kek, jangan malah menyalahkanmu dan menuduhmu merencanakan semua. seolah-olah kita ingin merebut harta mereka."
"Ya sudahlah Bu, mau diapain lagi. kejadiannya sudah begini. Dan saya sangat beruntung mendapatkan Rio, anak yang cerdas dan lucu,.ibu tidak usah menangisi semua itu lagi, saya saja sudah lupakan semuannya." lalu dia diam sejenak.
"Tapi kalau ada kesempatan suatu saat saya ingin berterimakasih dengan pak Kamal Bu"
"iya, ibu juga ingin berterimakasih sama dia. dia yang menguatkan ibu waktu menghadapi masalahmu dulu, dia sampai memberikan tabungannya untuk membantu ibu waktu kamu dirumah sakit"
"kalau ada kesempatan nanti kita bayar Bu"
"benar nak, sekarang sudah malam sebaiknya kita tidur karena besok kamu kerja."
"iya Bu, takutnya besok saya terlambat, potong uang makan hehehe"
"sepertinya kamu sudah senang ditempat kerjamu sekarang, sudah nyaman"
"iya Bu, teman- temanku semua baik-baik, terus kalau sudah dipabrik sudah ngobrol ngalor ngidul Bu hehehe"
"ibu senang kalau kamu selalu senang"
"iya Bu, saya juga sudah senang banget sekarang, sudah kerja, punya ibu yang bisa diandalkan dan punya anak yang lucu dan pintar"
" kamu harus bersyukur untuk itu ya" sambil mengelus punggung Ira seperti anak kecil. lalu Bu Ani masuk ke kamar mandi dan Ira mendekati anaknya dikasur.
Sebelum tidur Ira melihat anaknya Rio yang sudah terlihat pulas tidur dikasur lantai itu.
'andai saja kamu tahu nak, dulu ibu sangat tidak menginginkan kamu, karena kamu ada dari hasil pemerkosaan dan itu yang membuat ibu sangat sakit hati. tetapi sekarang ibu sangat bersyukur atas adanya kamu. kamu adalah nafasku dan hidupku." lalu Ira mengecup pelan kepala anaknya dan tidur.
klo g mau lg msk ke hotel prodeo