NovelToon NovelToon
Sang Pewaris Giok Tersembunyi

Sang Pewaris Giok Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Budidaya dan Peningkatan / Fantasi Timur
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kokop Gann

Di dunia yang hanya menghargai bakat spiritual dan aliran Qi yang sempurna, ia terlahir sebagai "Tanpa Akar". Sementara teman sebaya disibukkan dengan meditasi dan pil kultivasi, Lian memilih jalan yang menyakitkan: ia mengukir kekuatannya dengan darah, keringat, dan Latihan Tubuh Besi yang brutal, menolak takdir yang telah digariskan langit.

Ketika Desa Lingshan dihancurkan oleh serangan mendadak. Lian secara tidak sengaja menelan sebuah artefak kuno: Giok Tersembunyi.

Giok itu tidak hanya memberinya Qi; ia menipu Surga, memberikan Lian jalur kultivasi yang tersembunyi dan lebih unggul. Kekuatan ini datang dengan harga: ancaman yang ia hadapi di Alam Fana hanyalah bayangan dari musuh-musuh kosmik yang ingin merebut kembali Giok yang merupakan Fragmen Takdir.

Kisah ini adalah tentang seorang pemuda yang dihina, yang menggunakan tekadnya untuk menghadapi musuh dari Alam Abadi, dan membuktikan: Bakat adalah hadiah, tetapi kehendak adalah kekuatan sejati

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penghakiman

Matahari sore menggantung rendah di atas Pegunungan Giok Putih, mewarnai Balai Leluhur Klan Giok Putih dengan cahaya oranye yang dingin. Balai itu sendiri adalah keajaiban arsitektur, dengan pilar-pilar batu giok yang dipoles hingga memantulkan kilauan spiritual. Di tengah aula, di atas podium kayu cendana, diletakkan Kristal Penilaian Giok Langit—sebuah artefak berharga yang mampu mengukur potensi Qi seorang kultivator.

Lian berdiri di barisan paling belakang bersama sekitar lima puluh anggota klan muda lainnya. Ia sudah membersihkan diri, mengenakan jubah abu-abu polos yang terasa kaku dan formal. Meskipun fisiknya tampak bugar, di antara barisan remaja yang memancarkan aura Qi samar—seperti percikan api di sekitar lilin—Lian terasa seperti kegelapan yang sunyi.

Di depan, duduk para Tetua klan, dipimpin oleh Tetua Agung Lin, seorang pria berjanggut panjang yang wajahnya diukir dengan kesabaran, namun matanya memancarkan otoritas yang dingin. Di sampingnya, duduklah Ayah dan Ibu Lian, wajah mereka tegang dan memancarkan harapan yang nyaris mustahil.

"Penilaian ini adalah janji kepada leluhur," suara Tetua Agung Lin bergema, diperkuat oleh Qi-nya hingga mencapai setiap sudut aula. "Kita mengukur potensi. Kita menentukan masa depan Klan Giok Putih. Hanya yang terkuat yang akan memimpin."

Nama-nama mulai dipanggil. Anak-anak yang melangkah maju meletakkan tangan mereka di atas Kristal Penilaian.

Cahaya Kuning Redup: Tahap Awal Fondasi Qi. Sorak-sorai kecil. Cahaya Oranye Cemerlang: Tahap Menengah Fondasi Qi. Desahan kagum. Cahaya Hijau Terang: Jenius. Masa depan klan.

Jin, sepupu Lian, dipanggil setelah beberapa nama. Ia melangkah maju dengan percaya diri, senyum angkuh tercetak di bibirnya. Ia meletakkan telapak tangan di atas kristal.

Kristal Penilaian meledak dalam cahaya Biru Keperakan.

Aula Balai Leluhur terperangah. Biru Keperakan adalah indikasi Puncak Fondasi Qi, suatu prestasi yang luar biasa bagi anak berusia enam belas tahun.

"Luar biasa! Jin, kamu telah membawa kehormatan bagi Leluhur!" seru Tetua Agung Lin, wajahnya bersinar penuh kebanggaan. Jin menerima pujian itu dengan membungkuk angkuh, lalu matanya mencari Lian di barisan belakang. Tatapan mengejeknya seolah berkata: Inilah jurang pemisah antara kita.

Wajah Ayah dan Ibu Lian semakin pucat. Mereka tahu, kontras antara Jin dan Lian akan membuat hasil Lian semakin menyakitkan.

Waktu berlalu dengan siksaan yang lambat. Beberapa anak menunjukkan potensi rendah, Kristal hanya memancarkan cahaya kekuningan, tetapi setidaknya mereka masih memiliki Qi.

Akhirnya, nama yang ditakuti pun dipanggil.

"Lian. Maju."

Seluruh aula hening. Keheningan yang menusuk, penuh rasa iba, keingintahuan yang kejam, dan harapan yang terkubur dalam. Lian menarik napas dalam-dalam, mengambil Qi di udara—meski ia tahu ia tidak bisa menyerapnya. Ia melangkah maju.

Saat Lian berjalan, setiap langkah terasa seperti benturan palu pada batu. Ia melihat ekspresi kecewa Ayahnya, dan air mata yang ditahan di mata Ibunya. Ia melihat senyum jahat Jin di antara kerumunan, dan tatapan dingin Tetua Agung.

Ia berdiri di depan Kristal Penilaian Giok Langit.

Lian mengangkat tangannya yang kasar, kapalan akibat latihan fisik, dan meletakkannya dengan mantap di atas permukaan kristal yang dingin dan halus.

Ia menunggu. Ia memohon dalam hatinya. Meski hanya sedikit, hanya satu benang Qi pun, tunjukkanlah!

Kristal Penilaian tetap gelap. Tidak ada kilauan, tidak ada cahaya, tidak ada respons. Kristal itu diam, mati, seolah-olah ia belum disentuh. Keheningan di aula berubah menjadi desahan kolektif. Itu lebih buruk dari cahaya redup; itu adalah nol mutlak.

Tetua Agung Lin menghela napas panjang, kekecewaan tampak jelas di setiap garis kerutan di wajahnya.

"Lian," suaranya lembut, tetapi mengandung hukuman yang tak terhindarkan. "Kristal tidak merespons. Tidak ada Fondasi Qi. Kamu adalah..."

"Tanpa Akar," Lian menyelesaikan kalimat itu untuknya. Suaranya terdengar serak, tetapi tegas. Ia menarik tangannya dari kristal.

"Klan ini adalah benteng kultivasi," lanjut Tetua Lin, matanya menghindari pandangan Lian. "Kami tidak bisa menyia-nyiakan sumber daya. Mulai besok, kamu akan ditempatkan pada pekerjaan fisik di kebun klan. Ini adalah keputusan klan. Kamu dilarang mengakses perpustakaan dan lapangan latihan Qi. Kamu akan hidup sebagai seorang fana. Semoga kamu menemukan kedamaian di jalur yang lain."

Hukuman itu terasa lebih berat daripada dua karung pasir yang ia pikul setiap hari. Lian menundukkan kepala, bukan karena malu, tetapi untuk menyembunyikan amarah yang membara di Dantian-nya yang kosong.

Lian tidak kembali ke rumahnya. Ia berjalan menjauh dari Balai Leluhur menuju tempat yang ia kenal—Puncak Batu Rusak—tempat di mana ia menemukan satu-satunya kebebasan.

Ia memukul tiang latihannya, tetapi kali ini, pukulan-pukulannya tidak terfokus. Itu adalah kemarahan murni, kesedihan yang tak tertahankan. Setiap ayunan yang mendarat pada tiang kayu yang sudah retak adalah teriakan frustrasi.

"Tanpa Akar! Fana! Lubang Kosong!" Ia meneriakkan julukan-julukan yang dilemparkan Jin dan klan padanya, membuat suaranya tercekat.

Tiba-tiba, ia merasakan getaran aneh lagi, tetapi kali ini jauh lebih kuat. Getaran itu datang dari bawah kakinya, seolah-olah Pegunungan Giok Putih sedang menangis.

Lian menghentikan pukulannya, keheningan menyelimutinya kecuali suara gemuruh yang semakin keras dari arah Balai Leluhur.

Lalu, teriakan itu datang.

Bukan teriakan perayaan, melainkan teriakan ketakutan dan rasa sakit.

Lian berbalik. Di kejauhan, Balai Leluhur Klan Giok Putih—benteng spiritual yang berdiri selama berabad-abad—kini diselimuti oleh api yang bukan berwarna merah, melainkan Hitam Legam. Api itu melahap Qi dan memancarkan aura kehancuran yang dingin.

"Sekte Bayangan!" bisik Lian, darahnya mendidih. Ia tahu tentang Sekte itu, faksi yang mempraktikkan kultivasi terlarang dan sering menyerang klan terpencil untuk mencuri Pil dan artefak.

Ia tidak berpikir. Ia tidak memiliki Qi, tetapi ia memiliki kaki yang kuat. Ia berlari menuruni bukit dengan kecepatan gila, mengabaikan bebatuan tajam yang melukai kakinya. Ia harus kembali. Ia harus melindungi orang tuanya.

Ketika ia mencapai gerbang klan, pemandangan itu seperti mimpi buruk. Kultivator klan, yang baru saja bangga dengan potensi Qi mereka, kini tergeletak tak berdaya. Tubuh mereka menghitam, dan Qi mereka lenyap. Mereka dikalahkan dengan mudah.

Di tengah Balai Leluhur yang terbakar, berdiri tiga sosok berjubah hitam. Salah satunya, dengan topeng perak yang menutupi wajahnya dan aura Pembentukan Inti yang kuat, sedang tertawa terbahak-bahak.

"Qi Klan Giok Putih ini murni, tapi jiwa mereka lemah," ejek Pemimpin Sekte Bayangan. "Bakar semuanya! Ambil Kristal Penilaian dan gulungan teknik."

Lian melihat Ayahnya, seorang kultivator Fondasi Qi yang rendah, berusaha melindungi Ibunya dengan pedang tumpul. Ayahnya bertarung dengan gagah berani, tetapi ia hanya setara dengan salah satu bawahan Sekte Bayangan.

Saat Lian berlari, ia melihat bawahan kedua Sekte Bayangan mengeluarkan serangan telapak tangan Qi Hitam. Serangan itu melesat cepat menuju Ayahnya yang kelelahan.

Tanpa pikir panjang, Lian melompat.

Ia tidak punya waktu untuk mencapai Ayahnya. Ia hanya melemparkan dirinya ke arah musuh, menggunakan momentum dan berat tubuhnya yang dilatih keras untuk menabrak kultivator berjubah hitam itu.

Brak!

Kultivator Sekte Bayangan itu terkejut. Ia tidak menyangka seorang fana—seorang Tanpa Akar—berani menyerang. Serangan telapak tangannya meleset dari Ayah Lian, tetapi mendarat di bahu Lian.

Rasa sakit itu luar biasa, Qi Hitam Sekte Bayangan itu langsung menyerap energi kehidupan. Lian menjerit, bahunya terasa hancur. Ia jatuh, tetapi kultivator itu juga terhuyung-huyung oleh tabrakan fisik murni Lian.

"Dasar anjing fana!" desis kultivator Sekte Bayangan, marah karena disentuh oleh darah fana. Ia mengangkat pedang hitamnya, siap untuk menghabisi Lian.

Ayah Lian menggunakan kesempatan itu. Ia menusuk kaki bawahan itu dengan pedangnya.

"Lari, Lian! Selamatkan Ibumu!" teriak Ayahnya.

Tetapi sebelum Lian bisa bergerak, Pemimpin Sekte Bayangan yang bertopeng perak sudah berdiri di depannya. Matanya yang dingin menatap Lian, seolah ia melihat serangga yang mengganggu.

"Seorang fana yang berani menunjukkan keberanian di hadapan Qi?" kata Pemimpin itu, nadanya terkejut. "Aku akan mematahkan tekadmu dulu sebelum aku mematahkan lehermu."

Pemimpin Sekte Bayangan itu mengacungkan tangan, bersiap untuk memberikan pukulan Qi yang mematikan. Ayah dan Ibu Lian menjerit ngeri.

Saat Pemimpin itu mengayunkan tinjunya, Lian merasakan sensasi aneh. Bukan rasa sakit, tetapi panas yang menusuk dingin di Dantian-nya yang seharusnya kosong.

Di saat yang sama, tepat di tempat ia jatuh, tanah di bawahnya retak. Dari retakan itu, memancarlah cahaya Giok Kuno yang redup.

Itu adalah Giok Tersembunyi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!