Di usia mudanya, Falya terpaksa menjadi tulang punggung keluarga. Padahal sebelumnya kehidupannya sangat sempurna. Tapi karena kesalahan fatal ayahnya, akhirnya ia dan keluarganya menanggung beban yang sangat berat.
Dan suatu hari,ia tak sengaja bertemu dengan sosok arwah penasaran yang justru mengikutinya ke mana pun dia pergi.
Siapakah sosok itu sebenarnya? Dan seberapa kuatnya seorang Falya menjalani kehidupannya???/
########
Untuk pembaca setia tulisan receh mak othor, mangga....di nikmati. Mohon jangan di bully. Mak othor masih banyak belajar soalnya. Kalo ngga ska, skip aja ya! Jangan di ksaih bintang satu hehehehe
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.02
Falya sudah tiba di rumah sakit, hantu Zidan yang memboncengnya pun sudah tak ada. Gadis itu menggeleng tak percaya jika dirinya bisa melihat hantu. Apalagi hantu setampan Zidan.
"Sus Falya, di panggil Ners Diva, di tunggu di ruangannya!'' kata rekan sesama perawat Falya.
''Iya sus Mita, makasih infonya''ujar Falya. Usai gadis itu meletakkan tas nya di loker, ia pun menuju ke ruang kepala perawat. Sesampainya di sana, Falya pun di beri penjelasan bahwa ia akan di mutasi ke gedung rawat inap kelas VVIP.
Entah siapa yang merekomendasikan dirinya untuk di pindah ke sana. Padahal ia sudah nyaman dengan rekan di tempatnya saat ini.
Dan pagi menjelang siang itu juga ia di pindahkan. Kalau saja ia punya kemampuan untuk menolaknya, mungki sudah ia lakukan. Tapi dia bisa apa? Rumah sakit tempat ia bekerja saat ini merupakan rumah sakit swasta yang elit. Kebanyakan pasien yang menghuni setiap bangsal adalah manusia-manusia yang memiliki harta berlimpah.
Kaki kecilnya melangkah optimis ke gedung sebelah. Di sanalah ia akan memulai harinya. Setidaknya,dengan menjadi perawat di rumah sakit ini ia bisa menafkahi keluarganya. Falya masih beruntung, ia bisa menggunakan rumah orang tuanya tapi tidak dengan usaha papanya yang bangkrut.
Brugghh....
Tiba-tiba saja tali tas Falya putus hingga terjatuh dari bahunya. Gadis itu pun berhenti dan berjongkok untuk mengambilnya.
Tanpa sengaja ia mendengar obrolan dua orang dewasa di depan salah satu ruangan.
"Aku ngga mau nikah sama Arvino, Pa! Aku cuma cinta sama Arrayan!"
"Jes, dengarkan papa baik-baik! Mau dia Arvino atau Arrayan yang penting dia sama-sama keturunan Jayadiningrat! Lagi pula, kalau Arvino mengubah penampilannya sama persis seperti Arrayan, orang-orang juga tidak akan ada yang tahu!''
"Pa, aku ngga suka sama si cupu Arvino! Aku...'' ucapan gadis yang di panggil Jes itu di tahan oleh papanya.
"Mau sampai kapan kamu nunggu Arrayan bangun dari koma? Undangan pernikahan kalian sudah tersebar! Dan papa sudah bicara pada Arvino, dia bersedia menggantikan kakaknya untuk menikahi kamu.''
"Papa keterlaluan!'' kata Jes yang langsung masuk ke dalam sebuah ruangan VVIP. Falya yang tadi tak sengaja menguping pembicaraan dua orang itu pun memilih abai dan langsung menemui suster kepala di lantai itu. Dia mendapat sambutan hangat, tapi ada juga yang memberinya tatapan datar dari sesama perawat. Entah apa alasannya. Mungkin karena tadinya Falya berada di ruang khusus pasien umum, langsung di pindah ke ruang VVIP.
Karena banyak yang menginginkan di pindahkan ke sana. Tentu ada hal khusus yang membuat mereka ingin di ruangan VVIP.
"Jadi mulai hari ini kamu bertugas di ruangan Flamboyan 203, bergantian dengan Sus Rita dan Sus Angel. Nanti kamu pelajari rekam medis pasien agar kamu paham apa saja yang harus kamu lakukan.''
"Siap Ners!'' jawab Falya. Dan sebelumnya, ia benar-benar harus membaca riwayat pasien yang akan jadi pasien khhusus untuknya. Keluarga pasien tersebut memang meminta ada tiga perawat khusus yang hanya menangani keluarganya itu.
"Berhubung kamu baru pindah ke sini, long shift ya! Karena sus Rita baru saja masuk tadi pagi. Sementara, kamu bisa pelajari yang lainnya.''
"Baik sus!" lagi-lagi hanya itu yang bisa Falya jawab. Sebenarnya ada plus minusnya juga di tempatkan di ruangan itu. Selain hanya pegang satu pasien, mereka juga sudah di siapkan untuk tukar tiga shift. Dan tentu saja, jam kerja mereka lebih sedikit di bandingkan di ruang rawat sebelumnya. Maklum, rumah sakit swasta yang cukup elit!
Saat sedang sibuk membaca riwayat pasiennya, tiba-tiba saja suara Zidan mengejutkannya.
"Sibuk banget!''
"Eh...ya ampun, bikin kaget aja sih!'' kata Falya yang memang terkejut tapi dengan suara berbisik-bisik. Ada perawat lain yang masih di bangku belakangnya. Mereka sedang berada di nurse station.
Zidan duduk di meja tepat di samping kertas yang Falya pegang.
"Kamu kerja di sini?'' tanya Zidan sambil menoleh ke sekeliling mengamati ruangan terbuka itu.
"Kelihatannya?'' tanya Falya balik.
"Jadi perawat itu yang ramah dong, masa ketus gitu''
"Siapa juga yang ketus? Emang kamu pasien ku? Bukan kan?''tanya Falya balik.
Zidan menggelengkan kepalanya. Padahal ia sudah senang ada yang bisa melihatnya. Tapi ternyata malah seperti ini, Falya kurang welcome padanya. Entahlah, mungkin memang Falya agak sulit untuk di dekati.
Perawat yang di belakang Falya menatap heran pada gadis yang sedang sibuk berbicara sendiri itu. Mungkin pikirnya, Falya sedang halusinasi karena shock pindah ke gedung ini.
Zidan yang melihat teman barunya di tatap seperti itu pun merasa tak terima. Ada botol minuman yang masih sedikit berisi air di jatuhkan oleh Zidan tepat di depan rekan Falya.
Tentu saja hal itu membuat Falya dan rekannya terkejut sampai berdiri. Zidan malah tertawa melihat wajah terkejut Falya dan rekannya itu.
"Kok-kok-kok bisa jatuh sih botolnya?'' tanya nya tergagap. Falya menggeleng pelan.
"Ngga tahu sus, mungkin kena angin'' jawab Falya ngasal. Padahal dari tawanya Zidan saja ia tahu siapa pelakunya.
Rekan Falya itu memilih untuk keluar dari ruangan itu dan berpamitan pada Falya karena ketakutan.
"Aku mau cek pasien dulu!'' pamitnya gugup. Falya hanya mengangguk pelan. Lalu setelahnya, ia berkacak pinggang menatap Zidan dengan galak.
"Kamu apa-apaan sih bang Zidan? Mau nakuti-nakutin dia? Ishh....jangan iseng deh!'' ujar Falya geregetan. Di beri nasehat seperti itu, Zidan malah pergi begitu saja.
Perawat senior yang bernama Rita menghampiri Falya.
'' Sus Falya yang mau tukar shift sama saya?'' tanya perempuan berusia mendekati lima puluh tahun itu.
"Benar sus, saya Falya.''
"Baiklah, ayo ikut saya ke ruang pasien kita. Jadi nanti setelah di sana, sus Falya sudah tahu apa saja yang harus di lakukan.''
"Baik, sus Rita.''
Falya mengekor di belakang seniornya. Beruntung sekali ia memiliki senior yang mau mengajarinya tidak hanya asal suruh saja.
Ruangan VVIP yang di maksud ternyata ruangan di mana tadi ia sempat mendengar pembicaraan dua orang dewasa yang tak lain anak dan papanya.
"Pasien masih koma pasca kecelakaan satu bulan yang lalu'' jelas Rita.
Falya mengangguk pelan. Lalu ia mendengarkan apa saja yang perlu di lakukan selam bertugas. Termasuk memandikan dan mengganti pakaian pasien. Bagi suster Rita dan suster Angel sudah dewasa, alias sudah menikah mungkin itu hal yang biasa. Tapi bagi gadis seperti Falya?
"Boleh bertanya sesuatu sus?'' tanya Falya.
"Tanya saja!'' pintanya.
"Pasien kan laki-laki, kenapa tidak di rawat oleh perawat laki-laki juga? Biasanya kan...?'' pertanyaan Falya terhenti saat Rita tersenyum tipis.
"Ini permintaan keluarga, hanya keluarga pasien yang tahu alasan sebenarnya kenapa tidak memakai perawat laki-laki saja. Tugas kita hanya mengikuti perintah atasan, sesuai SOP.''
Falya mengubur rasa penasarannya. Ia menoleh sekilas pada sosok yang terbaring lemah di atas tempat tidur yang empuk itu. Ada beberapa bagian wajahnya yang masih di tutup perban. Jadi ia tak bisa dengan jelas mengira-ngira seperti apa wajahnya yang jelas. Di bagian lain juga tampak ada luka yang sudah mengering.
Tapi walaupun begitu, Falya bisa menilai kalau pasiennya itu cukup tampan dan masih muda di lihat dari kulit tubuhnya yang masih kencang.
"Biasanya keluarganya akan datang ke sini setiap jam tiga sore. Dan mereka akan pulang sekitar satu jam kemudian''
Falya mengangguk pelan.
"Kamu bisa tahu yang datang keluarganya atau bukan dari kartu pengunjung ya, karena tidak sembarang orang bisa menjenguk pasien.ini.''
Setelah mendengar penjelasan panjang lebar dari seniornya, Falya pun mengangguk paham. Dan di sinilah dirinya sekarang. Ia mulai mempelajari apa yang suster Rita sampaikan tadi.
Falya menatap pasiennya dengan seksama.
"Sepertinya aku ngga asing sama wajah ini, tapi di mana ya???'' batin Falya.
****************************
Segini dulu ya, terimakasih