NovelToon NovelToon
Dermaga Cinta Sang Kapten

Dermaga Cinta Sang Kapten

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Menikahi tentara
Popularitas:36.5k
Nilai: 5
Nama Author: Deyulia

Setelah hubungannya tidak mendapat kejelasan dari sang kekasih. Kapten Prayoda, memutuskan untuk menyerah. Ia berlalu dengan kecewa. Empat tahun menunggu, hanyalah kekosongan yang ia dapatkan.

Lantas, ke dermaga mana akan ia labuhkan cinta yang selama ini sudah berusaha ia simpan dengan setia untuk sang kekasih yang lebih memilih karir.

Dalam pikiran yang kalut, Kapten Yoda tidak sengaja menciprat genangan air di bahu jalan pada seorang gadis yang sedang memarkirkan motornya di sana.

"Sialan," umpatnya. Ketika menoleh, gadis itu mendapati seorang pria dewasa tampan dan gagah bertubuh atletis memakai baret hijau, berdiri resah dan bersalah. Gadis itu melotot tidak senang.

Pertemuan tidak sengaja itu membuat hari-hari Kapten Prayoda tidak biasa, sebab bayang-bayang gadis itu selalu muncul di kepalanya.

Bagaimana kelanjutan kisahnya?

Ikuti juga ya FB Lina Zascia Amandia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 Laptop Yang Tertinggal

     Sesampainya di rumah, Amira menjatuhkan tubuhnya ke sofa ruang tamu. Rambutnya sedikit lepek karena sisa hujan yang menempel. Ia buru-buru membuka tas gendong, hendak menyalakan laptop dan melanjutkan skripsinya yang sudah menunggu bab revisi.

    Namun, tangan mungil itu mendadak terhenti.

    "Ya Allah ...." Amira terhenyak memegangi kepalanya. Tas gendongnya hanya berisi charger, dompet, dan buku catatan. Laptopnya, hilang.

    Bukan hilang dicuri. Tapi hilang karena kelalaian sendiri. Ia baru sadar tadi meninggalkan laptop itu di meja kafe, bersama pria tentara yang baru dikenalnya beberapa jam lalu.

    “Kenapa aku bisa ceroboh gini sih?” gumam Amira frustrasi.

    Ia mondar-mandir di ruang tamu. Bagaimana mau mengerjakan revisi skripsi kalau laptop saja tidak ada? Mau kembali ke kafe pun percuma, pasti sudah tutup malam ini. Lagi pula, dia bahkan tidak tahu siapa nama tentara itu, apalagi nomor teleponnya.

    “Om ... eh, siapa sih dia itu? Ya Allah, laptopku.” Amira menggerutu. Air matanya hampir tumpah, mengingat dalam laptop itu ada semua file skripsinya sejak semester awal.

    Bundanya keluar dari kamar, kaget melihat Amira panik. “Amira, ada apa. Seperti sedang bingung?"

    “Bun, laptop Amira ketinggalan di kafe. Sama orang yang tadi itu …” Suaranya tercekat, Amira hampir keceplosan bicara.

    “Orang siapa?” Bunda Daisya menatap Amira penasaran.

    “Ya … tentara itu, Bun. Tadi siang Amira kena ciprat ban mobil pria itu, sampai cipratan airnya kena baju dan laptop Amira. Sialnya lagi, Amira nggak tahu nama pria tentara itu.”

    Bundanya menghela napas panjang, lalu menepuk pundak putrinya. “Ya sudah, istighfar dulu. Insya Allah kalau rezeki, laptop itu bakal kembali.” Bunda Daisya berusaha menghibur Amira.

    Malam itu, Amira gelisah. Ia berbaring, menatap langit-langit kamar, membayangkan wajah pria tentara tadi, yang entah kenapa, justru membuat hatinya lebih berdebar dibanding rasa cemas kehilangan laptop.

    ***

    Sementara itu, Yoda duduk di meja kerjanya di barak. Laptop berwarna hitam dengan stiker bunga dahlia di pojok kanan kini ada di depannya.

    “Nama gadis itu tadi … Amira, ya?” gumamnya.

    Ia membuka laptop itu pelan, khawatir rusak karena cipratan air kemarin. Tapi ternyata, mesin menyala dengan baik. Layar login menampilkan wallpaper foto seorang gadis berhijab pashmina, tersenyum ceria sambil memeluk seekor kucing abu-abu. Yoda spontan tersenyum kecil.

    “Jadi ini Amira. Senyumnya, jauh beda sama wajah judesnya kemarin."

    Saat jari Yoda hampir menutup layar lagi, matanya menangkap sebuah catatan tempel digital di pojok. Ada nomor telepon tertulis di sana. "Nomor darurat, 08xxxxxx (Amira)”.

    Yoda mengangkat alis, setengah tak percaya. “Ya ampun, dikasih jalan semudah ini? Aku bisa menghubunginya." Yoda girang.

    Ia menatap layar beberapa detik. Hatinya berdebar tak karuan, padahal ia hanya hendak mengembalikan barang. Tapi entah kenapa, ada rasa hangat saat menyebut nama itu. Amira.

    Akhirnya ia meraih ponselnya, mengetik pesan.

    “Amira, ini Kapten Prayoda yang kemarin. Laptopmu ketinggalan di kafe. Masih aman sama saya. Kapan bisa saya kembalikan?”

    Pesan itu terkirim. Dan detik-detik berikutnya terasa seperti menunggu keputusan sidang militer.

    ***

    Amira yang sedang gelisah di kamar, mendadak melompat begitu ponselnya bergetar. Ia menatap layar, membaca nama pengirim yang tidak dikenal.

    “Kapten Prayoda!"

    Matanya membelalak. “Astaghfirullah … jadi namanya Prayoda?”

    Amira menelan ludah. Ia ingin langsung membalas, tapi gengsi. Tangannya gemetar di atas keyboard ponsel. Akhirnya ia hanya mengetik singkat.

    “Syukurlah. Terima kasih sudah menyimpannya. Bisa ketemu besok? Saya butuh laptop itu.” Amira membalas.

    Tak lama, balasan masuk.

    “Bisa. Saya atur waktunya. Kamu maunya di mana?”

    Amira menggigit bibir. Dalam kepalanya, ia sempat membayangkan bertemu kembali dengan tatapan tajam pria itu. Jantungnya berdetak tidak karuan.

    “Besok sore, di depan perpustakaan kota. Sekalian saya cari referensi.”

    “Baik. Besok sore, jam empat."

    Amira menutup ponsel dengan wajah panas. Entah kenapa, rasa panik karena kehilangan laptop justru berubah jadi gugup menantikan pertemuan itu.

    ***

    Keesokan harinya, langit sore mendung tapi tidak hujan. Amira berdiri di depan perpustakaan kota, memeluk tas gendongnya erat-erat.

    Mobil hitam berhenti di dekatnya. Dari sana, Kapten Prayoda turun dengan langkah tegap. Seragam lorengnya rapi, wajahnya yang tampan tampak lebih serius dibanding kemarin.

    “Amira?” suaranya dalam, membuat Amira tersentak.

    “Iya!” jawab Amira pelan.

    Yoda menyerahkan laptop itu. “Ini laptopnya. Semua aman, nggak ada yang rusak. Saya sudah cek.”

    Amira meraih laptopnya dengan lega. “Alhamdulillah… terima kasih banyak, Om Kapten.”

    Yoda tersenyum tipis dan menggeleng. “Panggil Yoda atau kakak saja. Kalau Kapten, kesannya formal banget.”

    Amira hendak membalas, tapi Yoda mendahului dengan nada serius. “Oh ya, kemarin, yang polisi itu siapa?”

    Amira kaget. “Maksudnya Bang Iqbal?”

    Yoda mengangguk pelan, matanya menelisik. “Iya. Kamu kayaknya akrab.”

    Amira terdiam sejenak. “Dia tetangga sekaligus teman masa kecil. Udah kayak abang sendiri. Kenapa memangnya?”

    Yoda menunduk sesaat, lalu tersenyum samar. “Nggak apa-apa. Cuma penasaran aja.”

    Suasana hening beberapa detik. Angin sore meniup pashmina Amira, membuat wajahnya semakin cantik di mata Yoda.

    “Aku, maksud saya, saya cuma mau pastikan kamu aman. Soalnya kamu kayaknya gampang ceroboh.” Yoda mencoba mencairkan suasana.

    Amira mendengus. "Maksudnya?" Amira kurang paham yang dimaksud Yoda.

     "Nggak ada maksud," kelitnya sambil menggeleng.

    Amira tanpa sengaja menatap mata Yoda, ia merasa ada ketulusan yang sulit ia abaikan. Pria itu tampak serba salah.

    Yoda akhirnya melirik jam tangan. “Oke, laptop sudah saya kembalikan. Tapi, boleh nggak saya traktir makan lagi? Biar beneran lunas rasa bersalah saya.”

    Amira spontan teringat kejadian memalukan perutnya yang bergemuruh di kafe tempo hari. Pipinya langsung merona.

    “Ah ... nggak usah. Nanti bisa-bisa makan saya ngabisin satu kafe," canda Amira terkekeh.

    Yoda ikut terkekeh. “Ya, nggak apa-apa. Kafenya biar bisa cepat habis."

    Amira mendelik. “Ih, Om Kapten ini, ngeselin.”

    Tapi jauh di dalam hatinya, ia tahu, pertemuan kedua ini bukan kebetulan semata.

     Amira akhirnya luluh juga. Ia mengangguk pelan menerima ajakan makan Yoda, meski wajahnya masih setengah malu dan merona. “Baiklah. Tapi sekali ini aja, ya.” Aika meminta syarat.

    Yoda tersenyum puas. “Deal. Sekali ini aja, kalau kamu nggak ketagihan.”

    Mereka melangkah berdampingan menuju sebuah kafe. Amira sebenarnya masih kikuk, tapi di dalam hatinya ada getaran hangat yang ia sendiri sulit dimengerti.

    Namun tepat ketika mereka memasuki kafe. Suara seseorang menyapa Amira akra.

    “Amira!"

    Amira menoleh kaget. Di sana, Iqbal dengan seragam polisi lengkap, berdiri menatap tajam. Tatapan itu bukan sekadar heran, melainkan campuran antara curiga dan cemburu.

    “Kenapa kamu di sini. Siapa dia?” suara Iqbal terdengar tegas, bahkan menusuk telinga Amira.

    Amira tercekat. Kata-kata mengendap di tenggorokannya. Sementara Yoda, meski masih berdiri tegap, bisa merasakan ada sesuatu di balik sorot mata pria polisi itu.

    Sejenak, waktu seolah berhenti. Tiga pasang mata saling bertemu dalam keheningan yang penuh tanda tanya.

    Hati Amira berdegup makin keras. Ia tidak tahu harus menjawab siapa terlebih dulu. Pria masa kecil atau pria asing berseragam loreng yang baru dikenalnya, namun entah kenapa sudah mulai menempati ruang di dadanya.

1
Esther Alviah Ekawati Paulus
Sukses selalu adek Lina dalam menulis dan suka dengan karakter Yoda yang move on dari Aika, serta mantan tunangannya.
Lina Zascia Amandia: Mksh byk Bun.... 🥰🥰🥰
total 1 replies
dewi_nie
jodoh Amira SDH terlihat jelas hilalnya..
sabar bang Yoda..cinta emang perlu perjuangan.
dewi_nie
si Iqbal masuk jebakan Batman Amira..
hmm..Amira ujianmu marai koe kwareken mangan.aku seng Moco Karo mbayangke melok warek pisan mir.🤭
Lina Zascia Amandia: Heheheh.... ikutan kenyang sampe perut gak muat.
total 1 replies
dewi_nie
semoga Serelia segera mendapatkan pengganti Yoda.
Marya Dina
wes mir coba tes lgi yoda nya.soal nya emak mu ini.kyak nya koo sreg.ma yoda dr pada ma babal.minta saran juga ma saka jangan lupa😁☺️
Supryatin 123
pilih sesuai hati yg paling dalam amira.minta petunjuk kpd Allah SWT.lnjut thor 💪💪💪
K4RL4
akuh mendukung mu dengan yoda, amira. ni akuh kasih bunga mawar merah biar kamu semangat milih yoda, ga perlu ragu utk buang iqbal sejauh mungkin.
kk othor akuh kasih kopi biar melek bab selanjutnya 😁.
Lina Zascia Amandia: Mksh Kak...
total 1 replies
Marufah Rufah
udah mir ngk usah pusing2 pilih aja Yoda ,,, dia lebih tulus lebih Nerima km apaadanya ngk kyak Iqbal blum apa2 udh bandingin km sm cwek lain
Rina
Udah deh pilih Yoda aja Amira , sepertinya dia mau menerima kamu apa adanya gak seperti Iqbal yang harus mengikuti keinginannya 🫢🫢🫢
Ayudya
ayo lah Mira lebih baik Yoda dari pada Iqbal yg gede gengsi
Ickhaa PartTwo
Lanjuttt mba othor
ana nuryana
/Smile/
𝐈𝐬𝐭𝐲
ceritanya bagus aku suka banget .😍😍
Lina Zascia Amandia: Mksh byk Kak...
total 1 replies
𝐈𝐬𝐭𝐲
suka cara Amira menguji calon pasangannya, mana yg lebih mau menerima aliran apa adanya, dan Amira dapat bonus kenyang ..🤣🤣🤣
Lina Zascia Amandia: Aliran dana inginnya ya... heheheh
total 2 replies
Siti Nurjanah
aamiin
Marufah Rufah
jangan di luluskan ujian untuk Iqbal ,,, biar Amira sama Yoda aja thorr
Lina Zascia Amandia: Hehehh......
total 1 replies
Supryatin 123
lnjut thor 💪💪
Yuliana Tunru
nah mulai tau kan beda kedua x yg mana tulus dan mn yg agak2 terpqksa jg kaget..
Marya Dina
fiiling kita sama amira.
iqbal gk cocok
rnak yg lebih tua iya kan ehhh mapan buka n tua ding🤣😁😁☺️
Marya Dina: iya itu maksut nya😁😁😁
total 2 replies
Marya Dina
aku denger lhoo bal ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!