Zalika Azzalea adalah gadis cantik yang berusia dua puluh dua tahun, dirinya memutuskan untuk menikah dengan sang kekasih Arga Pramana diusia muda dengan harapan sebuah kebahagiaan
Pil pahit harus ia telan, karena pernikahan tak berjalan seperti yang dirinya impikan. mimpi sederhana untuk biduk rumah tangga yang sempurna nyatanya harus ia kubur dalam-dalam
Pernikahan yang hanya berlangsung tiga hari itu berakhir dengan menyisakan trauma mendalam, mengubah gadis ceria menjadi seorang yang takut akan cinta
Akankah ada pria yang dikirim tuhan untuk menyembuhkan lukanya? lalu Cinta yang akan memberinya kebahagiaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecurigaan
"Lo naksir sama istri gue?"
"Siapa yang nggak naksir sama cewek secantik Zalika, kalau gue jadi elo nggak mungkin gue tinggalin istri cantik gue dimalam pertama!" Ujar Dean pada rekannya itu
"Iya sih, gue aja sempet naksir dia!" Aksara menimpali membuat wanita yang duduk disisinya merengut
"Itu sebelum aku ketemu kamu, beb. Sekarang aku udah nggak naksir Zalika lagi!"
"Cih" Arga hanya berdecih melihat tingkah para sahabatnya itu
Tanpa mereka sadari jika seorang pria tengah memandang kearah kerumunan itu
"Arga?" Pria itu sampai mencipitkan matanya agar tidak salah mengenali orang
"Itu beneran Arga. Tapi ngapain dia disini? Bukannya ini malam pertama buat dia dan Zalika!" Gumamnya, hingga dirinya memutuskan untuk menghampiri mereka dan mengabaikan panggilan dari para sahabatnya
"Arga!" Pria itu tersentak, tatapan tajam diberikan oleh pria yang kini berdiri dihadapannya. Sadar akan tatapan itu, Arga dengan cepat melepas tangan Moza pada lengannya
"Bang Akbar?"
"Lo disini?" Tanya Akbar penuh selidik
"I-iya bang! Gue lagi ngerayain ulang tahun temen!" Dusta Arga, dan Akbar tau jika adik iparnya itu tengah berbohong
"Terus dimana Zalika?"
"Dia dirumah, tadi udah gue ajak tapi Zalika nya nggak mau. Mau istirahat aja katanya!" Sebuah senyum palsu ia tampilkan
"Gue telepon Zalika sebentar!" Akbar meraih ponsel dari saku jaket miliknya namun Arga segera menghentikan aksi kakak iparnya itu
"Jangan bang! Maksud gue, Zalika pasti udah tidur jadi jangan diganggu!" Ujarnya
"Akbar.." Para rekannya telah memanggil dan mau tak mau Akbar harus meninggalkan perkumpulan anak muda itu
"Jangan lupa Lo berurusan sama siapa, Arga. Kalau sampe Lo nyakitin Zalika! Lo terima akibatnya!" Pria berbadan tegap itu berlalu
"Dia kakak nya Zalika?" Arga mengangguk dengan tangan terkepal
"Serem banget kakaknya!" Aksara menimpali "Dia pengacara terkenal kan?"
"Nggak perlu dibahas!" Arga kembali menepis tangan Moza yang hendak memeluknya, jangan lupa jika Akbar masih berada ditempat ini
"Lo bisa masuk penjara kalau nyakitin Zalika!"
"Gue bilang, nggak usah dibahas!"
"Kita ke hotel aja yuk, sayang!" Ajak Moza pada Arga
"Boleh juga, gue juga butuh dipijet!"
"Dengan senang hati!" Wanita cantik itu menunjukkan senyum terbaiknya
Arga mengedarkan pandangannya, dan dapat dirinya lihat jika Akbar dan beberapa temannya telah meninggalkan club
***
Entah sekarang jam berapa, Zalika membuka matanya saat mendengar pintu kamar mandi dibuka, tubuhnya terasa membeku karena semalaman berada ditempat ini
"Bangun!" Suara Arga terdengar dingin, dengan berat, Zalika mengangkat wajahnya lalu menatap pria dihadapannya dengan lekat
"Ada apa? Apa hukuman ini kurang?" Pria itu mendekat lalu memaksa menarik lengan gadis itu hingga membuat si pemilik meringis, perih karena cengkraman semalam saja belum hilang
Arga memposisikan Zalika di bawah shower lalu air dingin mengguyur tubuh mungil yang sejak tadi sudah kedinginan
"Kamu harus melayani suami kamu! Aku mau sarapan!" Pria kejam itu mematikannya hingga air berhenti mengalir, lalu ia dorong tubuh itu hingga membentur dinding
"Jangan pernah menjadi istri yang pemalas, dan ingat ini, Zalika. Jika Akbar atau siapapun datang dan bertanya, kamu jangan pernah berkata jujur! Kamu harus terlihat bahagia dengan pernikahan kita! Paham!" Ucapan itu hanya bisa dijawab Zalika dengan anggukan
"Kalau sampai itu terjadi, aku pastikan kedua orang tua kamu tidak akan selamat!" Sambungnya dengan nada penuh ancaman
"Sekarang keluar! Aku mau mandi! Dan Zalika!" Mendengar namanya dipanggil, gadis itu berbalik
"Aku suka banana pancake buatan kamu!" Zalika yang mengerti segera meninggalkan sang suami yang kini telah menanggalkan pakaiannya
Setelah mengganti pakaian, gadis cantik itu mulai melakukan pekerjaannya. Beberapa bahan ia keluarkan dari dalam kulkas
Kediaman ini memang hanya ditinggali oleh sepasang suami istri itu, Arga menolak untuk bermalam di hotel tempat resepsi pernikahan mereka berlangsung dengan alasan telah menyiapkan kejutan dirumah untuk istri tercintanya
Kedua orang tua pria ini memang telah tiada, Arga mengatakan itu pada Zalika dan gadis cantik itu tak banyak bertanya, bahkan saat pernikahan mereka Arga hanya didampingi oleh paman dan bibinya tanpa anggota keluarga lainnya
Saat tengah menata beberapa pancake diatas meja, terdengar suara bel Zalika sampai bingung, siapa yang bertamu pagi-pagi begini
Gadis itu membawa langkahnya menuju pintu, saat pintu dibuka seorang pria yang begitu ia kenal berdiri dihadapannya dengan senyuman yang hangat
"Bang Akbar!" Zalika berhambur dalam pelukan kakak laki-lakinya itu, Akbar dapat merasakan ada sesuatu pada adik kesayangannya itu, karena tak biasanya Zalika memeluknya sangat erat
"Kamu apa kabar?" Tanya Akbar, dirinya bingung karena sang adik tidak menjawab dan sepertinya tengah menangis
"Ada apa?" Akbar dengan lembut mengusap kepala adik perempuannya itu
Zalika mengurai pelukannya, mengusap air mata yang sempat keluar "Aku nggak pa-pa kok bang. Cuma kangen aja sama Abang!"
"Baru sehari disini, kamu udah kangen aja sama Abang" guraunya membuat wanita itu mencibirkan bibirnya
Akbar mengulurkan tangannya mengusap lembut puncak kepala adik perempuannya membuat si pemilik tersenyum
Senyum itu jelas terpaksa dan Akbar tau itu, bahkan dirinya dapat melihat leher sang adik yang merah
"Kamu beneran nggak pa-pa kan?"
"Enggak kok, ayo masuk bang! Zalika lagi bikin sarapan" Akbar mengikuti langkah sang adik, dirinya lalu duduk di salah satu kursi dan memperhatikan adik perempuannya yang tengah menata potongan pancake di atas piring
"Selamat pagi, sayang" Dengan senyum palsunya, Arga mendekat lalu memberi satu kecupan lembut di kening istrinya dalam hal itu tak luput dari perhatian Akbar
Akbar terbiasa menghadapi orang-orang yang bersikap pura-pura, hal itu membuatnya tau betul dengan senyuman palsu yang adik iparnya itu berikan
"Oh. Astaga maaf bang, aku nggak liat kalau Abang disini!" Arga lalu duduk di salah satu kursi tepat dihadapan Akbar
Pria tampan itu memaksa senyumnya pada suami dari adiknya itu, jika Arga bisa maka Akbar jagonya
"Kalian terlihat bahagia!" Ucapannya seraya memasukkan potongan pancake tersebut kemulut
"Gue emang selalu bahagia, menikah dengan Zalika adalah hal yang paling membahagiakan!" Ucap Arga penuh kebohongan, bahkan kecupan lembut di berikan Arga pada punggung tangan sang istri dan Zalika memaksakan senyumannya
"Semoga saja! Zalika itu princess dirumah, makanya rumah jadi sepi karena dia pergi!" Ujar Akbar
"Ya mau gimana lagi bang, kita udah nikah. Udah seharusnya kita tinggal berdua"
"Itu bener!" Sekilas Akbar melirik ke arah sang adik yang sepertinya enggan untuk bicara, raut kesedihan terlihat jelas dari wajahnya
Pandangan pengacara itu tertuju pada leher sang adik yang merah, itu bukan merah yang tercipta dari permainan panas sepasang suami istri melainkan bekas cekikan
semoga terkuak ya rahasianya