SCRIPT SWEET

Giliran Aluna yang menjadi narasumber pelatihan, Pak Cokro datang kunjungan. Ini adalah pelatihan terakhir yang diadakan sesuai program kerja KKN. Dua minggu lagi mereka tinggal evaluasi total, dan menyusun laporan. Seperti biasa, Aluna tampil dengan percaya diri. Kapan sih anak Pak Sabda tampil jelek, dia begitu luwes menjelaskan bisnis yang ia lakoni sejak SMP, banyak warga yang kaget gadis cantik itu ternyata sudah kerja keras sejak SMP. Meski disekolahkan di tempat yang bagus dan mahal, tetap saja Aluna belajar bisnis. Orang yang ada di belakangnya saat memulai bisnis adalah sang mama. Bahkan Aluna ingat betul pesan beliau Hidupmu ada di tanganmu. Jadi kalau mau sukses mau kaya ya kamu harus gerak, susun rencana dan mimpi, mulai cari jalan untuk mendapatkannya.

Dia gadis yang good looking dengan postur tubuh 170 cm, ditambah latar belakang bisnis yang dijalani, membuat para warga dan Pak Cokro serta teman mereka terhipnotis dengan kepiawaian Aluna. Dia pun membawa contoh jam tangan crating hasil kreasinya, bukan warga yang tertarik maka teman KKN nya yang justru order.

"Kalau kayak gini, gue berani deh, Lun jadi reseller lo. Lucu dan harganya termasuk murah," ujar Eriska langsung beli tiga.

"Lun, saya juga dong jadi reseller kamu. Buat side income," ujar Mbak Kamila. Aluna hanya mengangguk saja, sepertinya dia mau mencoba mengembangkan bisnisnya dengan punya reseller.

"Aku jual 50k, juga masih laku kayaknya. Untung 10k tanpa bikin, tanpa packing, kalau dapat orderan 10 aja sehari udah 100k, gimana kalau sebulan. 3 juta lumayan lah ya buat beli skincare," dunia perhaluan mahasiswa mudah sekali tercipta. Memang paling gampang bisnis itu dibayangkan saja. Kalau belum punya pengalaman jualan, cari satu customernya saja susah minta ampun. Apalagi kalau terlihat jualan banget, mana ada yang mau. Sekarang istilahnya ada hard selling dan soft selling untuk jualan, dan menggunakan teknik storytelling semakin membuat orang penasaran akan barang dagangan ini.

Pak Cokro sampai bertepuk tangan, bukan anak ekonomi tapi cara berpikir bisnisnya mateng sekali. "Dari mama, Pa. Beliau punya toko roti, dan latar belakangnya tata boga, jadi saya diajari bagaimana menentukan harganya," ujar Aluna saat ditanya Pak Cokro tentang keahliannya. Seorang pebisnis saja belum tentu punya catatan atau jurnal penjualan yang sistematis begini, tapi Aluna punya.

"Keren! Rumah kamu mana, Lun?" tanya Pak Cokro, Aluna pun menyebutkan nama kabupaten tempat tinggalnya. Pak Cokro kaget, beliau juga punya keluarga di daerah itu. Tapi jauh sih dari Aluna, sekitar 45 menitan, karena rumah Aluna di pusat kabupatennya. "Saya rencana mau membangun perkebunan di sana juga, Lun. Tanah warisan, maunya saya tanami pisang cavendish dan jahe merah."

"Oh iya, Pak. Alhamdulillah. Untuk mengisi waktu pensiun ya, Pak!" ucap Aluna setelah pelatihan. Beliau mengajak ngobrol mahasiswa sebelum evaluasi bersama.

"Iya, bingung lah setelah digaji pemerintah dapat pensiunan yang pasti berbeda dengan gaji saat aktif, namun gaya hidup sudah terlanjur tinggi, lebih baik memanfaatkan lahan yang kita punya untuk bisnis."

"Bapak kurang berapa tahun pensiun?" tanya Afkar.

"5 tahun lagi. Harus dimulai dari sekarang, agar kita bisa analisis juga." Beliau pun kemudian memimpin jalannya evaluasi dengan mereka, karena kunjungannya kali ini bertepatan dengan presentasi Aluna, sehingga beliau memberikan evaluasi dari kacamata orang ekonom. Soal penentuan harga, kreasi Aluna ini termasuk murah, padahal kreasinya bisa dikatakan limited edition karena setiap manik yanh dipasang jelas berbeda satu sama lain.

"Gak usah takut kemahalan, kalau kalian sudah memanfaatkan sosial media untuk jualan, maka pasar kalian lebih luas. Bisa saja harga kamu itu targetnya para selebritis yang suka koleksi jam tangan, atau yang suka brand lokal. Toh murah atau mahal tergantung pada target pasar saja. Oke, untuk Aluna terimakasih sudah menginspirasi, andai saja saya punya anak cowok, mungkin akan saya jodohkan sama kamu."

"Ecie!"

"Auto bini kedua juga gak pa-pa, Pak!" lirih Gopi, kebetulan duduk di samping Aluna, spontan saja gadis itu menoleh dan mendelik pada Gopi. Lelaki itu hanya nyengir saja.

Pak Cokro pun meminta foto bersama mereka, sekaligus sebagai dokumentasi kunjungan, tak lupa foto berdua dengan Aluna. Beliau pun sengaja mengupload foto tersebut.

Mahasiswi KKN yang menginspirasi. Good Job Mbak Aluna. Begitu caption yang disematkan Pak Cokro dalam status WA beliau, tak lupa foto dengan Aluna, serta beberapa video dokumentasi saat pelatihan berlangsung.

Anak psikologi ini, pintar dan cantik, Pak Cokro! Salah satu dosen psikologi mengomentari status Pak Cokro, karena Aluna pernah mengambil mata kuliah Psikologi Pendidikan yang diampu oleh beliau.

Di balik status itu, Keenan diam-diam membacanya. Pantas saja arogansi Aluna sangat tinggi, ternyata dia seorang pebisnis muda. Wajar sekali punya prinsip yang kuat, bos muda dan cantik lagi. "Apa lewat Pak Cokro saja ya," gumam Keenan berniat minta maaf pada Aluna lagi. Sebenarnya Aluna juga sudah memaafkan, hanya saja Keenan masih tak enak hati. Ia belum menjelaskan kenapa sampai berbuat seperti, dan tidak ada niatan sedikit pun untuk merendahkan harga diri Aluna.

Daripada berlarut-larut, Keenan pun mengomentari status Pak Cokro. Assalamualaikum wr wb, maaf Pak, Mbak ini pernah kelebihan 50k ke saya. Saya mau mengembalikan kelebihan uangnya.

Yakin kelebihan? Bukan mau kenalan. Goda Pak Cokro kemudian share kontak Aluna.

Keenan tersenyum setelah mendapat nomor Aluna, ia pun menyimpan nomor gadis itu dengan nama kontak Pacar Boongan ❤️. Entah mengapa dia memberi emoticon hati segala, spontan saja. Keenan pun membuka room chat pada kontak Aluna.

Assalamualaikum, namun Keenan menghapusnya. Ketik lagi Hai dihapus lagi karena terkesan sok kenal sok dekat. Ia pun hanya bisa menggenggam ponselnya dan meletakkan ponsel ke jidat Keenan, berpikir keras untuk memulai chat dengan Aluna.

Assalamualaikum, Aluna. Saya Keenan, maaf ya 🙏.

Keenan memandang ketikannya, harus kah dikirim, atau dihapus lagi. "Bismillah, deh!" ucap Keenan dan klik tombol send, matanya memicing melihat tanda centang, dua centang abu. Ia pandangi terus hingga hampir 10 menit baru dua centang biru.

"Ya Allah, dibaca! Duh gimana ini, dibalas gak ya," Keenan heboh sendiri, deg-deg an juga menunggu balasan apa yang dikirim Aluna, terpantau gadis itu sedang mengetik.

Waalaikumsalam, Keenan siapa ya?

Lah, Keenan kecewa. Masa' iya sudah lupa, seminggu lalu bukannya sudah dikenalkan sama ibu yang rekam panen cavendish ya, duh Keenan malas banget kalau menjelaskan dengan detail begini, terkesan ia mengharap chat Aluna.

"Sial, diterusin gak ya?" bimbang Keenan, namun pada akhirnya ia menutup ponsel itu, dan lanjut mengendarai motornya untuk menjadi Ojol.