Setelah dua tahun menikah, Laras tidak juga dicintai Erik. Apapun dia lakukan untuk mendapatkan cinta suaminya tapi semua sia-sia. Laras mulai lelah, cinta Erik hanya untuk Diana. Hatinya semakin sakit, saat melihat suaminya bermesraan dengan Dewi, sahabat yang telah dia tolong.
Pengkhianatan itu membuat hatinya hancur, ditambah hinaan ibu mertuanya yang menuduhnya mandul. Laras tidak lagi bersikap manja, dia mulai merencanakan pembalasan. Semua berjalan dengan baik, sikap dinginnya mulai menarik perhatian Erik tapi ketika Diana kembali, Erik kembali menghancurkan hatinya.
Saat itu juga, dia mulai merencanakan perceraian yang Elegan, dibantu oleh Briant, pria yang diam-diam mencintainya. Akankah rencananya berhasil sedangkan Erik tidak mau menceraikannya karena sudah ada perasaan dihatinya untuk Laras?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Ceraikan Dia
Ruang tamu rumah keluarga Wijaya malam itu dipenuhi keheningan yang menyesakkan.
Laras duduk di hadapan ibu mertuanya yang tiba-tiba datang. Ratna Wijaya, wanita paruh baya dengan penampilan elegan, duduk tegak dengan tatapan tajam dan angkuh. Segelas teh diatas meja tetap tak tersentuh.
"Mana Erik, kenapa dia belum kembali?"
"Aku rasa lebih baik mencari Erik di rumah Dewi!" Jawab Laras dingin.
"Apa maksudmu? Kenapa harus mencarinya di rumah Dewi?" Ibu mertuanya kembali menatapnya dengan sinis.
"Tidak perlu berpura-pura tidak tahu apa yang Erik lakukan, Ma!"
"Hng, emangnya apa yang Putraku lakukan? Apakah kau ingin menuduhnya sedang berselingkuh dengan Dewi?"
"Bukankah memang seperti itu? Mama pasti tahu apa yang dia lakukan selama ini di luar sana dengan beberapa wanita yang dia kenal!" Ekspresinya masih dingin. Dia lelah dengan pernikahan itu.
"Lalu kau mau apa? Jika kau sudah tidak tahan lagi, pergilah dari kehidupan Erik. Tinggalkan dia karena dia pantas mendapatkan yang jauh lebih baik daripada dirimu!"
Kedua tangan mengepal di atas pangkuan, dia sudah menduga Ibu mertuanya tidak akan mempermasalahkan perselingkuhan yang dilakukan oleh Erik. Tapi apakah dia harus pergi dalam keadaan seperti itu?
"Kenapa diam? Jika tidak ada bukti perselingkuhan yang dilakukan oleh Erik sebaiknya jangan asal bicara!"
"Aku memiliki buktinya. Aku merekam apa yang dia lakukan dengan Dewi!"
"Apa kau bilang?" Ekspresi wajah Ratna tampak berubah,
"Kau merekam suamimu sendiri?" suaranya pelan, tapi tajam seperti belati.
"Memalukan."
Laras tercengang. Meski itu bukan yang pertama kali.
"Ma, aku rasa kau harus menasehati Erik."
"Cukup, Laras!" suara ibu mertuanya meninggi. Tatapannya kini menusuk.
"Dari awal aku sudah ragu padamu. Kau hanya perempuan tak tahu malu yang menginginkan uang kami. Sekarang kau merekam apa yang Erik lakukan, apakah kau ingin menggunakan rekaman itu untuk memeras kami?"
"Aku tidak?"
"Tidak apa?" Bentaknya, "Bukankah sejak awal yang kau inginkan memang uang? Kau lihat keluargamu? Saat mendapatkan uang dari Erik, mereka langsung pergi dan kau bertahan juga untuk mendapatkan uang!"
Laras tercekat.
Hatinya terasa seperti diremas. Tapi ibu mertuanya belum selesai.
"Apa kau pikir, aku akan membelamu dan mempercayai video murahan itu? Dari pada dirimu, Dewi lebih pantas dipercaya daripada kamu!"
"Dewi?" Laras hampir tertawa getir. "Dia hanyalah sahabat tidak tahu diri yang menusukku dari belakang. Wanita murahan sepertinya, apakah bisa dipercayai?"
"Jangan sok suci, Laras. Apa bedanya kau dengan Dewi? Dia mendekati Erik karena uang begitu juga dengan dirimu yang menikahi Erik karena uang. Kau tahu, Erik menikah denganmu karena terpaksa dan semua orang tahu itu!"
Tangan Laras semakin mencengkeram erat. Dia mau menikah dengan Erik karena dia mencintai pria itu, bukan karena menginginkan uangnya tapi gara-gara keluarganya yang serakah membuat Ibu mertuanya dan Erik salah paham.
"Seharusnya Diana yang menjadi menantuku!" Desis ibu mertuanya, "Dia wanita yang lemah lembut, cantik, dan dari keluarga terpandang. Tapi dirimu?" Tatapan menghina itu kembali didapatkan oleh Laras.
Ratna menyilangkan kaki, wajahnya begitu tenang tapi suaranya menghujam.
"Dua tahun menikah, rahimmu bahkan tak mampu memberikan satu cucu pun untukku. Kau pasti mandul, Laras. Kau hanya wanita tidak berguna yang tidak layak menjadi menantu keluarga Wijaya!"
"Jangan asal bicara sedang Mama tidak tahu apa yang terjadi?" Kesabaran di ambang batas, nada bicara pun meninggi.
"Apanya yang tidak tahu. Apa kau tidak tahu kenapa Erik lebih memilih wanita yang ada di luar sana?" Ratna memandangi menantunya dari atas sampai ke ujung kaki, "Itu karena kau tidak pernah memuaskan dirinya dan kau hanya menjadi bebannya saja. Kau pun tidak seperti Diana!"
Laras menggigit bibir. Hatinya benar-benar sakit mendengar hinaan demi hinaan yang diberikan oleh ibu mertuanya.
Dia tahu dia tidak pantas menjadi bagian dari keluarga itu dan dia tidak bisa dibandingkan dengan Diana yang terlahir begitu sempurna tapi apakah ibu mertuanya boleh menghinanya seperti itu?
"Aku sudah tahu sekarang!" Laras berdiri perlahan. Tubuhnya gemetar.
"Mau ke mana, Laras? Kita belum selesai!"
"Tidak ada yang perlu kita bahas lagi, Ma! Selamat malam!"
"Ada!" Ibu mertuanya membali berteriak lantang, "Aku ingin kau meninggalkan Erik, Laras. Aku akan menjodohkan Erik dengan wanita lain. Dia harus menikah dengan wanita sempurna, bukan wanita mandul seperti dirimu."
Laras tak menjawab. Dia melangkah pergi dengan kepala tegak. Air mata jatuh satu per satu di pipinya, tapi ia menolak untuk menangis di depan ibu mertuanya.
Ratna tampak kesal, karena Laras mengabaikan dirinya begitu saja.
"Sekalipun kau bertahan, kau tidak akan mendapatkan apapun. Dan lihat saja, sebentar lagi Erik akan mencampakkan dirimu dari hidupnya!" Wanita tua itu melangkah pergi.
Tidak akan dia biarkan, Laras harus keluar dari kehidupan Erik Karena dia sudah tidak tahan. Dia pun tidak mau Erik dimanfaatkan oleh wanita itu begitu lama.
Ratna keluar dari rumah. Dia memutuskan untuk menghubungi Erik. Dia ingin tahu apakah yang dikatakan oleh Laras benar atau tidak jika Erik sedang bersama Dewi.
"Erik, di mana kau?"
"Aku di kantor karena banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Kenapa?"
"Jadi kau tidak sedang bersama Dewi?"
Erik melirik ke arah Dewi yang sedang memperbaiki penampilannya.
"Kenapa tidak menjawab, apa kau sedang bersama Dewi?"
"Tidak. Aku sedang menyelesaikan pekerjaanku. Kenapa Mama bertanya demikian?"
"Seseorang menuduhmu sedang berselingkuh, sungguh menggelikan!" Nada bicara ibunya penuh dengan cibiran. Erik tahu, siapa yang dimaksudkan oleh ibunya.
"Apa Mama baru dari rumah?"
"Ya, aku muak melihat istrimu yang tidak tahu diri itu!"
"Ma, bagaimana dengan keadaan Laras?"
"Untuk apa kau menanyakan keadaannya? Dia hanyalah wanita yang tidak berguna sama sekali dan sebaiknya kau segera menceraikan dia!"
"Mama tidak berhak ikut campur dalam rumah tangga ku. Jangan mengganggu Laras, dan jangan mengucapkan perkataan yang menyakiti hatinya!"
"Kau lebih membela istrimu yang tidak berguna itu dibandingkan ibumu?"
"Aku tidak membela. Please, Ma. Jangan ikut campur dengan permasalahan kami." Dia tahu, ibunya selalu mengucapkan perkataan yang menyakitkan setiap kali bertemu dengan Laras.
"Kau akan menyesal nanti, Erik. Sebaiknya segera menceraikannya karena dia bukan wanita yang pantas untukmu! Dia pun tidak akan pernah bisa memberikan kebahagiaan untukmu apalagi memberikan anak. Daripada membuang waktu lebih banyak dengan wanita seperti dirinya, sebaiknya cari wanita yang sepadan dengan keluarga kita!"
Erik menarik nafas. Dia tahu, tapi dia tidak bisa melepaskan Laras.
Ratna menoleh, melihat ke arah kamar Laras. Tunggu saja. Dia akan segera menyingkirkan menantu tidak bergunanya itu.
Laras memandangi kepergian Ibu mertuanya sambil mencengkram gorden dengan kuat.
Penghinaan hari ini, dan pengkhianatan Erik, akan dia balas nanti tapi dia tidak mau pergi sekarang, mulai hari ini dia harus lebih cerdik dibandingkan Ibu dan Anak yang Licik itu
hayuu Erik n Ratna cemuuuunguut utk tujuan kalian yg bersebrangan 🤣🤣
semangat utk mendapat luka Erik 🤣
hayuuu Briant gaskeun 😁
buat Erik kebakaran jenggot 🤣🤣