Anna dan Ananta dua gadis kembar yang sengaja di pisahkan sejak masih bayi. Setelah dewasa, keduanya tidak sengaja kembali bertemu dan sepakat untuk bertukar tempat karena merasa tidak puas dengan kehidupan mereka masing-masing.
Kehidupan keduanya bertolak belakang. Anna hidup sederhana di kota kecil, sedangkan Ananta hidup serba berkecukupan di Ibukota. Anna dicintai dengan tulus oleh Raksa, pemilik hotel tempat Anna bekerja sebagai Cleaning Service. Sedangkan Ananta sudah menikah dengan Rendra, salah pengusaha muda kaya raya. Sayangnya Ananta tidak dicintai.
Ikuti keseruan cerita mereka. Tolong jangan lompati Bab yaa.
Terima kasih sudah mampir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nittagiu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Raksa
Annastasya tidak bisa menahan tawa saat melihat Annanta mengenakan baju kerja miliknya. Ia sampai terbahak melihat gadis yang awalnya begitu anggun, kini berubah menjadi Cleaning Service. Sedangkan Ananta hanya bisa memanyunkan bibirnya karena terus diledek oleh gadis di hadapannya itu.
Kini keduanya sudah berada di dalam kamar VIP tempat Ananta menginap. Setelah mereka sepakat untuk bertukar tempat, keduanya memilih masuk ke dalam kamar Ananta untuk menjelaskan kehidupan mereka masing-masing agar nanti tidak membuat kesalahan.
“Ayo sana keluar. Cleaning Service dilarang berlama-lama di dalam kamar.” Usir Anna. Gadis itu lalu kembali tertawa keras.
Ananta hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Beberapa saat kemudian ia ikut tersenyum. Kehidupan yang awalnya begitu datar dan menyesakkan, kini sedikit menjadi lebih baik saat dirinya bertemu dengan Annastasya.
“Ingat, jangan terlalu kalem seperti ini nanti ibu aku curiga.” Ujar Anna memperingati, saat Ananta hendak memutar pegangan pintu kamar hotel.
Ananta mengangguk mengerti. Walau baru beberapa jam saja, ia sudah bisa tahu bagaimana Anastasya menjalani kehidupannya yang keras.
Yah, sepertinya semua orang memang sedang tidak baik-baik saja. Tapi ada sebagian orang yang memilih menjalani kehidupan mereka dengan penuh rasa syukur. Seperti yang dilakukan Anastasya.
“Kamu masih kerja? Harusnya kamu sudah pulang dari tadi. Aku kan sudah memperingati mu untuk tidak lembur. Nanti kamu sakit.”
Ucapan tegas penuh ke khawatirkan membuat Ananta terkejut. Ia cepat-cepat menarik pintu kamar hotel tersebut, dan melangkah cepat mendekati pria yang kini menatapnya khawatir.
“Ini aku mau pulang.” Jawab Ananta. ‘Ya ampun, ini pasti Raksa. Cowok yang kata Anna suka ikut campur dengan kehidupannya. Cih, laki-laki ini jatuh cinta padamu, Anna bego.’ Sambung Ananta dalam hati.
Raksa menatap Ananta curiga.
“Kamu kenapa jadi baik? Kamu kan selalu jahat padaku.” Raksa mengikuti Ananta dari belakang.
Ananta menarik nafasnya dalam. Gadis itu bingung apa yang harus ia lakukan pada laki-laki yang terus saja mengikutinya dari belakang, sehingga membuat beberapa pegawai hotel menatapnya tidak suka.
‘Ah, sepertinya aku mulai menjalani kehidupan buruk kamu ya, Anna?’ Ananta kembali bergumam di dalam hati.
Seperti biasa, Raksa sama sekali tidak peduli dengan tatapan tidak suka dari para karyawan-nya. Ia semakin mensejajarkan langkahnya, lalu menarik tangan Ananta dan segera membawa gadis itu keluar dari lobi hotel.
Ananta tersenyum dalam hati. Wah, sepertinya soal percintaan kehidupannya dengan Anna sangat bertolak belakang.
Melihat Raksa keluar dari lobi hotel, seorang petugas keamanan bergegas menyiapkan mobil atasannya itu. Ananta yang terus ditarik hingga masuk ke dalam mobil, hanya bisa tersenyum di dalam hati. Ah, apakah seperti ini rasanya dicintai oleh seseorang?
Mobil keluar dai area hotel dan mulai membelah jalanan yang masih terlihat begitu padat oleh kendaraan. Hening mengambil alih, hanya deru mesin mobil terdengar di sana.
Beberapa saat melaju di jalanan, mobil mewah milik Raksa berhenti di depan sebuah rumah tua namun terlihat begitu terawat. Di sana sedang duduk seorang laki-laki setengah baya. Selembar koran di tangannya juga secangkir teh di atas meja tepat di samping laki-laki itu.
Benar-benar seperti yang diceritakan Anna. Ayah gadis itu akan duduk menunggu di teras rumah, dan selama ia belum kembali maka laki-laki itu akan terus berada di sana. Untuk itu ia tidak boleh pulang melewati waktu yang biasanya jika tidak ingin ayahnya menunggu hingga terlelap di depan rumah.
Ananta kembali dibuat terenyuh oleh kehidupan gadis itu. Begitu banyak cinta yang mengelilingi kehidupan Anna, membuatnya iri.
“Aku pulang, Yah.” Ananta menyalami punggung tangan ayahnya takzim.
Sama seperti yang diingatkan Anna, jika dirinya tidak perlu bernada basi terlalu banyak dengan Raksa. Ananta pun memilih berlalu dari teras rumah, membiarkan dua laki-laki yang sama besar cinta nya untuk Anna itu, berdua di sana.
“Ibu, aku pulang.” Ananta melangkah menuju ruang TV untuk menyalami punggung tangan ibunya. Ia melakukan hal, seperti yang diperintahkan Anna padanya.
Apakah seperti ini rasanya menjalani kehidupan yang sebenarnya? Gadis itu sungguh beruntung. Ucap Ananta di dalam hati.
“Nak, jangan lupa makan malamnya.” Ucap wanita paruh baya yang baru saja dilewati Ananta.
“Iya, Buk. Anna mau mandi dulu.” Jawab Ananta.
Meskipun merasa heran dengan jawaban putrinya, wanita paruh baya itu tetap mengangguk.
Setelah Ananta memasuki kamar tidurnya, Raksa masih memilih mampir. Laki-laki muda yang kini sudah menjabat sebagai pimpinan sala satu hotel milik keluarga itu, duduk di kursi tepat di samping ayah wanita yang sudah ia cintai sekian tahun lamanya.
“Ayo kita masuk ke dalam Nak Raksa. Kita makan malam bersama.” Ajak ayah dari Anna.
Sama seperti biasanya, meskipun laki-laki pauh baya itu mengetahui jika keluarga Raksa tidak menyukai putrinya, ia tetap menyambut hangat kedatangan Raksa di rumahnya. Tak pernah sekalipun Raksa melewatkan makan malam bersama di rumah Anna.
Di dapur sederhana, wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usia yang tidak lagi muda, tengah menyiapkan makan malam. Wanita paruh baya itu tersenyum saat melihat suaminya serta laki-laki muda dengan setelan jas masuk ke dalam dapur sederhana miliknya itu.
Di rumah yang sama, setelah selesai membersihkan tubuhnya, Ananta keluar dari dalam kamar dan melangkah menuju dapur. Dan seperti yang dijelaskan Anna padanya, Raksa sudah seperti keluarga. Laki-laki itu juga akan ikut makan malam di rumah sederhana, padahal laki-laki itu memiliki rumah mewah dengan pelayan yang siap melayani keperluannya.
Apakah benar Anna tidak merasakan cinta Raksa yang begitu besar? Mustahil namanya. Ia saja yang hanya orang luar, bisa melihat betapa besar cinta laki-laki di hadapannya ini untuk Anna.
“Terima kasih makanan enaknya, Ibuk.” Ucap Ananta sebelum memulai makan malamnya. Ini adalah makan malam paling menenangkan sepanjang hidupnya.
Wanita paruh baya yang hendak duduk di samping suaminya, membatalkan niatnya tersebut. Ia melangkah mendekati putrinya, lalu meletakkan punggung tangannya di kepala gadis nya itu.
“Kamu enggak sakit kan, Nak?” Tanya wanita paruh baya itu. “Sejak kapan kamu menjadi sesopan ini?” Sambungnya lagi, membuat Ananta terkejut.
“Hehehe, aku sedang belajar akting menjadi putri konglomerat seperti yang di tv itu loh, Buk.” Jawab Ananta salah tingkah.
“Ada-ada aja kamu ini. Bikin ibuk khawatir aja.” Ujar wanita itu, sambil melangkah dan duduk tepat di samping suaminya.
“Iya sepertinya Anna sedang tidak sehat, Buk. Tidak biasanya ia membiarkan aku duduk dan makan di sini dengan tenang.” Sambung Raksa.
“Aku lelah terus-terusan mengusirmu. Kamu terlalu tidak tahu malu di rumah orang.” Ucap Ananta.
Mendengar kalimat jahat dari Ananta, Raksa tersenyum.
“Kamu sudah sehat.” Ucap laki-laki itu lagi, lalu kembali melanjutkan makan malamnya tanpa merasa tidak nyaman dengan kalimat jahat yang baru saja meluncur dari bibir gadis yang sangat ia cintai itu.