Sephiroth Tree, Pohon kekuatan yang ditanam oleh entitas tertinggi. Sumber dari segala macam kekuatan.
Julian Marvelus, Tokoh utama yang di beri kutukan sekaligus berkah. Kutukan ditubuhnya membunuh pemilik tubuh asli dari Julian Marvelus sebelumnya hingga, tubuhnya yang kosong dirasuki oleh jiwa yang baru.
Julian Marvelus terlahir kembali, memegang Support Route dari pohon kekuatan Sephiroth Tree.
Sumber kutukan didalam tubuhnya hidup monster mengerikan yang disebut sebagai Voidbringer, bibit kekuatan milik Hollow King. Mengandung kekuatan yang besar atas bayaran yang besar.
Dengan kekuatan yang diberikan dia bertekad untuk membalaskan dendam orang-orang yang sudah membuangnya serta melaksanakan misi yang diberikan oleh Voidbringer atas bayaran kekuatan yang sudah diberikan kepadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fresh Wild, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5 (Tidak Disangka)
Mata Julian terbuka, tatapannya tajam kedepan. Sensitivitas ke lima inderanya dan sensitivitas Mana miliknya meningkat berkali-kali lipat. Julian juga merasakan Mana Core didalamnya terasa sudah terisi lebih banyak berkali-kali lipat dari sebelumnya.
Ia meratapi tubuhnya sebentar setelah merasakan perubahan ditubuhnya. Penglihatannya sangat tajam bahkan mampu melihat tupai yang sembunyi dibalik ranting pohon yang jauh. Pendengaran nya mampu mendengar ikan berenang karena sekarang telinganya lebih sensitif dari sebelumnya.
"Sekarang kau merasakannya bukan perbedaan yang terjadi ditubuhmu" Voidbringer mengetahui kalau terjadi perubahan yang signifikan pada tubuh Julian.
"Iya.." Julian menganggukkan kepalanya mengiyakan perkataan Voidbringer.
Julian bangun dari tempat duduknya, ia hendak pergi setelah dirinya sudah tidak ada urusan lagi disitu.
Ia pergi menuju pepohonan menuju jalan setapak. Ketika itu kebetulan seseorang yang Julian kenal berpapasan. Seorang pria bertato dengan wajah yang lesu. Ia memegang kapak jalannya agak membungkuk akibat kekurangan energi.
"Geo?" Julian sedikit terkejut perubahan mendadak tubuh Geo.
"Mau pergi kemana kau?" Tanya Julian melihat Geo hendak pergi sembari membawa kapak miliknya.
"Mencari putriku.." Ucap Geo berjalan terus melewati Julian bergerak tanpa arah.
"Hei, apa kau tahu kemana perginya putrimu?" Julian membalikan badannya setelah Geo melewati dirinya. Ia bertanya kepada Geo khawatir dengan tindakan gegabah darinya.
"Tidak, selama kakiku masih bisa berjalan aku akan terus mencarinya" Dia berjalan seperti orang gila, berusaha menumbuhkan harapan untuk putrinya.
Julian yang melihat ini merasakan kalau kepalanya sudah tidak lagi dingin. Ia sudah tidak bisa berpikir rasional lagi, mencari tanpa petunjuk hanya akan membuang terlalu banyak kesempatan yang bisa dipikirkan.
Ia pada awalnya tidak ingin membantunya karena mau bagaimanapun ikatan mereka tidak terlalu kuat, pikir Julian pada awalnya.
Hanya satu ikatan yang menurut Julian masih terhubung antara dirinya dan Geo, yaitu ikatan kemanusiaan. Julian berlari kearah Geo dan meraih tangannya.
"Tunggu sebentar.." Julian mengentikan langkah Geo.
"Lepaskan!!" Geo dengan nada yang keras menyingkirkan tangan Julian.
"Tenangkan kepalamu, pikirkan lagi, kalau kau berjalan tanpa arah kau hanya membuang kesempatan hidup putrimu!!" Julian berusaha menyadarkan Geo.
"..T-tapi putriku.." Airmata keluar dari sudut mata Geo, tangisan yang tak terbendung keluar lagi untuk kesekian kalinya.
"Dia sendirian ketakutan, aku tidak tahu apa yang dilakukan makhluk hijau itu kepada putri ku" Geo menangis tidak berdaya, tangannya yang memegang kapak gemetar.
"Dulu. Istriku, sekarang mereka merebut putriku!!" Geo teriak tidak berdaya.
"...Sebenarnya ayah apa aku ini!"
"..." Julian terdiam.
"Kapan istrimu ditangkap oleh para goblin?" Tanya Julian mencoba mencari informasi.
"2 Minggu yang lalu.."
"Saat itu, aku, istriku, anakku dan kepala desa sedang berkumpul menyiapkan hari ulang tahun anakku bersama warga yang lain" Ucap Geo.
"Aku ingat sekali, saat itu istriku sedang menyiapkan sup dengan sayuran buncis dan wortel serta kuah putih yang disajikan secara hangat.." Geo mengingat lagi masakan favorit istrinya.
"Ahh, sup yang dimasak oleh kepala desa juga sama" Ucap Julian teringat kembali sup yang dimasak oleh kepala desa.
"..Aku tidak tahu kepala desa bisa memasak?" Geo seketika menyadari sesuatu yang aneh.
"Mungkin dia sudah belajar masak" Julian segera menepis dugaan tidak berdasar dari Geo.
"..Setelah itu, para Goblin datang entah darimana menyerang dan menculik beberapa warga desa termasuk istriku, mereka hanya mengambil wanita dan anak kecil.." Geo lanjut menjelaskan.
"Anehnya mereka seperti mengetahui kalau saat itu semua warga sedang berkumpul ditengah desa.."
".. Seakan-akan ada yang memberitahu para goblin itu" Geo mengeluarkan dugaan yang dari awal ia curigai.
"!" Julian terkejut mendengar ini.
"Para goblin itu sudah memberikan perangkap pada setiap jalan keluar yang ada didesa" Geo melanjutkan lagi penjelasannya.
"!!!" Julian sekali lagi terkejut seakan-akan ada serigala berbulu domba yang sedang bersembunyi diantara para warga.
"Siapa orang yang mengumpulkan para warga ditempat itu?" Tanya Julian penasaran.
"Yang mengumpulkan dan menyarankan lokasi acara itu adalah aku dan kepala desa" Ucap Geo memberitahukan kepada Julian sesuai dengan apa yang ia tanyakan.
"Tunggu, ada sesuatu yang aneh disini..." Julian seketika menyadari ada yang aneh.
"Kepala desa.."
"???" Geo juga baru menyadari sesuatu hal setelah Julian menyebutkan kepala desa.
'Sebelumnya aku teringat lagi, ketika putri Geo diculik, hanya baju dia yang terlihat sangat bersih seakan-akan dia tidak terlibat apapun..' Pikir Julian sebelumnya.
'..Bukannya kata dia, kalau dia sudah melindungi putri Geo sebisa mungkin?..'
'..Kedua hal itu saling berkontradiksi satu sama lain..' Julian mengelus-elus dagunya mencoba merakit puzzle yang terpecah-pecah.
"Geo, apa kau pagi ini bertemu dengan kepala desa?" Tanya Julian penasaran ingin bertemu dengannya untuk memastikan semua kejanggalan dikepalanya.
"Mmm, Aku tidak melihatnya, bibi Eni bilang kalau kepala desa tidak pulang setelah kejadian itu.." Geo memberitahukan kepada Julian..
"!!!" Geo terkejut ketika menyadari hal ini.
"Tunggu jangan bilang kalau kepala desa pelakunya!!" Geo teriak tersadar akan hal itu.
Julian yang pada awalnya ragu-ragu langsung tersenyum setelah berhasil menyatukan puzzle-puzzle itu.
"Kita harus mencarinya!!!" Geo teriak dengan tekad yang bangkit lagi.
"Apa kau tahu tempat yang selalu dia kunjungi?" Tanya Julian.
"Aku tahu..." Geo segera menganggukkan kepalanya.
"Kita pergi kesana"
Segera mereka berdua berlari pergi menuju lokasi kepala desa berada.
...
5 menit berlalu..
Disebuah gubuk tidak jauh dari desa Riveredge. Terlihat tanah yang penuh dengan jejak kaki Goblin. Jejak kaki itu terlihat bergerak masuk kedalam gubuk besar itu.
Geo yang melihat ini mengepalkan tangannya, matanya memerah ketika amarahnya hendak membludak setelah mengetahui kalau pelaku utama semua ini adalah kepala desa.
Tanpa basa-basi Geo mendobrak pintu gubuk itu dengan sangat keras dan terlihat tidak ada siapa-siapa kecuali pintu menuju bawah tanah. Pintu itu terbuat dari kayu yang disatukan dengan besi berwarna hitam.
Julian meraih pintu itu dan untungnya tidak terkunci sama sekali. Pintu itu sangat berat hingga membutuhkan tenaga dua orang untuk membuka pintu yang menuju bawah tanah itu.
Setelah pintu terbuka tercium bau yang sangat tidak sedap, Bau amis darah tercium ketika hembusan angin keluar dari dalam.
Geo yang menyadari hal ini segera berlari masuk kedalam ruangan bawah tanah itu melewati tangga panjang.
"Cih dasar tidak sabaran" Gumam Julian dibelakang Geo.
Jalan dengan 25 tangga pertama sebelum akhirnya lorong bawah tanah terlihat. Disisi loro g banyak obor yang masih menyala. Lingkungan yang minim udara membuat nafas terasa susah. Lorong yang masih dari tanah terlihat rapuh seakan-akan bisa roboh kapan saja.
Geo berlari duluan diikuti oleh Julian dibelakangnya. Setelah beberapa saat mereka berlari ujung lorong terlihat yang menghubungkan dengan ruangan melingkar besar.
Pria tua sedang berdiri ditengah altar sembari membawa tongkat. Disekitarnya banyak warga desa yang diikat oleh tali tergeletak tidak sadar, termasuk putri Geo.
Namun yang lebih mencengangkan lagi..
"!!!" Julian dan Geo terkejut setengah mati.
Hanya ada satu kata, yaitu biadab.
Terlihat kail besi digantungkan mengelilingi ruangan. Tubuh wanita terlihat digantung pada kail besi menggunakan leher mereka. Darah mengalir menetes ketanah menciptakan tanah yang berwarna merah.
Geo terdiam sebentar ketika matanya melihat tubuh istrinya digantung, tubuh istrinya kurus kering dalam kondisi telanjang.
"Bajingaannnnn!!!!!" Geo teriak tidak bisa menahan emosinya. Geo berlari memegang kapaknya kearah kepala desa yang sejak tadi berdiam diri ditengah altar.