NovelToon NovelToon
Rahasia Hati

Rahasia Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:584
Nilai: 5
Nama Author: Yunsa

Sebuah Cinta mampu merubah segalanya.Begitulah kiranya yang akan dirasakan Mars dalam memperjuangkan cinta sejatinya.
gaya hidup Hura Hura dan foya foya berlahan mulai ia tinggalkan, begitu juga dengan persahabatan yang ia jalin sejak lama harus mulai ia korbankan.
lalu bisakah Mars memperjuangkan cinta yang berbeda kasta, sedangkan orang tuanya tidak merestuinya.
Halangan dan hambatan menjadi sebuah tongkat membuatnya berdiri tegak dalam memperjuangkan sebuah cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 2

"Siang Rebbeca..." sapa Amara diambang pintu kamar Rebbeca.

Karena ia sudah terbiasa masuk di apartemen Rebbeca, sehingga ia langsung saja menuju kamar Rebbeca, ketika ia tidak menemukan Rebbeca di ruangan luar.

Terlebih ini di waktu siang hari, kedua orang tua Rebbeca tidak ada dirumah, sehingga Amara tidak merasa takut atau sungkan, ia sudah menganggap Rebbeca saudaranya sendiri.

Ia melihat Rebbeca sedang melakukan menicure pedicure di rumah. Bahkan staf salon di datang khusus untuk Rebbeca siang ini.

"Hai Amara... Kemarilah." jawab Rebbeca riang bertemu dengan Amara.

Rebbeca pun memperlihatkan dirinya sedang mendaftar online beasiswa, di Universitas negeri ternama di Jakarta. Rebbeca mengarahkan layar laptopnya sedikit pada Amara ketika Amara berdiri di dekatnya, agar Amara bisa melihat apa yang sedang ia lakukan saat ini.

Rebbeca juga menawarkan agar Amara ikut bersama dirinya untuk mendaftar. sebenarnya Amara juga ingin Kuliah, tapi mengingat orang tuanya yang bekerja membanting tulang untuk mereka, ia menjadi tidak tega.

Rebbeca merayu Amara, jika ini adalah kesempatan emas, yang tidak bisa di sia siakan. Bisa jadi ini adalah awal yang baik untuk hidup Amara menjadi lebih baik ke depannya.

Amara yang sudah terbujuk Rebbeca, terlebih suara Amar tadi masih terngiang di telinganya, membuatnya sepakat akan mengikuti test tersebut bersama Rebbeca, jika berhasil ia akan bersyukur, namun jika gagal Amara juga tidak akan bersedih.

Walau sebenarnya Amara juga tidak tahu harus bagaimana menyampaikan pada ayahnya nanti. Jika pada ibunya mungkin Amara masih sedikit berani.

Dengan modal nekat Amara mengisi formulir di laptop Rebbeca, entah ini berlanjut atau tidak, yang jelas Amara ingin mencoba.

Begitu selesai mengisi, amara menyerahkan kembali laptop itu pada Rebbeca, karena di rumah ia tidak laptop.

Amara melihat Rebbeca sedang di cat kukunya oleh salah satu staf salon itu, ia melihat kukunya sendiri, walaupun halus namun tidak semulus milik Rebbeca saat ini, sebenarnya Rebbeca menawarkan Amara agar ikut menicure tapi Amara menolak segera.

Saat ini, pemandangan ini mengingatkan dirinya akan perkataan Amar yang memanglah benar adanya. Tak ingin kembali menangis, Amara pamit pada Rebbeca untuk ikut membantu Ibunya di dapur.

Sampai di dapur Amara mencoba berbicara pada Ibunya, Ibunya tertegun mendengar penuturan putrinya.

"Jika ibu tidak setuju aku tidak ikut Rebbeca besok. Lagi pula itu juga cuma test." kata Amara yang melihat ibunya seperti terbebani.

Ibunya ternyata memberi ijin, dan bahkan ia yang akan menyampaikan pada Ayahnya nanti malam.

Selesai makan malam Amara melihat televisi, berbeda dengan Amar yang justru keluar rumah malam ini. Mungkin karena Amar seorang pria, sehingga ia di perbolehkan keluar di waktu malam, namun tetap saja harus menuruti aturan, tidak boleh lebih dari jam sepuluh malam, tidak ada bau alkohol.

Amara sebenarnya merasa cemas, takut jika ayahnya tidak mengijinkan. Namun apapun keputusan nanti ia akan terima.

Ketika ayahnya ikut duduk di ruang tamu dan ikut melihat televisi, Ibu Amara ikut duduk bersama dengan membawa kopi untuk suaminya.

Ia pun menjelaskan perihal putrinya dengan sangat hati hati dan lembut, sedangkan ayah Amara hanya diam saja tidak menjawab penjelasan istrinya.

Ayah amara hanya melihat putrinya dalam diam, tanpa ada pertanyaan atau penolakan. Sedangkan Amara yang merasa keinginannya ditolak, memilih masuk ke kamar dan melamun.

Amara membayangkan sejak kecil ia selalu merasa kurang percaya diri dengan teman temannya. Terlebih ucapan Amar selalu tajam terhadapnya, membuatnya memilih tidak memiliki teman.

Di besarkan di lingkungan orang kaya, namun sebagai orang bawah, selalu membuat Amara insecure. Beruntung menjelang remaja ia bisa bertemu dengan Rebbeca sampai sekarang, Rebbeca yang tidak pernah mengolok dirinya, atau menjaga jarak seperti anak muda kaya lainnya. Walaupun orang tua Rebbeca sebenarnya tidak begitu menyukai keluarga Amara, dan seperti menjaga jarak dengan Amara.

Pukul sembilan Amar kembali masuk ke rumah, dengan bangga ia menceritakan jika dirinya besok akan mulai bekerja. Ia akan mulai bekerja di sebuah bengkel besar dengan gaji ung lumayan tinggi. Kemampuannya di bidang otomotif membuatnya sangat mudah mengalahkan pelamar yang lain, sehingga ia bisa di terima walaupun belum berpengalaman bekerja sebelumnya.

Hal itu justru membuat nyali Amara untuk ikut mendaftar ke perguruan tinggi semakin menciut. Angan angannya untuk bisa meraih masa depan, kini hanya akan sebatas lamunan saja.

Bagaimana tidak, orang tuanya begitu ikut berbangga akan keberhasilan putranya, dan semua itu di dengar oleh Amara dari dalam kamar, membuat Amara sedikit iri. Jika di bidang akademik, tentu Amar akan kalah jauh di belakangnya. Tapi jika kemampuan tentu saja berbeda, Amara gadis sedangkan Amar adalah lelaki.

Pagi ini Amara di bangunkan oleh Ibunya, seperti pagi pagi sebelumnya, Amara akan membantu mempersiapkan sarapan pagi untuk mereka, sebelum mereka sibuk dengan aktifitas masing masing.

Namun ternyata pagi ini berbeda, Amara di suruh Ibunya untuk segera mandi, dan mempersiapkan segala keperluan untuk mengikuti test beasiswa karena namanya lolos di dalam daftar pendaftaran.

Sebenarnya Amara masih sedikit ragu, Ayahnya belum memberi jawaban persetujuan, untuk dirinya bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, hanya Ibunya mengisyaratkan mata agar menurut, Ibunya enggan berdebat suara yang bisa menimbulkan suaminya marah di pagi ini.

Begitu menyiapkan semua, Amara pun bergegas mandi. Setelah semua di persiapakan, Amara menuju ke meja makan, karena sarapan pagi sudah selesai di hidangkan oleh Ibunya.

Di meja sudah nampak Ayahnya yang melihat dirinya sekilas, namun masih tetap diam. Amara menatap ibunya, dan Ibunya mengisyaratkan agar ikut duduk sarapan, dan di lakukan oleh Amara.

Amar keluar dengan memakai pakaian hitam putih, karena pertama bekerja ia belum mendapat seragam.

"Kamu mau kemana Amara?" tanya Amar yang belum mengetahui, jika Amara akan melanjutkan perguruan tinggi. Jika ia mengetahui, tentu emosi akan mulai naik karena bagi Amar lebih baik segera bekerja dan mendapat uang, dari pada harus mengenyam pendidikan lagi, yang tidak tahu nanti hasilnya akan seperti apa.

Amara memilih duduk tanpa menjawab pertanyaan Amar, karena nantinya hanya akan menimbulkan perdebatan, yang memicu emosi ayahnya.

"Melamar kerja itu memakai kemeja, bukan kaos seenaknya seperti itu." kata Amar yang mengira jika Amara akan melamar bekerja.

"Lihatlah aku, aku sudah mulai bekerja hari ini. Dan sebentar lagi aku tidak akan merepotkan ayah dan ibu lagi." kata Amar berbangga diri di depan Amara dan juga kedua orang tuannya.

Ayah Amara pun berdehem, membuat semua yang di meja diam semua. Mereka memulai sarapan dengan diam, sedangkan Amar segera menghabiskan sarapan dan bergegas berangkat, karena ia tidak ingin terlambat.

Amara hanya melihat dengan wajah sedih kepergian saudara kembarnya.

Bersambung.....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!