Masa Lalu Pilihan Mertua

Masa Lalu Pilihan Mertua

Bab 1 Masa Lalu Pilihan Mertua

Pagi itu, Diva terbangun lebih awal dari biasanya. Setelah menunaikan salat Subuh, ia segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan bagi suami dan ibu mertuanya. Ia tahu betul bahwa mertuanya tidak suka melihatnya bangun kesiangan.

Sambil menanak nasi, Diva membersihkan piring kotor yang tersisa dari semalam. Padahal, sebelum tidur ia sudah mencuci semuanya, tetapi ia tahu kebiasaan ibu mertuanya yang sering terbangun tengah malam untuk makan, lalu meninggalkan piringnya begitu saja.

Setelah dapur beres, ia melanjutkan pekerjaan rumah lainnya menyapu, mengepel, lalu mencuci pakaian. Saat nasi mulai matang, ia pun menyiapkan sarapan di meja makan. Belum sempat beristirahat, suara langkah kaki dari dalam kamar mengisyaratkan bahwa suaminya sudah bangun.

"Eh, Bang, sudah bangun?" sapa Diva lembut.

"Hmm... iya," jawab Arman datar.

Tanpa banyak bicara, Arman langsung menuju kamar mandi. Diva kembali ke pekerjaannya, memasukkan cucian ke dalam mesin pengering. Namun, sebelum sempat menyelesaikan semuanya, suara lantang terdengar dari ruang tengah.

"Diva! Diva! Diva!"

Nada suara itu terdengar kesal. Diva buru-buru menghampiri ibu mertuanya.

"Aduh, Div! Dipanggil bukannya nyahut!" sentak ibu mertuanya dengan nada ketus.

"Maaf, Bu, tadi Diva lagi mencuci baju," jawabnya pelan.

"Halah, alasan saja! Udah masak belum? Rumah udah diberesin?" tanya sang ibu dengan ekspresi datar.

"Sudah semua, Bu," jawab Diva singkat.

"Bagus. Cepat selesaikan semuanya."

Diva mengangguk dan kembali melanjutkan pekerjaannya. Sementara itu, Arman yang sudah selesai mandi mulai bersiap untuk bekerja. Sebelum ia keluar kamar, Diva telah lebih dulu menyiapkan pakaian kerjanya.

Usai menjemur pakaian, Diva melihat suami dan ibu mertuanya tengah duduk menikmati sarapan. Ia pun kembali ke kamar untuk membersihkan diri. Setelah rapi, ia menghampiri suaminya dan mencium tangannya.

"Bang, hati-hati ya. Semangat kerjanya," ucapnya dengan ramah.

"Iya. Kalau sudah selesai, kamu istirahat saja," jawab Arman singkat sebelum berlalu dan melajukan mobilnya.

Tak lama kemudian, suara ibu mertuanya kembali terdengar.

"Diva, kamu sudah beres semua?"

"Iya, Bu, sudah," jawab Diva.

"Bagus. Ibu mau pergi. Kamu jaga rumah, ya."

"Iya, Bu."

Diva menatap punggung ibu mertuanya yang perlahan menghilang di balik pintu. Dalam hati, ia tahu bahwa mertuanya sebenarnya bukan orang jahat. Hanya saja, mulutnya sering kali lebih cepat daripada hatinya.

Setelah ibu mertuanya pergi, Diva akhirnya duduk di meja makan untuk menikmati sarapannya. Usai makan, ia segera mencuci piring kotor bekas sarapan mereka, lalu beristirahat sejenak.

“Suntuk juga kalau tidak bekerja,” batinnya. Sebelum menikah, ia terbiasa bekerja. Meskipun saat ini ia tidak perlu bekerja di luar rumah, Diva tetap memiliki penghasilan sendiri. Ia memiliki sebuah minimarket di kota yang dikelola oleh kakak perempuannya. Setiap bulan, ia menerima bagian dari keuntungan minimarket tersebut. Namun, baik suami maupun mertuanya tidak mengetahui hal itu. Mereka hanya mengira Diva berasal dari keluarga biasa saja.

Tak hanya itu, sebenarnya Diva juga lulusan S2. Namun, sejak awal pernikahan, ia memilih menyembunyikan hal itu karena khawatir Arman akan minder dan menjauh darinya.

Sambil bersantai, Diva mencatat daftar belanja bulanan. Hari ini, Arman menerima gaji, dan seperti biasa, ia harus memastikan kebutuhan rumah tangga tercukupi.

Menjelang siang, ibu mertuanya pulang sambil membawa makanan, termasuk untuknya. Diva pun menemani sang ibu makan bersama. Namun, di tengah-tengah suapan, pertanyaan yang selalu ia dengar kembali terlontar.

"Div, kapan sih kamu kasih Ibu cucu? Udah tujuh tahun kamu nikah sama Arman, tapi belum juga ada tanda-tanda," ucap ibu mertuanya.

Diva menarik napas dalam. "Iya, Bu. Diva sama Bang Arman juga sedang berusaha," jawabnya dengan tenang.

Namun, jawaban itu tampaknya belum cukup. "Apa kamu yang mandul?" ujar ibu mertuanya tanpa ragu.

Seketika, amarah membuncah di dada Diva. Namun, ia berusaha menahannya. Dengan suara tegas, ia berkata, "Ibu, tolong jaga ucapan Ibu."

Tanpa menunggu respons, Diva berdiri dan berlalu pergi, meninggalkan ibunya yang masih duduk di meja makan.

Di belakangnya, samar-samar ia mendengar ibu mertuanya menggerutu, "Dasar menantu egois."

Lalu, Diva pun masuk ke kamar sambil menangis. Aku juga ingin punya anak, tapi kalau Allah belum kasih, mau bagaimana lagi? Kami juga sudah berusaha dan memeriksakan diri… batinnya lirih.

Jam empat sore, Arman baru saja pulang kerja. Ia mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Yang membukakan pintu adalah ibunya.

"Loh, kok Ibu yang buka? Mana Diva, Bu?" tanya Arman heran.

"Ada di kamar, lagi ngambek sama Ibu," jawab ibunya dengan nada datar, lalu duduk di sofa.

Arman menghela napas, lalu ikut duduk di samping ibunya.

"Ada apa lagi, Bu?" tanyanya lelah.

"Ya ampun, memang Ibu salah kalau nanyain cucu?" sahut ibunya.

"Tapi, kan, Ibu tahu kalau Diva pasti sedih kalau ditanya soal itu," jawab Arman.

Ibunya mendengus kesal. "Itulah kamu. Coba dulu kamu nikah sama Raya, pasti sekarang kamu sudah bahagia. Ibu juga sudah pasti punya cucu," katanya tanpa ragu.

Arman mengepalkan tangan, berusaha menahan kesabaran. "Bu, cukup ya. Aku sama Raya memang nggak jodoh. Ibu doakan saja aku sama Diva lekas punya anak," ucapnya tegas, lalu bangkit meninggalkan ibunya.

"Tidak! Anak dan menantuku semua egois!" omel ibunya sendiri.

---

POV Ibu Susan

Andai saja dulu Arman berjodoh dengan Raya, pasti aku sudah bahagia sekali. Tapi sayangnya, lamarannya dulu ditolak hanya karena dia belum menjadi PNS. Saat itu, Arman memang belum seperti sekarang…

Tapi bagaimanapun juga, aku tetap lebih menyukai Raya. Sudah cantik, sarjana pula. Tidak seperti Diva, hanya lulusan SMA. Apalagi, dia anak yatim, hanya punya seorang kakak perempuan di kota.

Lalu, Arman pun masuk ke kamar dan melihat istrinya sedang terlelap. Ia duduk di samping ranjang, menatap wajah lelah Diva.

"Maafin Ibu ya, Div. Ibu tidak bermaksud menyakiti hatimu," ucapnya lirih.

Setelah itu, Arman beranjak untuk membersihkan diri. Ia menaruh baju kotornya di keranjang, sementara sayup-sayup, Diva mulai terbangun. Matanya mengerjap, melihat sekeliling.

"Loh, sudah jam berapa ini? Aku belum masak buat Bang Arman," gumamnya pelan.

Ketika ia hendak keluar kamar, Arman kebetulan baru saja selesai mandi.

"Bang, udah pulang dari kapan? Kok nggak bangunin aku?" tanya Diva.

"Abang baru aja pulang. Kamu tadi tidur, jadi abang segan mau bangunin," jawab Arman.

"Yaudah, tunggu ya. Aku masak dulu buat kita makan malam," ujar Diva, lalu bergegas ke dapur. Namun, saat sampai di sana, ia tak melihat keberadaan ibu mertuanya.

---

POV Arman

Aku sudah tujuh tahun menikah dengan Diva, wanita yang pertama kali kutemui di kota saat aku mengikuti tes CPNS dulu. Saat itu, aku bertemu dengannya secara tak sengaja karena ia sedang mengantar temannya. Awalnya, aku tidak terlalu memperhatikannya, karena saat itu aku masih bersama Raya.

Dulu, ibuku sangat yakin bahwa aku akan menikahi Raya. Namun, sayangnya, lamaranku ditolak hanya karena aku belum menjadi PNS. Aku sempat merasa galau berkepanjangan. Bagaimana tidak? Aku dan Raya sudah menjalani hubungan hampir tiga tahun.

Namun, takdir membawaku kembali ke kota karena ada urusan lain. Di sana, aku tak sengaja bertemu Diva lagi, kali ini di sebuah minimarket tempatnya bekerja. Kami mulai berbincang, bertukar nomor telepon, dan semakin sering berkomunikasi. Dalam dua bulan, aku merasa cocok dengannya dan memutuskan untuk menikahinya.

Saat itu, ibuku tidak setuju. Diva bukan menantu pilihannya. Namun, aku tetap teguh pada keputusan ini dan akhirnya menikahi Diva. Setelah menikah, aku membawanya ke kabupaten tempatku tinggal.

Tiga bulan setelah pernikahan kami, aku menerima kabar baik aku lolos tes CPNS. Alhamdulillah, aku diterima di daerah asalku. Sejak saat itu, ekonomiku mulai meningkat, dan aku akhirnya bisa membeli mobil.

Namun, Diva tak menghiraukannya. Ia segera menuju dapur dan membuka kulkas. Hari ini masak ayam goreng sama lalapan saja, pikirnya.

Sekitar satu jam kemudian, semua makanan sudah siap. Diva menatanya di meja makan lalu menutupnya agar tetap hangat. Setelah itu, ia segera membersihkan diri dan mengambil wudu untuk salat. Sementara itu, Arman pergi ke masjid untuk menunaikan salat Magrib dan Isya.

Setelah salat, kami pun makan malam bersama. Aku sudah melupakan kejadian tadi siang dan memilih untuk menikmati momen ini.

Usai makan, Bang Arman dan ibu duduk di ruang tengah, sementara aku membersihkan meja dan mencuci piring. Setelah semuanya beres, aku ikut duduk bersama mereka.

"Nah, sekarang semuanya sudah kumpul. Saatnya aku bagikan gajiku ya," kata Arman sambil mengeluarkan uang. "Ini buat kamu, Div, dan ini untuk Ibu."

"Alhamdulillah," ucap Ibu dengan senyum puas.

"Makasih ya, Bang," aku pun ikut berterima kasih.

"Bu, Arman juga sudah kirim untuk Arini," tambahnya.

"Iya, sudah. Baiklah, Ibu masuk dulu ya," ucap ibu sambil berdiri.

"Iya, Bu," jawab Arman.

Saat ibu masuk ke kamarnya, aku menoleh ke arah suamiku. "Bang, besok aku belanja ya?" tanyaku.

"Iya, kamu atur saja. Kalau kurang, nanti bilang ke abang," jawabnya santai.

Aku terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata pelan, "Bang, maaf ya, kalau sampai saat ini aku belum bisa kasih kamu anak."

Arman menatapku, lalu tanpa ragu, ia menarikku ke dalam pelukannya. "Kalau Allah belum kasih, ya kita sabar dulu ya," ucapnya lembut.

Aku menatap suamiku penuh rasa syukur. Terima kasih ya Allah, sudah menghadirkan suami seperti Bang Arman.

Episodes
1 Bab 1 Masa Lalu Pilihan Mertua
2 Bab 2 Masa Lalu Pilihan Mertua
3 Bab 3 Masa Lalu Pilihan Mertua
4 Bab 4 Masa Lalu Pilihan Mertua
5 Bab 5 Masa Lalu Pilihan Mertua
6 Bab 6 Masa Lalu Pilihan Mertua
7 Bab 7 Masa Lalu Pilihan Mertua
8 Bab 8 Masa Lalu Pilihan Mertua
9 Bab 9 Masa Lalu Pilihan Mertua
10 Bab 10 Masa Lalu Pilihan Mertua
11 Bab 11 Masa Lalu Pilihan Mertua
12 Bab 12 Masa Lalu Piliham Mertua
13 Bab 13 Masa Lalu Pilihan Mertua
14 Bab 14 Masa Lalu Pilihan Mertua
15 Bab 15 Masa Lalu Pilihan Mertua
16 Bab 16 Masa Lalu Pilihan Mertua
17 Bab 17 Masa Lalu Pilihan Mertua
18 Bab 18 Masa Lalu Pilihan Mertua
19 Bab 19 Masa Lalu Pilihan Mertua
20 Bab 20 Masa Lalu Pilihan Mertua
21 Bab 21 Masa Lalu Pilihan Mertua
22 Bab 22 Masa Lalu Pilihan Mertua
23 Bab 23 Masa Lalu Pilihan Mertua
24 Bab 24 Masa Lalu Pilihan Mertua
25 Bab 25 Masa Lalu Pilihan Mertua
26 Bab 26 Masa Lalu Pilihan Mertua
27 Bab 27 Masa Lalu Pilihan Mertua
28 Bab 28 Masa Lalu Pilihan Mertua
29 Bab 29 Masa Lalu Pilihan Mertua
30 Bab 30 Masa Lalu Pilihan Mertua
31 Bab 31 Masa Lalu Pilihan Mertua
32 Bab 32 Masa Lalu Pilihan Mertua
33 Bab 33 Masa Lalu Pilihan Mertua
34 Bab 34 Masa Lalu Pilihan Mertua
35 Bab 35 Masa Lalu Pilihan Mertua
36 Bab 36 Masa Lalu Pilihan Mertua
37 Bab 37 Masa Lalu Pilihan Mertua
38 Bab 38 Masa Lalu Pilihan Mertua
39 Bab 39 Masa Lalu Pilihan Mertua
40 Bab 40 Masa Lalu Pilihan Mertua
41 Bab 41 Masa Lalu Pilihan Mertua
42 Bab 42 Masa Lalu Pilihan Mertua
43 Bab 43 Masa lalu Pilihan Mertua
44 Bab 44 Masa Lalu Pilihan Mertua
45 Bab 45 Masa Lalu Pilihan Mertua
46 Bab 46 Masa Lalu Pilihan Mertua
47 Bab 47 Masa Lalu Pilihan Mertua
48 Bab 48 Masa Lalu Pilihan Mertua
49 Bab 49 Masa Lalu Pilihan Mertua
50 Bab 50 Masa Lalu Pilihan Mertua
51 Bab 51 Masa Lalu Pilihan Mertua
52 Bab 52 Masa Lalu Pilihan Mertua
53 Bab 53 Masa Lalu Pilihan Mertua
54 Bab 54 Masa Lalu Pilihan Mertua
55 Bab 55 Masa Lalu Pilihan Mertua
56 Bab 56 Masa Lalu Pilihan Mertua
57 Bab 57 Masa Lalu Pilihan Mertua
58 Bab 58 Masa Lalu Pilihan Mertua
59 Bab 59 Masa Lalu Pilihan Mertua
60 Bab 60 Masa Lalu Pilihan Mertua
61 Bab 61 Masa Lalu Pilihan Mertua
62 Bab 62 Masa Lalu Pilihan Mertua
63 Bab 63 Masa Lalu Pilihan Mertua
64 Bab 64 Masa Lalu Pilihan Mertua.
65 Bab 65 Masa Lalu Pilihan Mertua
66 Bab 66 Masa Lalu Pilihan Mertua
67 Bab 67 Masa Lalu Pilihan Mertua
68 Bab 68 Masa Lalu Pilihan Mertua
69 Bab 69 Masa Lalu Pilihan Mertua
70 Bab 70 Masa Lalu Pilihan Mertua
71 Bab 71 Masa Lalu Pilihan Mertua
72 Bab 72 Masa Lalu Pilihan Mertua
73 Bab 73 Masa Lalu Pilihan Mertua
74 Bab 74 Masa Lalu Pilihan Mertua
75 Bab 75 Masa Lalu Pilihan Mertua
76 Bab 76 Masa Lalu Pilihan Mertua
77 Bab 77 Masa Lalu Pilihan Mertua
78 Bab 78 Masa Lalu Pilihan Mertua
79 Bab 79 Masa Lalu Pilihan Mertua
80 Bab 80 Masa Lalu Pilihan Mertua
81 Bab 81 Masa Lalu Pilihan Mertua
82 Bab 82 Masa Lalu Pilihan Mertua
83 Bab 83 Masa Lalu Pilihan Mertua
84 Bab 84 Masa Lalu Pilihan Mertua
85 Bab 85 Masa Lalu Pilihan Mertua
86 Bab 86 Masa Lalu Pilihan Mertua
87 Bab 87 Masa Lalu Pilihan Mertua
88 Bab 88 Masa Lalu Pilihan Mertua
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1 Masa Lalu Pilihan Mertua
2
Bab 2 Masa Lalu Pilihan Mertua
3
Bab 3 Masa Lalu Pilihan Mertua
4
Bab 4 Masa Lalu Pilihan Mertua
5
Bab 5 Masa Lalu Pilihan Mertua
6
Bab 6 Masa Lalu Pilihan Mertua
7
Bab 7 Masa Lalu Pilihan Mertua
8
Bab 8 Masa Lalu Pilihan Mertua
9
Bab 9 Masa Lalu Pilihan Mertua
10
Bab 10 Masa Lalu Pilihan Mertua
11
Bab 11 Masa Lalu Pilihan Mertua
12
Bab 12 Masa Lalu Piliham Mertua
13
Bab 13 Masa Lalu Pilihan Mertua
14
Bab 14 Masa Lalu Pilihan Mertua
15
Bab 15 Masa Lalu Pilihan Mertua
16
Bab 16 Masa Lalu Pilihan Mertua
17
Bab 17 Masa Lalu Pilihan Mertua
18
Bab 18 Masa Lalu Pilihan Mertua
19
Bab 19 Masa Lalu Pilihan Mertua
20
Bab 20 Masa Lalu Pilihan Mertua
21
Bab 21 Masa Lalu Pilihan Mertua
22
Bab 22 Masa Lalu Pilihan Mertua
23
Bab 23 Masa Lalu Pilihan Mertua
24
Bab 24 Masa Lalu Pilihan Mertua
25
Bab 25 Masa Lalu Pilihan Mertua
26
Bab 26 Masa Lalu Pilihan Mertua
27
Bab 27 Masa Lalu Pilihan Mertua
28
Bab 28 Masa Lalu Pilihan Mertua
29
Bab 29 Masa Lalu Pilihan Mertua
30
Bab 30 Masa Lalu Pilihan Mertua
31
Bab 31 Masa Lalu Pilihan Mertua
32
Bab 32 Masa Lalu Pilihan Mertua
33
Bab 33 Masa Lalu Pilihan Mertua
34
Bab 34 Masa Lalu Pilihan Mertua
35
Bab 35 Masa Lalu Pilihan Mertua
36
Bab 36 Masa Lalu Pilihan Mertua
37
Bab 37 Masa Lalu Pilihan Mertua
38
Bab 38 Masa Lalu Pilihan Mertua
39
Bab 39 Masa Lalu Pilihan Mertua
40
Bab 40 Masa Lalu Pilihan Mertua
41
Bab 41 Masa Lalu Pilihan Mertua
42
Bab 42 Masa Lalu Pilihan Mertua
43
Bab 43 Masa lalu Pilihan Mertua
44
Bab 44 Masa Lalu Pilihan Mertua
45
Bab 45 Masa Lalu Pilihan Mertua
46
Bab 46 Masa Lalu Pilihan Mertua
47
Bab 47 Masa Lalu Pilihan Mertua
48
Bab 48 Masa Lalu Pilihan Mertua
49
Bab 49 Masa Lalu Pilihan Mertua
50
Bab 50 Masa Lalu Pilihan Mertua
51
Bab 51 Masa Lalu Pilihan Mertua
52
Bab 52 Masa Lalu Pilihan Mertua
53
Bab 53 Masa Lalu Pilihan Mertua
54
Bab 54 Masa Lalu Pilihan Mertua
55
Bab 55 Masa Lalu Pilihan Mertua
56
Bab 56 Masa Lalu Pilihan Mertua
57
Bab 57 Masa Lalu Pilihan Mertua
58
Bab 58 Masa Lalu Pilihan Mertua
59
Bab 59 Masa Lalu Pilihan Mertua
60
Bab 60 Masa Lalu Pilihan Mertua
61
Bab 61 Masa Lalu Pilihan Mertua
62
Bab 62 Masa Lalu Pilihan Mertua
63
Bab 63 Masa Lalu Pilihan Mertua
64
Bab 64 Masa Lalu Pilihan Mertua.
65
Bab 65 Masa Lalu Pilihan Mertua
66
Bab 66 Masa Lalu Pilihan Mertua
67
Bab 67 Masa Lalu Pilihan Mertua
68
Bab 68 Masa Lalu Pilihan Mertua
69
Bab 69 Masa Lalu Pilihan Mertua
70
Bab 70 Masa Lalu Pilihan Mertua
71
Bab 71 Masa Lalu Pilihan Mertua
72
Bab 72 Masa Lalu Pilihan Mertua
73
Bab 73 Masa Lalu Pilihan Mertua
74
Bab 74 Masa Lalu Pilihan Mertua
75
Bab 75 Masa Lalu Pilihan Mertua
76
Bab 76 Masa Lalu Pilihan Mertua
77
Bab 77 Masa Lalu Pilihan Mertua
78
Bab 78 Masa Lalu Pilihan Mertua
79
Bab 79 Masa Lalu Pilihan Mertua
80
Bab 80 Masa Lalu Pilihan Mertua
81
Bab 81 Masa Lalu Pilihan Mertua
82
Bab 82 Masa Lalu Pilihan Mertua
83
Bab 83 Masa Lalu Pilihan Mertua
84
Bab 84 Masa Lalu Pilihan Mertua
85
Bab 85 Masa Lalu Pilihan Mertua
86
Bab 86 Masa Lalu Pilihan Mertua
87
Bab 87 Masa Lalu Pilihan Mertua
88
Bab 88 Masa Lalu Pilihan Mertua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!