Mencari cinta sejati tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pria bermata biru terus mencari cinta sejatinya yang telah lama menghilang. pengorbanan yang tulus tidak selalu membuahkan hasil yang memuaskan. Namun, Perjuangan untuk menemukan wanitanya akan terus ia lakukan walaupun rintangan datang menghadang.
"Aku kembali untuk mu, Tidak akan kubiarkan kau pergi dari kehidupan ku!"
Wanita cantik dan berkelas lahir dari anak konglomerat ternama di Jakarta. Sang Daddy memiliki banyak bisnis di berbagai Negara, Ia memilih berkarir dan meneruskan bisnis kelurga.
Akan kah Petualangan cinta si kembar akan berakhir di pelabuhan terakhir? bagaimana nasib Safira setelah memilih menikah dengan pria yang tidak pernah ia cinta?"
Yuk ikuti kelanjutannya hanya di karya Bunda enny76.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Teka-teki
Didalam kamar lantai dua ketegangan masih terus terjadi. Vana merapal kan do'a dan berharap pertolongan akan secepatnya datang. Keringat dingin mengucur bebas dari dahi dan pori-pori tubuhnya. Sang mommy terlihat tegang, tatapan nya tidak pernah lepas dari Arabella yang sangat ketakutan.
"Dimana kau taruh flashdisk itu! cepet katakan!" moncong pistol sudah tepat di dahi Vana. Sekali klik timah panas akan bersarang di otak nya.
"Flashdisk ada di kamar ku, di lantai bawah!"
"Sial! kau ingin bermain-main dengan ku! pria itu sudah tak sabar ingin menarik pelatuk. Tiba-tiba sebuah benda tajam berputar-putar di udara, dengan kecepatan kilat langsung menebas leher pria di samping Vana. Melihat ada bantuan Vana menendang burung pria di samping sang mommy. Secara bersamaan tubuh mereka berubah jadi asap hitam.
Pria berwajah codet menghilang dari dalam kamar Delena dengan membawa serta Arabella. pria berpakaian putih dengan wajah tertutup topeng mengejar di kegelapan malam.
"Arabella!!! Delena berteriak histeris.
"Mommy! tenang kan diri mommy, Zee akan mengejar mereka!"
Vana melompat cepat melalui jendela yang terbuka, ia ikut mengejar pria bertopeng dan pria berwajah codet.
"Kemana larinya mereka, begitu cepat menghilang!" Vana sudah berada di atas pohon sambil mencari jejak dua orang tersebut.
"Siapa pria bertopeng tadi, kenapa ia menolong ku?apakah dia mengenal ku?"
"Arabella? aku harus memastikan keponakan ku baik-baik saja."
Tubuh Vana melompat ke bawah tanah dan berlari mendekati Sang Daddy, Vano dan Zidane yang sudah ia lihat dari atas pohon.
"Dad!
Reno menoleh "Zee!
"Arabella di culik orang-orang berpakaian hitam!" Vana berbicara dengan nafas tersengal.
"Apa?! Arabella di culik?! seru Vano yang terlihat syok.
"Bagaimana bisa anakku di culik! bukankah kau menjaga mommy dan Arabella!" kali ini Vano melihat kemarahan pada sang kakak, hal yang belum pernah Vana lihat sebelum nya.
"Sudah jangan saling menyalahkan, Ayo kita cari Arabella!"
"Arabella ada bersama ku!" Dari atas dahan pria bertopeng melayang di udara sambil turun ke tanah. Pria tersebut menggendong Arabella dalam dekapan nya.
"Arabella!! seru mereka serempak.
Vano berlari cepat ke arah Pemuda berpakaian putih-putih. Pria tersebut memberikan Arabella ke tangan Vano. pria bertubuh kekar itu menciumi pipi gembul sang anak.
"Terima kasih! ucap Vano lega
"Siapa kau? dari mana asal mu? tanya Reno, ia menatap intern pria yang sudah menyelamatkan cucunya.
"Aku bukanlah siapa-siapa, kalau begitu permisi!"
"Tunggu! Sepertinya aku mengenal mu." Vana melipat kedua tangannya didada, ia menyoroti setiap inci penampilan pria tersebut.
"Maaf saya tidak bisa berlama-lama disini! secepat kilat pria tersebut melompat keatas dahan rindang lalu menghilang di kegelapan malam.
"Apa kamu mengenal pria itu Zee?"
"Ahh tidak, itu hanya perasaan Zee saja dad."
"Dimana mommy?"
"Masih di dalam kamar, sepertinya mommy shok melihat Arabella di bawa pergi."
"Ayo semua kita masuk kedalam!"
Semua sudah berkumpul di dalam ruangan. Reno menaiki anak tangga untuk melihat kondisi sang istri. Tak lama kemudian, Delena dan Reno keluar dari pintu lift.
"Arabella..." Delena meraih cucu kesayangannya dari tangan Vano, lalu menciumi bertubi-tubi.
"Kita harus perketat penjagaan, mansion sudah tidak aman. Apalagi mereka sedang mengincar Arabella." Reno berbicara dengan nada khawatir.
"Dad! apa kita membutuhkan kelompok black Naga?"
"Daddy sudah pensiunkan mereka beberapa tahun lalu. Sepertinya kita membutuhkan mereka sekarang. keluarga kita dalam ancaman!"
"Sebenarnya apa penyebab dari kekacauan ini? kenapa mereka menanyakan flashdisk! Delena menatap anak gadisnya "Zee.. kamu pasti sedang menyembunyikan sesuatu, katakan kebenaran nya!"
Vana menoleh pada sang kakak, agar memberikannya penjelasan. "Kak! sudah saatnya daddy dan momy tahu perihal ini."
Vano menghembuskan nafas panjang. "Dad, Mom, sekarang kami harus jujur."
Di ruangan kelurga Vano dan Vana mulai menceritakan penemuan flash disk dulu, saat ia masih berusia 14 tahun. Reno dan Delena mendengarkan dengan seksama.
"Apa kamu tahu Ketua dari kalajengking?"
"Di dalam vidio itu, tidak terlalu jelas wajah ketua genk kalajengking. Tetapi di pergelangan tangan pria itu ada tato kalajengking hitam. Mereka membunuh satu kampung demi mencuri emas-emas batangan dalam peti."
"Pembunuhan massal di salah satu kota pernah daddy dengar, menurut berita yang tersebar tempat itu ada sekelompok penjahat dan tempat maksiat. Hingga terjadi kebakaran di kota tersebut dan menghanguskan semua penduduk."
"Itu tidak benar Dad! mereka membunuh penduduk setempat secara keji, meskipun mereka sudah memohon. Aku dan Zee menyaksikan Vidio pembantaian itu. Dan sudah pasti orang-orang ini bekerja di pemerintahan."
Reno mengusap wajahnya berulang kali. "Sungguh keji orang-orang seperti mereka. Bahkan membeli sekelompok genk bayaran untuk membunuh dan mencari flashdisk."
"Sekarang kalian taruh di mana flashdisk itu? tanya Delena yang sejak tadi penasaran. Satu tangannya sambil menepuk-nepuk pelan bokong Arabella yang mulai tertidur.
Vano dan Vana menggeleng serentak. "Aku lupa menaruhnya mom, terakhir kali aku menyimpan di bawah pakaian, Itu di kamar ku yang dulu. Sekarang kamar itu sudah menjadi kamar Zidan. Itu artinya?" Vano menoleh pada adik bungsunya
"Zii.. apa kamu pernah menemukan USB berwarna putih?"
Zidan mulai mencerna ucapan sang kakak, la terus mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu. Saat masih berusia sepuluh tahun.
"Iya kak!
Semuanya terkejut dan menoleh kearah Zidan serempak. "Dimana flashdisk itu?!
Zidane menggeleng lemah "Zii tidak tahu flashdisk itu kak! Tapi Zii pernah menontonnya penembakan satu kota oleh sekelompok orang-orang jahat."
"Coba kau ingat lagi Zii, Di mana flashdisk itu kau simpan, karena ini menyangkut keluarga kita! tukas Vana yang terlihat kesal pada sang adik
"Coba kau ingat-ingat kembali Zidane. Mommy yakin ingatan mu masih tajam."
"Iya aku pernah melihatnya!"
"Dimana?!" ucap mereka serempak
"Kak Bella!"
"Apa maksud mu Zii? kenapa kau sebut mama nya Arabella?"
"Waktu itu tanpa sengaja, Zii melihat sendiri kak Bella sedang menonton sebuah film pembunuhan dari laptop. Zii pikir itu film action biasa, setelah Zii amati ternyata film yang pernah Zii tonton waktu itu."
"Kau tidak salah melihat Zii?" tanya Vana meyakinkan.
Zidane menggeleng cepat "Tidak kak!"
"Bella? kenapa ia tidak pernah cerita padaku?" gumam Vano tak percaya
"Apa kak Bella ikut terlibat di sana? sebab wajahnya langsung berubah merah saat melihat flashdisk itu kak."
Vano ternganga dengan ucapan Zidane "Bagaimana kau bisa menilai istri ku terlibat Zii? sedangkan saat itu usia kakak dan Bella sama!"
"Bisa jadi salah satu dari mereka orang-orang terdekat Kak Bella dan dia tidak berani berterus terang."
"Cukup Zidane! Vano membentak sang adik "jangan pernah menuduh istriku! semua itu belum tentu benar!"
"Vano! kenapa kamu harus bentak adikmu?! Zidane hanya menjelaskan apa yang sudah ia lihat! Tidak perlu berdebat apalagi membentak!" keluh Reno mengkritik anak sulungnya.
Vano terdiam dengan wajah tertunduk "Maaf Dad, aku hanya emosi setiap kali ada yang menyebut nama istri ku."
"Sudah tidak usah di perdebatkan lagi. Kita harus bersatu dan menemukan flashdisk itu, untuk bukti kejahatan seseorang. Kalau di biarkan akan berimbas pada keluarga kita dan akan semakin banyak korban! sahut Delena
"Sudah berani menyinggung kelurga Mahesa, itu sama artinya mengajak perang! tukas Reno tegas, ia mengepalkan tangannya kuat.
"Kalau apa yang di katakan Zidane benar, berarti flashdisk itu ada pada Bella." Reno menyimpulkan teka-teki yang selama ini belum terjawab.
"Kak' seandainya kakak setuju. Bagaimana kalau kita cari flashdisk itu di kamar kakak bersama Bella. Hanya untuk memastikan saja." sahut Vana
Vano mengagguk "Baiklah, untuk membuktikan ucapan Zidane. Apakah flashdisk itu ada pada Bella atau tidak."
Zidane hanya menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Sepertinya sang kakak masih tidak percaya dengan ucapan dirinya.
💜💜💜💜
Jangan lupa ya Guys... setelah membaca langsung Like, vote/gift, Rate bintang 5 dan komentar yang membangun 🙏.
Terima kasih semuanya, salam sehat 💪🥰🥰
'
ku beri kopi buat bunda biar gak ngantuk...
serta sekuntum mawar 🌹 merah tanda kasih sayang ku buat bunda Enny 😘....
love Nathan Alea dan zeevano 😍😘
semangat ya bund