Viola merasa di tipu dan dikhianati oleh pria yang sangat dicintainya. Menyuruh Viola kuliah hingga keluar negeri hanyalah alibi saja untuk menjauhkan Viola dari pria itu karena tidak suka terus di ikuti oleh Viola.
Hingga 8 tahun kemudian Viola kembali untuk menagih janji, tapi ternyata Pria itu sudah menikah dengan wanita lain.
"Aku bersumpah atas namamu, Erland Sebastian. Kalian berdua tidak akan pernah bahagia dalam pernikahan kalian tanpa hadirnya seorang anak"
~ Viola ~
Benar saja setelah 3 tahun menikah, Erland belum juga di berikan momongan.
"Mau apa lo kesini??" ~ Viola ~
"Aku mau minta anak dari kamu" ~ Erland ~
Apa yang akan terjadi selanjutnya pada Viola yang sudah amat membenci Erland??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Awal kutukan
"Apa istri lo nggak bisa hamil sampai lo minta anak dari gue?? Berarti kutukan gue beneran berhasil dong??"
Wajah Erland yang tadinya berusaha tenang menghadapi wanita yang sikapnya berubah drastis itu kini mulai menahan gemuruh dalam dadanya.
"Jaga bicara kamu Vio!!" Geram Erland. Tapi Vio hanya terkekeh melihat Pria yang katanya berstatus sebagai suaminya itu mulai kesal dengan tingkahnya.
"Kenapa harus marah?? Itu juga akibat dari kelakuan b****sek lo sendiri. Kena karma kan sekarang??" Senyum meremehkan kini di berikan Vio untuk Erland.
Tiga tahun yang lalu...
Wanita cantik berusia 27 tahun itu menarik kopernya menuju sebuah rumah yang menjadi tujuan pertamanya saat baru saja menginjakkan kakinya di tanah air tercintanya.
Setelah 10 tahun dia berada di negara orang, kini saatnya dia pulang. Menagih janji yang diberikan sorang pria kepadanya. Sebuah tas juga terampir di pundaknya, berisi beberapa dokumen berisi bukti-bukti kerja kerasnya selama ini.
Gadis kecil yang dulu membuat perjanjian dengan pria yang dicintainya kini sudah tumbuh menjadi wanita dewasa. Anggun, cantik, dan pintar serta bergelar sebagai Dokter spesialis kulit itu siap menjemput kebahagiaannya.
"Kok sepi banget Vi??"
Tanya Beca sahabat satu-satunya yang di miliki Vio saat tiba di negara yang beribukota Seoul itu.
"Nggak tau" Viola mengedikkan bahunya.
"Permisi!!" Teriak Vio dari luar pagar, rumah yang dulu terlihat sederhana dengan halaman yang luas kini sudah berbeda jauh. Rumah yang mewah sudah merubah gaya bangunan rumah itu.
"Cari siapa Non??" Seorang pria berlari dari dalam dengan seragam satpamnya.
"Cari yang tinggal di rumah ini Pak. Benar kan ini rumahnya Erland dan Endah??" Beca hanya mendengarkan Vio yang berbicara dengan satpam itu walau masih terhalang pagar rumah yang tinggi.
"Benar Non, tapi mereka semua sedang pergi ke tempat pernikahan"
"Pernikahan??" Vio sempat di buat terkejut.
"Apa Endah yang menikah??" Batinya.
"Benar, sebentar saya kasih alamatnya. Silahkan Nona datang ke sana sendiri" Sebelum Vio bertanya, satpam itu sudah berlari lagi ke dalam posnya. Terlihat satpam itu menulis di sebuah kertas kecil. Mungkin itu alamat yang di maksud tadi.
"Ini Non, maaf ya saya sudah kebelet. Saya tinggal dulu" Beca menahan tawanya.
"Pantesan dia tadi lari-lari, ternyata mulezzzz" Ucap Beca.
Viola membaca alamat yang di berikan satpam tadi berkali-kali.
"Ini bukan di gedung deh kayaknya, gue kayaknya masih inget jalan daerah sini" Gumam Vio.
"Jadi mau ke sana nggak??"
"Iya dong, mana tau yang nikah itu Endah. Dia juga sahabat gue sebelum gue pergi ke korea"
Akhirnya mereka pergi ke alamat yang tertera pada selembar kertas kecil hasil robekan buku tulis yang di berikan satpam di rumah Erland tadi.
Vio dan Beca sempat terperangah melihat banyaknya bunga yang di rangkai rapi di luar rumah besar itu. Rangkaian bunga ucapan selamat juga berjejer rapi di sepanjang halaman rumah yang begitu luas.
Hingga Vio menyadari ada yang aneh di bunga-bunga itu. Tapi Viola dan Beca tetap melangkah memasuki halaman rumah. Hingga Viola semakin menyadari keanehan itu ketika melihat foto yang di pajang di depan tempat berlangsungnya pernikahan itu. Matanya mulai memanas, menahan sesuatu yang ingin menyeruak dari dalam sana.
"Tunggu Nyonya, bisa kami lihat undangannya??" Cegah seorang yang berpakaian sama dengan beberapa orang di sana. Sepertinya dari orang WO.
"Maaf kami tidak membawa, tapi kami adalah kerabat dari salah satu mempelai di dalam sana" Dusta Beca karena dia sama sekali tidak tau siapa yang menikah di dalam sana. Beca hanya melihat Viola yang bergeming dengan tangannya yang mengepal kuat membuatnya mengambil alih untuk menjawab mewakili Viola.
"Maaf, kalian tidak bisa masuk tanpa menunjukkan undangan kalian" Ucap Pria itu dengan tegas.
"Tapi kita itu.." Tangan Viola menahan Beca. Dia diam sedari tadi dengan tatapannya yang terus menatap foto pasangan yang begitu terlihat mesra itu, tapi telinganya masih mendengarkan dengan jelas.
Viola mengedarkan pandangannya hingga melihat seseorang yang dia kenal. Meski orang itu sudah berbeda jauh dari 10 tahun yang lalu, kini badannya yang semakin tinggi dan wajahnya yang tak berbeda jauh dari Kakaknya membuat Viola yakin jika itu adalah Edgar, adik Erland.
"Edgar!!" Panggil Viola pada Edgar hang berjas hitam dan berjalan agak jauh dari Viola.
Viola melambaikan tangannya pada Edgar. Begitupun Edgar yang tak lupa dengan wajah dari sahabat Kakaknya yang dulu sering datang ke rumah, langsung menghampiri Viola dengan sedikit berlari.
"Kak Vio??"
"Kamu ingat Gar??"
"Ingat dong Kak, Kakak kapan pulangnya??" Adik kecil yang dulu sering di ejek Vio kini sudah berubah menjadi pria tampan dan terlihat dewasa.
"Baru saja sampai. Oh ya Gar, bisakah kamu membawaku masuk ke dalam?? Aku tidak bawa undangan jadi tidak bisa masuk" Vio mencoba menetralkan jantungnya yang sudah berdetak tak tenang. Sesuatu yang buruk sudah terjadi di dalam sana dan Viola menyadari itu.
"Tentu bisa, Kak Vio kan sahabatnya Kak Endah. Jadi bisa masuk tanpa undangan sekalipun. Ayo ikut aku Kak"
Akhirnya Vio dan Beca benar-benar masuk ke dalam ruangan yang sudah di sulap menjadi tempat pernikahan dengan berbagai hiasan dan ratusan bunga di dalamnya.
Masih dengan menyeret kopernya, Viola terus menuju ke depan membelah puluhan manusia yang menjadi temu kehormatan di pesta pernikahan itu.
Beca masih setia mendampingi sahabatnya itu meski tak tau yang mana namanya Endah atau Erland yang sering di ceritakan oleh Viola kepadanya. Karena selama ini Vio tidak pernah menunjukkan wajah pria yang bernama Erland kepadanya.
Hingga kaki Beca merasakan terbentur sesuatu di depannya karena tidak fokus pada jalannya. Di hanya terus melihat ke sekelilingnya, yang memperlihatkan betapa meriahnya pesta itu.
"Hey kenapa berhenti Vi??" Protes Beca langsung berdiri di samping Vio.
Tapi pertanyaan Beca tak terjawab karena mata Vio sudah berkaca-kaca melihat sesuatu di depan sana.
Beca mengikuti arah pandang Vio. Sahabatnya itu sedang melihat pasangan pengantin yang tampak bahagia di depan sana, bergaya dengan mesra di depan kamera.
Beca masih mengira jika wanita bergaun pengantin itu adalah Endah sahabat Viola, hingga membuat Viola terharu seperti itu, tanpa tau kenyataan yang sebenarnya.
"ABANG!!" Teriak Viola dari kejauhan namun berhasil menarik perhatian banyak orang di dalam sana, termasuk pasangan pengantin itu.
"Vio??" Gumam si pengantin Pria.
"Apa-apaan semua ini??" Viola melihat ke sekelilingnya. Bahkan dia juga melihat kedua orang taunya termasuk Vino, Kakak kandungnya berada di sana.
To be continued..
bisa....bisa ...
emansipasi wanita anggap aja😁😁
mana bisa keguguran hamil juga ngga....