Karena saya masih wanita yang beradab,
masih bisa mengganti kecewa dengan doa, sekalipun berbaur dengan luka sepertimu.
Bertahun tahun hidup dalam hubungan rumah tangga yang tidak sehat. Tiap saat harus berhadapan dengan orang orang yang memiliki jiwa tak waras, suami kejam, mertua munafik, kakak dan adik ipar yg semena mena. Bertahan belasan tahun bukan karena ingin terus hidup dalam tekanan tapi karena ada anak yang harus dipertimbangkan. Namun dititik tiga belas tahun usia pernikahan, aku menyerah. Memilih berhenti memperjuangkan manusia manusia tak berhati.
Jangan lupa kasih like, love dan komentarnya ya kak, karena itu sangat berarti buat kami Author ❤️
Salam sayang dari jauh, Author Za ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mati rasa
Pukul enam sore aku baru pulang dari toko. Alhamdulillah hari ini toko lumayan rame, jika tiap hari seperti ini terus, saldo tabunganku akan semakin banyak, aku bisa secepatnya membeli rumah sendiri, meskipun rumah sederhana. Tapi setidaknya aku bisa lepas dari keluarga demit seperti mereka.
Selama ini, kubiarkan mereka selalu merendahkanku, bahkan memperlakukan aku layaknya pembantu. Kalau saja bukan karena Hasna putriku, tak Sudi bertahan untuk di tindas oleh keluarga mereka. Namun apa dayaku, aku yang tak punya siapa siapa, dan belum punya cukup uang, mengharuskan diri ini bertahan dalam tekanan mereka.
Mereka hanya tau aku bekerja jadi pelayan toko dengan gaji sembilan ratus ribu perbulan, itu pun dirampas ibu mertua lima ratus ribu, dan sisa yang empat ratus selalu diminta paksa mas Yudha, kalau tidak kuberikan pasti dia akan menghajarku habis habisan, pernah sampai tubuh ini penuh lebam karena amukkannya.
Itulah kenapa, aku tidak pernah jujur jika sebenarnya toko tempat dimana aku bekerja adalah toko milikku sendiri, aku bisa membangun toko itu dari hasil menulis di beberapa platform kepenulisan, hasil yang kudapat lebih dari cukup dan tak pernah kubayangkan sebelumnya.
Setiap bulan, saldo selalu bertambah dan aku selalu menyembunyikan ATM milikku di tempat yang aman, biarlah mereka mengira aku wanita miskin dan bo**h untuk dimanfaatkan. Kurang sedikit lagi, aku harus mampu dan kuat untuk beberapa bulan kedepan, sebelum aku membeli rumah. Aku akan lebih dulu menggugat mas Yuda. Sudah banyak bukti KDRT yang dia lakukan padaku, dan bagaimana dia memperlakukan Hasna putrinya sendiri, semua Vidio itu sudah kuamankan untuk menjadi bukti memudahkan gugatanku nantinya. Selain temperamental, Mas Yuda juga sangat gemar selingkuh, aku diam bukannya bodoh, tapi hanya menunggu waktu untuk meledakkan bom kehancuran bagi mereka.
Saat kaki ini baru menginjakkan teras rumah, ibu mertua sudah menyambutku dengan sikap sinisnya.
"Baru pulang kamu? kerja gaji tidak seberapa saja, pulang hingga malam, apa kamu sengaja membuat kami semua sakit, karena lapar hah?" Suara lantang ibu mertua menyambutku nyalang.
"Ditoko tadi lagi rame Bu, ibu tau sendirikan itu toko masih baru dibuka dan pelayannya hanya ada dua orang. Jadi ya mau gimana, nggak mungkin aku pulang, sedangkan tenagaku masih dibutuhkan disana. kalau aku tidak nurut apa kata pemilik toko, apa ibu mau aku dipecat? Lalu ibu tidak dapat uang lima ratus ribu tiap bulannya?"
Sengaja. kutekankan kata lima ratus ribu, untuk menyentilnya. Biar mikir kalau sudah merampas yang bukan haknya.
"Heleh alasan saja kamu! uang lima ratus itu anggap saja kamu bayar uang sewa dirumah ini. kamu itu hanya numpang. Enak saja mau serba gratis, listrik itu bayar pake uang, ngerti kamu?" ibu melotot tak suka ke arahku.
"Terserah ibu saja, aku capek mau mandi." Bodoh amat dengan kemarahan ibu, badanku sudah terasa lengket dan mulai bau, rasanya ingin segera bertemu dengan air untuk menyegarkan raga yang sudah lelah akibat berjibaku dengan pekerjaan seharian.
"Eeeh! eeeh! mau kemana kamu?
Dasar orang miskin, mau berlagak sok capek segala. Kamu ya! Kerja baru jadi pelayan saja sudah belagu." mbk Yeni mencekram lenganku erat, sampai terasa perih, keterlaluan.
"Auuuwww sakit! lepaskan mbak." Aku meringis kesakitan dan berusaha untuk melepaskan cengkramannya dari lengan ini.
"Enak saja mau pergi begitu saja. Cepat bikinin kami makan malam, sudah ada ayam sama tempe di dapur. kami mau makan penyetan. Jangan lupa bikin sambelnya yang super pedes. Sana buruan! aku sudah kelaparan." Perintahnya bak majikan.
"Mbak kelaparan ya?
Punya tangan kan?
Punya kaki yang masih bisa jalan?
Kenapa tidak masak sendiri saja? semua bahan sudah tersedia, kenapa harus nunggu aku?
jangan salahkan aku, jika kalian kelaparan." kuhempaskan cengkraman tangan kakak iparku itu dengan tenaga full, sampai membuatnya hampir terjungkal, bodoh amat.
"Dulu aku akan nurut, karena aku masih berusaha menghargai kalian, tapi tidak untuk saat ini dan seterusnya. Aku bukan pembantu gratis kalian." ku langkahkan kaki dengan cepat masuk ke dalam kamar putriku lalu menguncinya dari dalam, tubuh yang ingin segara diguyur harus kutahan dulu, lebih baik istirahat dan makan nasi bungkus yang tadi sempat aku beli diluar. Dua bungkus nasi goreng untukku dan Hasna, biar saja mereka kelaparan, salahnya sendiri tidak mau berusaha memasak.
Saat aku sedang menikmati nasi goreng dengan Hasna, pintu digedor gedor dari luar, suara ibu mertua nampak murka, namun tak kuperdulikan. Biar saja mereka mengumpat dan memakiku, toh itu sudah jadi menu tiap hari bagiku.
Hasna pun sudah tak kaget lagi dengan keadaan ini, dia yang makin dewasa, makin paham bagaimana harus bersikap. GadisKu itu sudah mampu bersikap dan berpikir dewasa lebih cepat dari usianya.
"Kenyang bund, nasi goreng pak Mamad memang the best dari dulu. makasih ya bund, sudah selalu baik dan sayang sama Hasna."
"Itu sudah jadi kewajibannya bunda sayang, kamu itu nyawa kedua bunda,semangat bunda. Permata hatinya bunda. Hasna harus selalu ingat pesan bunda, jaga rahasia. insyaallah sebentar lagi bunda akan punya rumah baru, kita akan pindah dari sini sayang, kita akan mulai jalani kehidupan baru."
"Bunda akan pisah sama papa?" Ada kilat kesedihan di kedua bola mata anak gadisku.
"Hasna tidak setuju nak?" Tanyaku dengan hati hati.
"Hasna selalu mendukung apapun yang menurut bunda baik, karena Hasna tau, bunda pasti sudah memikirkan semua. Hasna juga nggak mau lihat bunda terus dihina oleh nenek, budhe, dan semua orang dirumah ini. Bunda berhak bahagia, dan Hasna akan selalu ada untuk bunda."
"Trimakasih sayang. Maafin bunda ya nak, kalau bunda sudah tidak mampu lagi bertahan."
"Hasna paham posisi bunda, Hasna sudah dewasa, Hasna cukup mengerti keadaan ini bund, jadi bunda jangan terlalu hawatirkan Hasna. Justru Hasna hawatir jika bunda tetap bertahan dirumah ini, yang ada bunda akan semakin tersiksa."
"Iya sayang, trimakasih nak. Anak bunda sudah dewasa ternyata." kupeluk tubuh putriku dengan perasaan bahagia, hanya dia satu satunya yang aku punya, hanya dia tempat untuk berbagi, Hasna gadis yang baik dan cerdas, tidak banyak bicara tapi sangat peka terhadap apapun, dialah yang selalu membantuku, untuk mengumpulkan semua bukti kekejaman keluarga ini.
Tak ada lagi suara ibu mertua dan mbk Yeni, mungkin mereka capek teriak teriak, biarkan saja. Aku sudah tak ingin lagi perduli.
Jika ada yang tanya dimana suamiku?
Pasti jawabannya kerja lembur, padahal dia sedang berada ditempat selingkuhannya, dan akan pulang tengah malam, setiap hari selalu begitu, entahlah rasa cemburu itu sudah hilang, seiring rasa sakit yang tergores setiap hari, mati rasa itulah yang kurasakan saat ini, hingga aku tak perduli dengan apa yang dia lakukan diluaran sana, toh masih ada Alloh, biarlah tanganNYA yang bekerja, aku percaya akan selalu ada balasan dalam setiap perbuatan, sebagai hamba aku hanya cukup meyakiniNYA.
Sepertinya aku harus segera mengajukan gugatan, dan kalaupun aku akan terusir dari rumah ini sebelum aku punya rumah, aku bisa tidur di toko bersama Hasna, disana ada dua kamar dan lengkap dengan dapur juga kamar mandi, aku sengaja meminta tukang untuk membuatkan dua kamar, dapur dan kamar mandi di belakang toko, untuk berjaga jaga jika suatu saat mereka mengusirku, jadi aku tak perlu lagi mencari tempat tinggal.
#jika sudah tidak ada lagi sakinah, mawadah, warohmah dalam rumah tangga,maka tak akan ditemukan surga didalam nya,lalu untuk apa bertahan dalam neraka yang penuh dengan api kebencian.