NovelToon NovelToon
BANGKITNYA GADIS YANG TERTINDAS

BANGKITNYA GADIS YANG TERTINDAS

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Mengubah Takdir
Popularitas:97
Nilai: 5
Nama Author: Sagitarius-74

Gadis, sejak kecil hidup dalam bayang-bayang kesengsaraan di rumah keluarga angkatnya yang kaya. Dia dianggap sebagai anak pembawa sial dan diperlakukan tak lebih dari seorang pembantu. Puncaknya, ia dijebak dan difitnah atas pencurian uang yang tidak pernah ia lakukan oleh Elena dan ibu angkatnya, Nyonya Isabella. Gadis tak hanya kehilangan nama baiknya, tetapi juga dicampakkan ke penjara dalam keadaan hancur, menyaksikan masa depannya direnggut paksa.
Bertahun-tahun berlalu, Gadis menghilang dari Jakarta, ditempa oleh kerasnya kehidupan dan didukung oleh sosok misterius yang melihat potensi di dalam dirinya. Ia kembali dengan identitas baru—Alena.. Sosok yang pintar dan sukses.. Alena kembali untuk membalas perbuatan keluarga angkatnya yang pernah menyakitinya. Tapi siapa sangka misinya itu mulai goyah ketika seseorang yang mencintainya ternyata...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GADIS YANG SELALU DITINDAS

Di sebuah rumah mewah yang menjulang tinggi di kawasan elite, Gadis, nama dari seorang gadis remaja yang malang, menjalani hari-harinya dengan penuh penderitaan.

Ia bukanlah bagian dari keluarga Antonio, meskipun mereka telah mengadopsinya dari panti asuhan beberapa tahun lalu. Gadis hanyalah seorang pembantu, seorang pesuruh, seorang yang tak dianggap di rumah megah itu.

Keluarga Antonio terkenal kaya raya. Harta mereka melimpah, bisnis mereka menggurita di berbagai sektor. Namun, kekayaan itu tak sebanding dengan kebaikan hati mereka. Keluarga Antonio dikenal sebagai keluarga yang antagonis, dingin, dan kejam.

Gadis diadopsi oleh keluarga Antonio saat ia berusia sepuluh tahun. Ia berharap, dengan diadopsi oleh keluarga kaya, hidupnya akan berubah menjadi lebih baik.

 Ia membayangkan akan memiliki keluarga yang menyayanginya, rumah yang nyaman, dan pendidikan yang layak. Namun, semua harapannya itu hancur berkeping-keping.

Nyonya Isabella, istri Tuan Antonio, adalah orang yang paling kejam terhadap Gadis. Ia selalu mencari-cari kesalahan Gadis dan menghukumnya dengan berat. Nyonya Isabella menganggap Gadis sebagai beban dan sampah yang tidak berguna.

"Kamu itu hanya anak pungut, Gadis! Jangan pernah bermimpi untuk menjadi seperti kami! Kamu hanya pantas menjadi pembantu di rumah ini!" kata Nyonya Isabella dengan nada sinis.

Anak-anak keluarga Antonio, Rafael dan Renata, juga tidak kalah kejam terhadap Gadis. Mereka sering mempermainkan dan mengejek Gadis. Mereka menganggap Gadis sebagai bahan lelucon dan hiburan.

"Hei, Gadis! Ambilkan aku minum!" perintah Rafael dengan nada angkuh.

"Gadis, bersihkan sepatuku sekarang!" timpal Renata dengan nada manja.

Gadis hanya bisa menuruti semua perintah keluarga Antonio. Ia tidak berani membantah atau melawan. Ia takut akan mendapatkan hukuman yang lebih berat.

Di tengah penderitaannya, Gadis selalu merindukan keluarganya yang dulu. Ia merindukan ibu dan ayahnya yang telah meninggal dunia. Ia merindukan rumahnya yang sederhana namun penuh kasih sayang.

Gadis sering menangis seorang diri di kamarnya yang sempit dan pengap. Ia bertanya-tanya, mengapa hidupnya begitu malang? Mengapa ia harus mengalami semua penderitaan ini?

Namun, Gadis tidak pernah menyerah. Ia selalu berusaha untuk tetap kuat dan tegar. Ia percaya, suatu hari nanti, ia akan bisa keluar dari rumah keluarga Antonio dan menjalani hidup yang lebih baik.

******

Di rumah mewah keluarga Antonio, Gadis, tengah menyapu lantai dengan gerakan lesu. Debu beterbangan di sekelilingnya, namun hatinya terasa lebih berat dari tumpukan debu itu.

"Gadis! Cepat sedikit! Kau pikir kami membayarmu untuk bermalas-malasan?" suara Nyonya Isabella memecah keheningan pagi. Wanita itu berdiri di ambang pintu, menatap Gadis dengan tatapan merendahkan.

Gadis menunduk, mempercepat gerakannya. "Maaf, Nyonya. Saya akan lebih cepat."

"Maaf? Maaf tidak akan membuat rumah ini bersih! Sekarang, setelah selesai menyapu, bersihkan kamar mandi. Pastikan tidak ada noda sedikit pun!"

Gadis mengangguk patuh. "Baik, Nyonya."

Setelah Nyonya Isabella pergi, Gadis menghela napas panjang. Ia tahu, hari ini akan menjadi hari yang panjang dan melelahkan.

Siang harinya, Gadis sedang menyiapkan makan siang di dapur ketika Rafael, putra sulung keluarga Antonio, masuk dengan wajah masam.

"Hei, Gadis! Mana makan siangku? Aku sudah lapar!"

"Sebentar lagi siap, Tuan Rafael. Saya sedang menata meja," jawab Gadis dengan sopan.

"Cepatlah! Aku tidak punya banyak waktu!"

Gadis mempercepat gerakannya, menata piring dan peralatan makan di atas meja. Setelah selesai, ia menyajikan makanan yang telah ia masak dengan susah payah.

Rafael duduk di kursi, mulai makan dengan lahap. Namun, baru beberapa suap, ia tiba-tiba berhenti dan menatap Gadis dengan tatapan jijik.

"Apa-apaan ini? Kenapa makanannya hambar sekali? Kau tidak bisa memasak, ya?"

Gadis menunduk, merasa bersalah. "Maaf, Tuan Rafael. Mungkin saya kurang menambahkan garam."

"Kurang garam? Kau pikir ini makanan untuk anjing? Sekarang, buatkan aku yang baru! Dan pastikan rasanya enak!"

Gadis mengangguk pasrah. "Baik, Tuan Rafael."

Ia kembali ke dapur, mulai memasak makanan yang baru. Hatinya terasa perih, namun ia berusaha untuk tetap sabar.

Malam harinya, setelah semua pekerjaan rumah selesai, Gadis menyelinap ke kamarnya yang sempit dan pengap. Ia membuka buku pelajaran dan mulai belajar dengan tekun.

Ia bercita-cita menjadi seorang pengusaha sukses, meskipun ia tahu bahwa itu adalah mimpi yang sulit untuk diwujudkan. Namun, ia tidak ingin menyerah. Ia ingin membuktikan kepada keluarga Antonio bahwa ia bisa sukses dan berguna bagi orang lain.

Tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka. Renata, putri bungsu keluarga Antonio, masuk dengan wajah sinis.

"Sedang apa kau, Gadis? Belajar? Kau pikir dengan belajar kau bisa menjadi seperti kami?"

Gadis menutup bukunya, menatap Renata dengan tatapan sedih. "Saya hanya ingin belajar, Nona Renata. Saya ingin meraih mimpi saya."

"Mimpi? Mimpi seorang pembantu sepertimu tidak akan pernah terwujud! Kau hanya pantas menjadi pembantu di rumah ini!"

Renata mendekat, merampas buku pelajaran Gadis dan melemparkannya ke lantai.

"Jangan pernah bermimpi terlalu tinggi, Gadis! Kau hanya akan kecewa!"

Setelah mengatakan itu, Renata pergi meninggalkan Gadis yang menangis seorang diri di kamarnya.

Keesokan harinya, Gadis bangun dengan mata sembab. Ia merasa lelah dan putus asa. Namun, ia tidak ingin menyerah. Ia tahu, ia harus tetap kuat dan tegar.

Saat sedang membersihkan ruang tamu, ia mendengar percakapan antara Tuan Antonio dan Nyonya Isabella.

"Aku tidak mengerti, kenapa Gadis bisa mendapatkan nilai yang bagus di sekolah? Padahal, dia hanya seorang anak pungut," kata Tuan Antonio dengan nada heran.

"Aku juga tidak mengerti. Mungkin dia curang atau menyogok guru," jawab Nyonya Isabella dengan nada sinis.

"Kita harus melakukan sesuatu. Kita tidak boleh membiarkan dia menjadi lebih pintar dari anak-anak kita," kata Tuan Antonio dengan nada khawatir.

"Aku punya ide. Kita akan mengirimnya ke sekolah yang lebih buruk. Dengan begitu, dia tidak akan bisa belajar dengan baik dan prestasinya akan menurun," kata Nyonya Isabella dengan senyum licik.

Gadis terkejut mendengar percakapan itu. Ia tidak percaya bahwa keluarga Antonio tega melakukan hal sekeji itu padanya. Hatinya hancur berkeping-keping.

Tanpa sadar, air mata mulai mengalir di pipinya. Ia berlari ke kamarnya, mengunci pintu, dan menangis sejadi-jadinya.

"Kenapa mereka begitu jahat padaku? Apa salahku? Mengapa aku harus mengalami semua ini?" ratap Gadis dalam hati.

Ia merasa tidak ada harapan lagi. Ia ingin menyerah dan mengakhiri hidupnya. Namun, ia teringat akan mimpinya. Ia tidak boleh menyerah begitu saja. Ia harus tetap berjuang untuk meraih mimpinya.

Gadis menghapus air matanya, menarik napas dalam-dalam, dan mencoba untuk menenangkan diri. Ia tahu, ia harus mencari cara untuk mengatasi masalah ini.

Keesokan harinya, Gadis dipanggil ke ruang kerja Tuan Antonio. Ia merasa gugup dan takut. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi.

"Gadis, kami sudah memutuskan untuk memindahkanmu ke sekolah yang lain," kata Tuan Antonio dengan nada datar.

Gadis terkejut mendengar kata-kata itu. "Kenapa, Tuan? Apa salah saya?"

"Tidak ada yang salah. Kami hanya ingin yang terbaik untukmu," jawab Tuan Antonio dengan nada yang dibuat-buat.

"Tapi, saya tidak ingin pindah sekolah. Saya sudah nyaman di sekolah saya yang sekarang," kata Gadis dengan nada memohon.

"Keputusan kami sudah bulat. Kau harus pindah sekolah," kata Tuan Antonio dengan nada tegas.

Gadis tidak bisa membantah lagi. Ia tahu, ia tidak punya kekuatan untuk melawan keluarga Antonio. Ia hanya bisa pasrah menerima nasibnya.

*****

Beberapa hari kemudian, pengumuman pemenang lomba diumumkan. Gadis sangat terkejut dan bahagia ketika namanya disebut sebagai juara pertama.

Gadis berhasil memenangkan lomba pidato tingkat kabupaten. Ia mendapatkan piala, sertifikat penghargaan, dan uang tunai.

Kemenangan Gadis membuat keluarga Antonio marah dan iri. Mereka tidak menyangka bahwa Gadis bisa meraih prestasi meskipun mereka telah berusaha untuk menjatuhkannya.

Nyonya Isabella merencanakan sesuatu yang jahat untuk membalas dendam pada Gadis. Ia ingin membuat Gadis menderita dan menyesal telah membangkang padanya.

Apa sebenernya yang direncanakan Nyonya Isabella untuk Gadis?...

1
Tie's_74
Haloo.. Minta dukungan untuk ceritaku yang ke 2 ya .. Makasih 😁🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!