Pada tahun 2086, umat manusia berdiri di puncak kejayaan teknologi. Negara-negara besar bersatu di bawah Proyek Helios — percobaan menciptakan sumber energi tak terbatas dengan memanipulasi ruang dan materi gelap.
Namun pada malam ketika Helios Reactor diaktifkan untuk pertama kalinya, sesuatu terjadi. Langit di atas Samudra Pasifik retak seperti kaca yang dilempar batu. Membentuk celah raksasa bercahaya ungu, berdenyut seperti nadi dunia yang terluka.
Seekor makhluk bersisik emas, bersayap seperti petir, mengaum di atas laut. Lalu menyusul bayangan-bayangan lain: raksasa dari batu, wanita bersayap burung gagak, binatang bertanduk dari legenda kuno.
Nuklir ditembakkan, senjata diluncurkan. Sebuah kedatangan para makhluk mitologi yang mengancam ras manusia berdatangan dan membawa pesan,
“Kalian membuka pintu tanpa izin. Dunia kami hancur karenanya. Kini, keseimbangan harus ditegakkan.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon See You Soon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Invasi Makhluk Mitologi
“Sialan kau! Jangan kau usik keluargaku dengan tingkah bejatmu itu!” teriak seorang pria dengan shotgun di genggamannya, suaranya bergetar antara amarah dan ketakutan.
“Heh? Apa kayu kecil itu bisa mengalahkan kami berlima?” kekeh seekor goblin, kulitnya hijau pucat seperti kacang muda, meremehkan pria itu dengan tatapan penuh ejekan.
Pria itu menahan napas, tangan gemetar menggenggam shotgun yang kosong. Dia tahu, senjata itu tak memiliki peluru tersisa. Namun ia tak punya pilihan selain bertahan, meski sadar kemungkinan kalahnya begitu besar. Karena makhluk-makhluk buas ini—yang suka memperkosa dan membunuh—telah memasuki rumahnya, mengincar istri dan anaknya.
Salah satu goblin mengangguk, memberi isyarat yang segera dipahami oleh yang lain. Dalam sekejap, mereka bergerak maju, lima bayangan liar yang mendekati pria itu seperti predator mengitari mangsa.
Dia berusaha melawan, meronta, tapi tubuhnya lemah oleh kepanikan dan kesedihan. Jeritannya pecah di apartemen yang berantakan—ruangan yang dulunya penuh tawa keluarga itu kini hancur, saksi bisu dari kekejaman yang tak terhindarkan.
Di dalam kamar, anak dan istrinya terkapar. Mereka sudah tak bernyawa. Pria itu terlambat—terlambat untuk menyelamatkan satu-satunya yang ia cintai.
Beberapa menit kemudian, jeritannya mereda. Bukan karena goblin itu bersikap ampun, tapi karena tubuhnya telah berhenti bernafas. Para makhluk itu melahapnya tanpa sisa, taring mereka mencabik seperti hyena yang menemukan mangsa segar.
Keributan memicu alarm. Tidak lama kemudian, peleton tim penyelamat menyerbu apartemen—tapi yang tersisa hanyalah mayat manusia dan darah segar yang menetes di lantai. Mereka menembaki semua makhluk yang tampak, amarah dan kebencian menguasai setiap gerakan.
Dunia berubah sejak hari itu. Makhluk-makhluk mitologi kini berjalan di bumi, muncul melalui portal yang terbuka akibat ambisi manusia.
Pada tahun 2086, manusia berdiri di puncak kejayaan teknologi. Negara-negara besar bersatu di bawah Proyek Helios, sebuah ambisi besar: menciptakan sumber energi tak terbatas dengan memanipulasi ruang dan materi gelap. Tujuannya mulia—mengakhiri krisis energi dan membawa peradaban ke masa keemasan.
Namun pada malam ketika Helios Reactor pertama kali diaktifkan, langit pecah. Samudra Pasifik seakan retak, membentuk celah ungu bercahaya yang berdenyut seperti jantung dunia yang terluka.
Awalnya, manusia mengira ini fenomena kosmik semata. Tapi dari celah itu, sesuatu jatuh. Seekor naga bersisik emas, sayapnya menyambar seperti petir, mengaum di atas laut. Lalu bayangan lain muncul: raksasa dari batu, wanita bersayap burung gagak, binatang bertanduk legenda kuno.
Bumi bergetar. Senjata nuklir ditembakkan, rudal melesat, tapi tidak satu pun menembus kulit naga atau perisai sihir mereka. Dalam tiga minggu, 30 kota besar lenyap. Dalam tiga bulan, dunia berubah menjadi medan perang antara baja dan mitos.
Makhluk-makhluk itu sadar bahwa manusia adalah mangsa yang mudah. Tanpa kecepatan super dan tanpa ketahanan seperti trenggiling. Hanya seonggok daging yang diberi akal. Mereka dengan mudah membabi buta setiap manusia yang mereka temui.
Makhluk-makhluk itu tidak hanya membunuh. Mereka berbicara, menyampaikan pesan dalam bahasa kuno yang langsung dipahami oleh pikiran manusia:
“Kalian membuka pintu tanpa izin. Dunia kami hancur karenanya. Kini, keseimbangan harus ditegakkan.”
Karena insiden itu, dinding antar dimensi mulai retak. Bagi makhluk mitologi, itu dianggap sebagai serangan ke wilayah mereka. Bagi manusia, kedatangan mereka adalah seperti invasi tanpa peringatan.
Pada akhirnya kedua ras masing-masing tidak ada yang jahat. Makhluk mitologi menuntut balas, dan manusia mempertahankan eksistensinya.
Pertempuran antara nuklir dan sihir berlangsung hingga beberapa windu. Sihir dan kekuatan gila para makhluk mitologi, mampu diimbangi oleh senjata modern pihak manusia. Memakan jutaan nyawa dari masing-masing pihak.
Hingga pada suatu waktu, berdirilah satu sosok:
The Ancient One, raja dari segala makhluk mitologi, muncul dari pusat celah—matahari gelap di tengah lautan yang menghantui setiap mimpi manusia. Sosok itu sadar, bahwa peperangan harus segera diakhiri.
The Ancient One dan Presiden Amerika Serikat akhirnya bertemu di reruntuhan markas PBB yang tenggelam. Mereka sadar: dunia ini terlalu kecil untuk dua peradaban, namun terlalu berharga untuk dihancurkan sepenuhnya.
Maka tercetuslah kesepakatan:
Dua belas pertarungan. Dua belas juara. Dua belas nasib dunia.
“Biarlah kekuatan menentukan siapa yang layak bertahan.”
Dan demikian, Era Dua Dunia dimulai.
Sihir dan teknologi berjalan berdampingan, saling menatap dengan waspada, menunggu api terakhir menyala di bawah langit yang retak.
Ni mungkin lebih alami dan baik kalo dirimu gak maksa make gpt buat proofreading paksa
Jangan dipaksa, manual aja, suruh dia koreksi/nyari typo, habis tuh benerin sendiri manual, kelihatan entar kemampuanmu yang asli ama kagak
mampir nih .
peperangan di abad serba canggih yah !