NovelToon NovelToon
Bukan Berondong Biasa

Bukan Berondong Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Identitas Tersembunyi / CEO / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Berondong
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: Jemiiima__

Semua ini tentang Lucyana Putri Chandra yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
‎Tapi muncul seseorang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
‎Apakah Lucyana berani jatuh cinta lagi?
Kali ini pada seorang Sadewa Nugraha Abimanyu yang jauh lebih muda darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Reddog

‎Bandung, 2025.

‎Hujan baru saja berhenti, meninggalkan aroma tanah basah yang samar-samar menyelinap masuk lewat celah jendela.

‎Di lantai dua gedung kaca milik PT Auralis Naturals, lampu-lampu kantor masih menyala meski jam sudah lewat pukul sembilan malam.

‎Di antara meja-meja yang mulai kosong, hanya Lucyana Putri Chandra yang masih duduk tegak di depan laptopnya.

‎Cahaya layar memantul di matanya yang mulai lelah, sementara jari-jarinya terus menari di atas keyboard, menyelesaikan laporan penjualan bulanan yang belum rampung sejak siang tadi.

‎Tumpukan kertas, sisa kopi hitam yang sudah dingin, dan ponsel yang bergetar tanpa dihiraukan. Semua jadi pemandangan biasa di meja kerjanya.

‎“Lucy, lo gak pulang?”

‎suara salah satu rekan kerjanya, Rina, memecah sepi.

‎“Sebentar lagi,” jawab Lucy singkat tanpa menoleh.

‎Beberapa karyawan lain mulai berkemas, berpamitan sambil bercanda kecil sebelum akhirnya meninggalkan kantor.

‎Begitu pintu lift menutup, ruangan itu terasa semakin sunyi.

‎Hanya terdengar suara ketikan dan dengung pendingin ruangan yang stabil.

‎Suara notifikasi ponsel memecah hening.

‎Lucyana melirik sekilas layar yang menyala di samping laptop.

‎Mama : "Teh, tong hilap transfer ka mamah 200k jang arisan enjing"

‎(Teh, jangan lupa transfer ke mamah 200k buat arisan besok)

‎Lucyana terdiam sejenak.

‎Dahi yang tadi berkerut karena laporan kini mengendur, berganti dengan helaan napas panjang yang nyaris tak bersuara.

‎Tangannya meraih ponsel, menatap pesan itu beberapa detik, lalu menekan layar dengan gerakan lambat.

‎Ia tak langsung membalas, hanya menatap angka-angka di aplikasi rekeningnya yang makin hari makin menipis, sebelum akhirnya mengetik pelan.

‎Lucy : "Muhun mah, ngke di transfer ku lucy"

‎(Iya mah, nanti lucy transfer)

‎Pesan terkirim.

‎Lucyana menatapnya sebentar, lalu meletakkan ponsel di meja, menutup mata sesaat.

‎Rasanya lelah bukan cuma di tubuh, tapi di hati.

‎Bekerja seharian penuh, lembur sampai larut malam, tapi tetap saja ada yang menunggu uang darinya di rumah.

‎Dan yang paling menyakitkan, semua orang menganggap itu sudah sewajarnya.

‎Langit Bandung sudah mulai gelap saat Lucyana menyalakan mesin mobilnya

‎Lampu-lampu kota berpendar samar di kaca depan, memantulkan sisa gerimis yang masih menempel di permukaannya.

‎Jarum jam di dashboard menunjukkan pukul 21.37.

‎Kantor sudah lama sepi, hanya satpam yang sempat melambai kecil saat ia keluar dari parkiran.

‎Sepanjang perjalanan menuju Apartemen Gateway Pasteur, radio mobilnya hanya memutar lagu-lagu lama yang terdengar seperti teman perjalanan yang setia.

‎Mobil melaju pelan melewati deretan lampu toko yang mulai padam satu per satu.

‎Lucyana menarik napas panjang, merasakan udara malam yang lembab menembus sela-sela kaca yang sedikit terbuka.

‎Dingin, tapi menenangkan.

‎Begitu sampai di depan gedung apartemen, ia memarkir mobilnya. ‎Langkahnya terasa berat saat menenteng tas kerja yang isinya — laptop, berkas, dan sisa roti dari pantry kantor.

‎Lift menuju lantai sepuluh terasa lambat malam itu, seolah ikut lelah bersamanya.

‎Sesampainya di unit, Lucy langsung melepas heels-nya di depan pintu.

‎Dia berjalan dengan kaki telanjang menyusuri lantai yang dingin, menyalakan lampu ruang tamu yang temaram.

‎Rasanya sunyi, hanya suara pendingin udara yang berdengung halus.

‎Tanpa banyak pikir, dia menuju kamar mandi.

‎Air hangat mengalir di tangannya, menghapus sisa debu dan keringat seharian.

‎Setelah berganti baju santai dan mengeringkan rambutnya, perutnya mulai terasa kosong.

‎Dia menatap jam di dinding. Jam 22.03

‎Masih ada waktu buat cari makan.

‎Setelah selesai mengeringkan rambutnya, Lucyana menjatuhkan diri ke sofa.

‎Tangannya refleks meraih ponsel, membuka ShopeeFood sambil berharap masih ada resto yang buka di jam segini.

‎Jari-jarinya menelusuri layar, menggulir deretan nama restoran yang kebanyakan sudah bertuliskan “Tutup.”

‎“Duh, jam segini yang masih buka apa sih…” gumamnya pelan.

‎Sampai akhirnya, di antara nama resto yang tutup, matanya berhenti pada satu nama.

‎Reddog Pasteur.

‎‎Foto hotdog keju mozzarella yang meleleh di layar terlihat menggoda banget.

‎Lucyana menatapnya beberapa detik, lalu tanpa pikir panjang menekan tombol Order Now.

‎Ia memilih menu Cheese Hotdog Combo, tambah Tteokbokki kecil buat pelengkap, dan segelas cola.

‎Begitu pesanan dikonfirmasi, dia meletakkan ponsel di atas meja kopi.

‎Matanya melirik ke arah balkon kecil apartemennya. Dari sana terlihat lampu-lampu jalan Pasteur yang berderet seperti bintang buatan manusia.

...----------------...

‎Di outlet Reddog Pasteur, jam sudah hampir menunjuk pukul 22.10.

‎Tiga orang pegawai lain sudah mulai beres-beres, menutup wadah saus dan membersihkan meja dapur.

‎Di balik kasir, Sadewa sedang menghitung uang hasil penjualan hari ini.

‎Raut wajahnya datar, tapi kelihatan banget dia pengen cepet-cepet pulang.

‎Tumpukan uang sudah hampir selesai dihitung ketika suara khas tablet ShopeeFood berbunyi keras di meja.

‎TING! Pesanan baru masuk!

‎Sadewa mendongak cepat, alisnya langsung naik.

‎“Apaan lagi sih, udah jam segini?”

‎Ia menatap layar dan membaca nama pemesan: Lucyana.

‎Menu: Cheese Hotdog Combo + Tteokbokki kecil + Cola.

‎“Serius, Bu Lucy? Tengah malam gini craving hotdog?” gumamnya pelan sambil menekan layar.

‎Dia menoleh ke arah dapur, berseru cukup keras,

‎‎"Bro, tahan dulu bersihinnya! Ada satu order lagi, Cheese Combo sama Tteokbokki kecil!”

‎Dari dalam, suara rekan kerjanya bersahut,

“Lah, kirain udah close order, Bangdew?”

‎“Tadi sih iya, tapi ShopeeFood-nya belum gue off-in,” jawab Sadewa agak sebal.

‎Beberapa menit kemudian, setelah pesanan selesai dipacking rapi, notifikasi kedua berbunyi di ponselnya.

‎Kali ini dari aplikasi ShopeeFood Driver.

‎Sadewa spontan menatap layar, lalu mendecak pelan.

‎“Ah, sial…”

‎Ternyata mode driver di akunnya belum dimatikan sejak siang. Dan sistem otomatis langsung kasih orderan itu ke dia sendiri.

‎Rekan kerjanya cuma bisa ngakak dari dapur.

‎“Wah, rejeki nggak ke mana, Bangdew! Sekalian nganterin, biar cepet balik!”

‎Sadewa menatap plastik pesanan di meja, lalu menghela napas panjang.

‎“Ya udahlah… keburu dingin juga kalau nunggu driver lain.”

‎Dia menggantungkan jaket hitam di pundak, mengambil helm yang tergantung di belakang pintu, dan menyalakan motor matic-nya.

‎Malam Bandung terasa dingin, tapi entah kenapa perasaan Sadewa agak berbeda kali ini. ‎Ada sedikit rasa penasaran pada nama yang barusan muncul di layar:

‎Lucyana.

‎Begitu pesanan selesai dipacking, Sadewa menarik resleting jaketnya pelan.

‎Salah satu karyawannya, Asep masih sibuk membereskan area dapur yang penuh tepung.

‎“Sep,” panggilnya sambil mengenakan helm.

‎“Cek semua sebelum pulang, ya. Pastikan freezer sama kompor udah off, pintu belakang jangan lupa dikunci.”

‎Asep menoleh cepat, sedikit bingung.

‎“Siap bangdew , eh bang rek kamana? lainna geus aya driverna?”

(eh bang mau kemana? Bukannya udah ada drivernya?)

‎Sadewa cuma mengangkat plastik berisi pesanan.

‎“Driver-nya gue sendiri malam ini.”

‎Asep tertawa kecil.

‎“Aslina ieu teh bang? Dunungan nga rangkap jadi kurir?”

(Seriusan ini bang? Bos merangkap jadi kurir?)

‎Sadewa hanya tersenyum tipis, lalu menepuk bahu bawahannya.

‎“Teu nanaon lah (Gak apa-apa). Lagian deket, sekalian angin-anginan. Daripada nunggu driver lain kelamaan.”

‎Sadewa melangkah keluar dari outlet kecil itu.

‎Udara malam Bandung menusuk kulit, bercampur aroma minyak goreng yang masih tersisa di bajunya.

‎Ia menyalakan motor dan menatap sejenak papan neon kecil bertuliskan Reddog K-Food ‎

‎Siapa pun yang melihat dari luar tak akan mengira pria berjaket hitam lusuh itu adalah pemilik tempat itu. Satu-satunya cabang Reddog yang ia bangun sendiri setelah bertahun-tahun memperbaiki hidupnya.

‎Dengan satu tarikan gas, Sadewa melaju pelan menyusuri jalan Pasteur yang mulai lengang.

‎Ia menatap nama di struk pesanan itu sekali lagi. ‎Lucyana. Unit 1004, Gateway Pasteur.

‎Motor Sadewa berhenti di depan lobi apartemen Gateway Pasteur.

‎Lampu-lampu taman berpendar redup, memantulkan embun di dedaunan.

‎Ia menurunkan helm, mengambil kantong plastik merah berisi pesanan hangat yang masih beruap, lalu melangkah ke arah pos satpam.

‎“Punten, Pak,” sapanya sopan sambil menunjukkan ponsel, “ini ada pesanan ShopeeFood buat… Lucy—eh, Lucyana, unit 1004.”

‎Satpam yang sedang duduk santai sambil menyeruput kopi menoleh malas, lalu tersenyum ramah.

‎“Oh, iya kang, biasanya penghuni sini minta taruh di pos aja. Nanti turun sendiri kok."

‎Sadewa mengangguk.

‎“Siap, Pak.”

‎Ia meletakkan kantong makanan di meja kecil dekat pintu masuk, lalu kembali membuka aplikasi untuk menekan tombol pesanan diantar.

‎Tapi sebelum jarinya sempat menekan layar, notifikasi baru muncul.

‎Chat dari pelanggan.

“A, bisa tolong antar ke depan unit aja ya? Saya lagi gak bisa turun. Nanti saya kasih tip tambahan 😊”

‎Sadewa menatap layar itu cukup lama.

‎Napaknya datar, tapi matanya sedikit berkedut antara malas dan heran.

‎Dia melirik jam di layar 22.32.

‎“Tip tambahan katanya…” gumamnya pelan sambil tersenyum miring.

‎Ia melirik ke arah satpam.

‎“Pak, katanya disuruh antar ke unit aja. 1004 ya, lantai sepuluh.”

‎Satpam itu mengangkat bahu santai.

‎“Ya udah, sok we Kang, tapi cepetan ya, udah mau lock lobi"

‎“Siap,” jawab Sadewa.

‎Ia kembali menggenggam plastik pesanan itu dan menuju lift, langkahnya pelan tapi pasti.

‎Begitu pintu lift menutup, wajahnya terlihat di pantulan logam dingin. Sedikit lelah, tapi entah kenapa kali ini ada rasa penasaran yang nggak bisa ia jelaskan.

‎Bunyi “ting” dari lift menandakan pintu terbuka.

‎Sadewa melangkah keluar, membawa plastik pesanan di tangan kanannya.

‎Koridor apartemen itu sepi hanya deretan lampu putih pucat dan aroma karpet baru yang samar.

‎Belum sempat dia mencari nomor unit 1004, pintu di ujung koridor terbuka pelan.

‎Seorang perempuan keluar sambil menunduk, matanya fokus di layar ponsel, rambutnya masih sedikit lembap sehabis mandi.

‎Kaos oversized abu muda yang ia kenakan membuatnya tampak santai tapi tetap berkelas tanpa usaha.

‎“Ah, pesanan saya ya?” katanya cepat, tanpa benar-benar menatap wajah pengantarnya.

‎Ia meraih plastik dari tangan Sadewa, senyum sekilas terukir di bibirnya.

‎“Makasih, ya. Nanti saya kasih tip-nya lewat aplikasi.” ‎‎Suaranya lembut tapi datar.

‎Sadewa hanya mengangguk kecil, tidak sempat berkata apa-apa.

‎Dalam sepersekian detik itu, pandangannya terpaku.

‎Ada sesuatu pada perempuan itu bukan sekadar wajahnya yang cantik, tapi ketenangan yang terasa asing.

‎Lucyana sudah berbalik, ‎hanya tersisa aroma lembut sabun mandi yang tertinggal di udara.

‎Pintu apartemen sudah tertutup, tapi Sadewa belum juga bergerak.

‎Di tangan kirinya, ia masih memegang bekas struk pesanan atas nama “Lucyana.”

‎Ia menatap nama itu lama-lama.

‎Ada sesuatu yang tertinggal…

‎Dan entah kenapa, ia ingin tahu apa itu.

...----------------...

Hai Hai.....

Karya ke 3 kuu, gimana? Semoga suka yaa 😍

Jangan lupa vote like dan komentar nya ya 😘✨

Have a great day all 💕

1
Drezzlle
Dewa mana mau nomor bininya di kasih temennya /Facepalm//Facepalm/
Drezzlle
cemburu nggak sih mbak Lucy 🤣
Shin Himawari
seleksi berkasss dulu ya siss kandidat calon pacar🤣
Shin Himawari
untung aja ketauan sebelum nikah kalo ni laki selingkuh ishh sok ganteng luuu
Shin Himawari
mama dea ya 🥲 masih ajaa ngeles
☕︎⃝❥⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞 ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
sekuat-kuatnya yg kelihatan diluar setiap orang punya sisi rapuhnya 🥲
TokoFebri
jangan omong. itu pasiennya lagi sakit woy..
Ilfa Yarni
jgn2 arka nih yg neror dewa soalny dia main ponsel hb s tu dewa dpt pesan
TokoFebri
eh dia mau nolong pak satpam
Alyanceyoumee
waduuuh... masa lalu biarlah masa lalu ... 🎤
Alyanceyoumee
tanya langsung wa, paling dia jawab cemburu wk... mana ada?!
Dasyah🤍
bah ketahuan deh tipu daya mu buk🤣
Dasyah🤍
wkwkw.modus lama itu buk
biby
dewa jujurlah berbagi cerita dg istrimu siapa tau ada jln keluar. maslah dewa msh jadi misteri ini
Jemiiima__: betul kak diam2 dewa banyak misterinyaa
pantengin terus yaa
terimakasih sudah membaca 😍
total 1 replies
Eva Nietha✌🏻
Ada apa dngn dewa jd penasaran
-Thiea-
gak papa lucy, jadikan ini pelajaran.
-Thiea-
cocok tu memang. sampah memang harus dibuang ke tempatnya..😄
-Thiea-
apa gak nyesek dengarnya..
-Thiea-
semoga aja ketahuan lagi sama selingkuhan..😨
nuraeinieni
penasaran,,,apa yg terjadi di masa lalu dewa,,,,,,dan ini juga dea,ngak sadar diri,marah sama lucy padahal yg salah andika.
Jemiiima__: pantengin terus ceritanyaa kak nanti di spil ya back story dewaa

dea mah ah terlalu cinta buta sama Andika 😌😂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!