Putri Huang Jiayu putri dari kekaisaran Du Huang yang berjuang untuk membalaskan dendam kepada orang-orang yang telah membunuh keluarganya dengan keji.
Dia harus melindungi adik laki-lakinya Putra Mahkota Huang Jing agar tetap hidup, kehidupan keras yang dia jalani bersama sang adik ketika dalam pelarian membuatnya menjadi wanita kuat yang tidak bisa dianggap remeh.
Bagaimana kelanjutan perjuangan putri Huang Jiayu untuk membalas dendam, yuk ikuti terus kisah lika-liku kehidupan Putri Huang Jiayu.
🌹Hai.. hai.. mami hadir lagi dengan karya baru.
ini bukan cerita sejarah, ini hanya cerita HALU
SEMOGA SUKA ALURNYA..
JIKA TIDAK SUKA SILAHKAN DI SKIP.
JANGAN MENINGGALKAN KOMENTAR HUJATAN, KARENA AUTHOR HANYA MANUSIA BIASA YANG BANYAK SALAH.
HAPPY READING...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Athena_25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PENGEJARAN
🌹Hai... hai... sayangnya mami..
Mami Athena ada cerita baru, cerita ini bertema kerajaan kuno, namun ini bukan cerita sejarah ya, ini hanya cerita halu/ fiksi jadi semua yang ada disini keluar dari kehaluan mami.
Di sini MC cewenya juga badas ya sayang, sama seperti karya mami sebelumnya.
Semoga suka ya sayang🤗
HAPPY READING...
Di balik tembok istana yang megah.
Dendam menggeliat, nyawa terancam.
Dua jiwa lari, dikejar bayang,
Di ujung gerbang, nasib tergantung.
Akankah gerbang menjadi penjara abadi,
Atau jalan menuju pembalasan.
🌹🌹🌹
Istana Kekaisaran Du Huang
"Cepat! Cari di setiap sudut istana! Keduanya pasti masih bersembunyi di dalam!"
Suara itu menggelegar, dipenuhi amarah dan ketergesaan. Pemiliknya—seorang jendral berbaju zirah yang berlumuran oleh noda darah—menghunus pedangnya, matanya menyala bagai bara.
Para prajurit berserakan, membelah kegelapan dengan obor yang memercikkan cahaya jingga. Bayangan mereka menari-nari di dinding marmer istana, seakan ikut mengejar mangsa, mereka menghancurkan vas-vas antik, merobek tirai sutra, seakan-akan dua buronan yang mereka cari bisa bersembunyi di balik debu.
" Lapor Jendral! Putri Huang Jiayu dan Pangeran Mahkota Huang Jiang tidak ditemukan di mana pun!"
Laporan itu membuat sang jendral menggeram. Tangannya mengepal, urat di lehernya menegang. " Tidak mungkin! Mereka tidak bisa menghilang begitu saja!"
Di lorong tersembunyi istana permaisuri, dua sosok kecil berpelukan. Huang Jiayu—gadis berusia tujuh belas tahun dengan mata seperti pedang tajam—menekan adiknya ke dada. Napas Huang Jiang, sang pangeran kecil, tersengal-sengal.
"Jie-jie... bagaimana ini? Apa kita bisa selamat?" Suaranya gemetar, dipenuhi ketakutan anak berumur tiga belas tahun yang baru menyaksikan ibunya tewas di tangan pengkhianat.
Jiayu mengeratkan pelukannya.
"Jiang’er, selama aku masih bernafas, tidak akan ada yang bisa menyentuhmu." Suaranya rendah, tapi berisi tekad baja.
Tapi ketakutan Jiang tak bisa di bungkam. " Paman kedua.... dia akan membunuh kita seperti dia membunuh ayahanda..." Huang Jiang menatap kakaknya, dia tertegun melihat tatapan kakaknya yang tidak seperti biasanya, mata kakaknya, memancarkan api dendam menyala-nyala.
"Kita akan kabur. Dan suatu hari... kita akan kembali untuk membalas semuanya" Jiayu Menggertakkan giginya dan mengeratkan pelukannya, seolah dia tidak ingin adiknya terlihat dari dunia yang berisi orang-orang jahat itu.
Begitu suara prajurit menjauh, mereka merayap keluar. Jiayu mulai beranjak, tangannya menggenggam erat lengan adiknya. Setiap langkah dihitung, setiap helaan napas dikendalikan.
Mereka menyusuri lorong-lorong rahasia—warisan dari ibundanya yang selalu mengajarinya jalan rahasia istana.
"Jiejie, aku takut..." Jiang bergumam, matanya berkaca-kaca.
"Tahan ketakutanmu untuk nanti," bisik Jiayu. "Sekarang, bukan saatnya untuk takut Jiang'er, kita harus fokus," Jiayu menatap adiknya dengan tatapan tajam.
Mereka tiba di taman belakang istana, di mana pohon bunga ume raksasa menjulang. Dahannya menjuntai hingga ke pagar istana. Jiayu memanjat pertama, lalu menarik adiknya naik ke atas pohon. Di kejauhan, obor-obor prajurit mulai mendekat.
" Ayo lompat" Jiayu berseru memberi aba-aba adiknya.
Mereka melesat ke udara—dan mendarat di luar istana dengan cepat tanpa menoleh, mereka berlari menuju satu-satunya tempat yang mereka percaya: kediaman Guo Chang Ming.
🌹🌹🌹
Kediaman Perdana Mentri Guo Zhi
Tok...
Tok...
Tok...
Tak berselang lama pintu terbuka, Guo Chang Ming—pemuda tinggi dengan sorot mata teduh—tersentak melihat kedua orang yang berada di hadapannya,
"Yu’er? Jiang’er? Kenapa kalian—"
"Ming-ge-ge, tolong kami!" Ucapnya masih dengan napas tersengal-sengal,
"Istana diserang! Bantu kami keluar dari ibukota!" Jiayu memohon, suaranya pecah.
Chang Ming mengangguk cepat.
"Masuklah! Kalian butuh istirahat Aku akan membantu kalian bagaimanapun caranya"
🌹🌹🌹
Aula Istana Du Huang
Huang Rong yang mengetahui bahwa kedua keponakannya bisa lolos dari istana sangat murka.
" Bagaimana kalian tidak bisa menangkap dua anak kecil itu! Dasar Bodoh!" Umpat Huang Rong dengan melempar piring porselen ke arah para prajurit,
Piring tersebut menghantam kepala prajurit yang paling depan, darah mengucur dari kepalanya, namun prajurit tersebut tidak berani bergerak hanya untuk mengelap darah itu.
Menteri Pertahanan Lan Hui mencoba menenangkan Huang Rong " Tenang Yang Mulia, mereka seperti tikus di labirin, kita hanya perlu menunggu mereka lelah bersembunyi, baru kita akan menangkap mereka,"
Perdana Mentri Guo Zhi juga ikut menenangkan,
" Yang di katakan mentri Lan benar Yang Mulia, anda tidak perlu khawatir, sebaiknya anda segera beristirahat, karena besok adalah hari bersejarah untuk anda"
Huang Rong tersenyum senang mendengar ucapan kedua mentrinya,
" Ya kalian benar, aku harus segera beristirahat karena besok adalah hari bersejarah untukku, kalian bubarlah!, urusan kedua keponakanku itu aku serahkan kepada kalian" Huang Rong melambaikan tangannya tanda mereka semua boleh pergi. Semua orang kemudian pergi dari aula menuju kediaman masing-masing.
Kediaman Guo Zhi
Semalaman Jiayu tidak bisa tidur. Pagi harinya, dia menyelinap keluar—dan mendengar percakapan yang mengubah segalanya.
"Ming’er, jika kau melihat Huang Jiayu dan Huang Jiang, serahkan dia pada ayah. Itu perintah Kaisar Huang Rong!" ucap perdana mentri Guo Zhi kepada putranya, Guo Chang Ming.
Perdana Mentri tahu bahwa hubungan putranya dan Huang Jiayu sangat dekat, sehingga dia bisa menebak, kemungkinan putranya mengetahui dimana Huang Jiayu berada sekarang.
"Ayah, mereka tidak bersalah!" Bela Guo Chang Ming, dia tidak ingin terjadi apa-apa dengan orang yang dia cintai srlsma ini.
"Kau pilih dia atau nyawa ibumu?!" Perdana Mentri mengancam Guo Chang Ming menggunakan nyawa ibunya, karena Perdana Mentri yakin bahwa putranya tidak akan tega menyakiti ibunya yang sedang sakit,
" Tap—tapi ayah" Guo Chang Ming memelas, dia tidak berdaya sekarang.
Jiayu mundur, darahnya membeku.
" Pengkhianat" Dia tidak menyangka orang yang dia sukai tega mengkhianatinya,
Dia kemudian berlari, membangunkan adiknya yang masih tidur, Jiayu segera berganti baju milik pakaian Chang Ming untuk menyamar, agar memudahkannya bergerak, dari pada memakai gaun wanita yang menyulitkan ruang geraknya.
Setelah selesai berganti pakaian dia menggenggam tangan adiknya dan berlari menuju kandang kuda dan mencuri kuda milik keluarga Guo Zhi.
Setelah berhasil mencuri satu kuda hitam yang sangat gagah, dia memukul kuda itu agar berlari dengan kencang, pengawal kediaman Guo Zhi yang melihat itu segera melaporkan hal itu kepada majikannya,
Guo Zhi memerintahkan salah satu dari mereka melapor ke istana dan pengawal lainnya mengejar Jiayu.
Jiayu yang terus memukul kuda yang dinaikinya berlari menuju gerbang ibukota,
" Aku harus bisa keluar dari ibukota bagaimanapun caranya, aku harus menyelamatkan Huang Jiang, dia harus hidup" tekadnya dalam hati.
Tapi saat mereka hampir sampai di gerbang—
" Tutup gerbangnya! Jangan biarkan siapa pun keluar!"
Prajurit berkuda baru saja sampai karena mendapat perintah dari jendral Lan Guo untuk menutup gerbang.
Gerbang raksasa mulai bergerak. Melihat pintu gerbang akan segera di tutup, Jiayu memacu kudanya lebih kencang.
" HIYAAATT!"
Kuda menderu, debu beterbangan. Jiang menjerit ketakutan. Di belakang, teriakan prajurit mendekat. Panah melesat di samping telinga Jiayu.
Dua meter lagi.
Satu meter.
Gerbang tinggal selebar badan kuda...
.
.
🌹 Hai... hai... Sayangnya Mami🤗
Hayoo.. kira-kira mereka bisa berhasil meloloskan diri?
Atau Gerbang itu akan terkunci selamanya, Dan menjadi penjara terakhir untuk kedua anak yang di tinggal mati oleh Dunia?
Ikuti terus kelanjutan ceritanya yaaa....
.
JANGAN LUPA KASIH LIKE DI SETIAP BAB, KOMEN & VOTE serta hadiah juga yaaaa
TERIMA KASIH SAYANGKU😘