Dr. Tristan Aurelio Mahesa, seorang dokter jenius sekaligus miliarder pemilik rumah sakit terbesar, dikenal dingin, tegas, dan perfeksionis. Hidupnya hanya berputar di sekitar ruang operasi, perusahaan farmasi, dan penelitian. Ia menolak kedekatan dengan wanita mana pun, bahkan sekadar teman dekat pun hampir tak ada.
Di sisi lain, ada Tiwi Putri Wiranto, gadis ceria berusia 21 tahun yang baru saja resign karena bos cabul yang mencoba melecehkannya. Walau anak tunggal dari keluarga pemilik restoran terkenal, Tiwi memilih mandiri dan bekerja keras. Tak sengaja, ia mendapat kesempatan menjadi ART untuk Tristan dengan syarat unik, ia hanya boleh bekerja siang hari, pulang sebelum Tristan tiba, dan tidak boleh menginap.
Sejak hari pertama, Tiwi meninggalkan catatan-catatan kecil untuk sang majikan, pesan singkat penuh perhatian, lucu, kadang menyindir, kadang menasehati. Tristan yang awalnya cuek mulai penasaran, bahkan diam-diam menanti setiap catatan itu. Hingga akhirnya bertemu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 25
Pagi itu, rumah Tristan kembali dipenuhi aroma harum masakan. Tiwi sedang menyiapkan sup buntut, sementara bibirnya bersenandung riang. Dari luar, semua tampak biasa, gadis ceria, nyentrik, masa bodoh, dengan tingkah seenaknya. Namun, di balik senyum santainya, otak Tiwi bekerja lebih cepat dari blender jus di dapur.
Dia sudah terlalu lama menahan diri menghadapi Arina. Setiap ejekan, ancaman, bahkan coretan hinaan di pagar rumah Tristan semua masih terasa membekas. Tiwi mungkin terlihat cuek, tapi hatinya tak pernah bisa menerima jika orang seenaknya merendahkannya.
“Arina kira dia paling pintar. Sok dokter hebat, padahal otaknya cuma penuh intrik. Aku? Aku ini ART limited edition, sekali main, harus jackpot!” Tiwi tersenyum miring. Hari ini, ia mulai bergerak.
---
Siangnya, setelah beres di rumah Tristan, Tiwi tidak langsung pulang. Ia mampir ke sebuah kafe kecil. Dari dalam tasnya, ia mengeluarkan laptop tipis. Jari-jarinya lincah mengetik, membuka beberapa jaringan yang hanya orang-orang "berani" bisa akses.
Tiwi memang punya latar belakang tak biasa. Ayahnya pemilik jaringan restoran besar, dan sejak SMA, ia sering main dengan anak-anak hacker kampus hanya demi seru-seruan. Keisengannya dulu kini jadi modal besar.
Dengan mudah, ia melacak akun media sosial Arina yang tersembunyi, juga jejak digitalnya. Butuh waktu tak lama sampai matanya membelalak puas.
“Hoh? Jadi dokter teladan itu ternyata suka check-in di hotel jam ganjil? Dengan siapa, ya?”
Tak perlu lama, Tiwi menemukan foto-foto samar Arina bersama seorang pria paruh baya yang ia kenal dr. Bima, kepala salah satu departemen di rumah sakit Tristan. Pria itu sudah punya istri dan dua anak remaja.
“Waduh, Dokter Arina, bukan cuma nyambung infus pasien, ya, tapi juga nyambung ranjang orang lain?” Tiwi cekikikan sendiri.
Namun, ia tahu Arina bukan hanya berselingkuh dengan satu orang. Maka ia lanjut menggali. Dan benar saja, beberapa hari kemudian, ia menemukan transaksi mencurigakan, transfer bulanan dari seorang pejabat daerah ke rekening Arina. Jumlahnya tak main-main.
“Lah, ini mah jelas simpanan kelas kakap. Arina, Arina… kamu pikir aku cuma bisa masak sop buntut? Salah besar.” ujar Tiwi
Dengan sekali klik, Tiwi menyimpan bukti transfer, percakapan mesra, juga rekaman telepon yang berhasil ia sadap. Semua tersusun rapi di dalam sebuah folder rahasia.
Tiwi tak berhenti di sana. Malam harinya Ia menyamar, menyelinap ke sebuah hotel dengan topi lebar dan masker. Malam itu, ia melihat langsung Arina dan dr. Bima masuk ke sebuah kamar. Tiwi dengan lihai mengambil foto dan bahkan merekam video dari kejauhan.
----
Keesokan harinya
Tiwi tidak gegabah. Ia tahu kapan harus menyerang. Malam itu, setelah makan malam bersama Tristan, ia pulang lebih awal dengan alasan “mau maskeran di rumah”. Padahal, ia sibuk menyiapkan pengiriman paket.
Bukti perselingkuhan Arina dengan dr. Bima? Ia kirim ke istri sah dr. Bima.
Bukti Arina sebagai simpanan pejabat? Ia kirim ke istri sah pejabat itu.
Tiwi menambahkan catatan anonim:
“Daripada buang uang untuk perempuan murahan, lebih baik jagain keluarga Anda. Anda pikir jika anda miskin dan jelek wanita itu mau sama anda, tentu tidak jadi yang dapat menerima anda apa adanya itu hanya istri anda dan untuk nyonya jangan mau di tipu”
Setelah semua terkirim, Tiwi rebahan di kasurnya, memasang sheet mask, dan menonton drama Korea.
“Besok pagi, dunia bakal chaos. Aku? Aku sih santai aja.”
----
Keesokan harinya, Tristan sibuk dengan jadwal operasinya. Tiwi datang seperti biasa, ceria dengan tas belanja berisi sayuran segar. Namun, suasana rumah sakit ternyata jauh lebih panas.
Seorang perempuan elegan tapi penuh amarah masuk ke lobi rumah sakit sambil menyeret tangan suaminya dr. Bima. Ia langsung menghampiri Arina yang baru turun dari lift.
“Jadi ini, ya, perempuan murahan yang kau kencani di belakangku?” teriaknya.
Arina terkejut, wajahnya pucat. “Bu, tunggu dulu, ini pasti salah paham—”
Tamparan keras mendarat di pipinya. Semua orang di lobi menahan napas.
Tak berhenti di situ, si istri sah langsung menarik rambut Arina, menjambaknya hingga ia jatuh terjerembab di lantai.
“Kau merusak rumah tanggaku! Dasar perusak keluarga!”
Perawat, pasien, bahkan dokter lain hanya bisa ternganga. Beberapa buru-buru merekam dengan ponsel. Arina menjerit, mencoba melawan, tapi tak berdaya.
“Lepaskan! Ini rumah sakit!” teriaknya panik.
Namun, si istri sah makin brutal. “Kalau berani main dengan suamiku lagi, kuhancurkan wajahmu!”
Belum reda keributan pertama, datang lagi perempuan lain, lebih tua, dengan pengawalan ketat. Wajahnya penuh amarah.
“Kau beraninya jadi simpanan suamiku, hah?!”
Arina yang sudah babak belur makin membeku. “Bu, bukan begitu, saya bisa jelaskan—”
Tapi kalimatnya terhenti karena jilbab si istri sah langsung melayang menghantam wajahnya. Pukulan demi pukulan mendarat, membuat Arina semakin hancur di depan umum.
Kali ini, keributan benar-benar meledak. Satpam dan staf rumah sakit turun tangan, tapi sudah terlambat. Video pertengkaran itu menyebar lebih cepat daripada gosip selebriti.
---
Sore harinya, rapat darurat diadakan. Dewan rumah sakit tidak bisa menutup mata. Skandal sebesar ini mencoreng nama baik institusi.
“dr. Arina, dengan berat hati kami memutuskan… Anda diberhentikan sementara, dan kasus Anda akan dilanjutkan ke ranah hukum.”
Arina menangis, memohon. “Tolong, saya dijebak! Ada yang ingin menghancurkan saya!”
Namun tak ada yang peduli. Semua bukti sudah terlalu kuat. Foto, video, transfer, dan rekaman semuanya terpampang jelas.
---
Malam itu, Tristan pulang dengan wajah gelap. Ia baru saja mendengar semua kabar. Di teras rumahnya, ia melihat Tiwi sedang duduk santai sambil makan es krim.
“Tiwi,” panggilnya pelan.
Tiwi menoleh, wajahnya polos. “Hm? Kenapa, Dok?”
Tristan menatapnya serius. “Kau tahu soal Arina? Dia dipecat hari ini. Bahkan… ada tuntutan hukum karena beberapa bukti tambahan tentang penyerangan yang pernah terjadi padamu.”
Tiwi berpura-pura terkejut, sampai es krimnya hampir jatuh. “Hah? Serius? Kok bisa, ya? Kasihan juga sih… tapi ya siapa suruh macam-macam sama aku.”
Tristan menghela napas, menatapnya lama. Ia merasa ada sesuatu yang Tiwi sembunyikan, tapi tak bisa membuktikannya.
Malam semakin larut. Tiwi Sudah pulang dan merebahkan diri di sofa kamar nya, wajahnya puas.
Tak ada satu pun yang tahu, semua ini permainan kecil darinya. Ia tidak perlu marah-marah, tidak perlu berteriak. Cukup dengan kepintarannya, Arina hancur dalam sekali gebrakan.
“Arina, ini baru peringatan. Kalau kau masih berani nyentuh hidupku atau Tristan, aku bisa bikin kau benar-benar hilang dari peta.”
Dan Tiwi, dengan wajah cerianya, tetap menjalani hari-harinya seperti biasa. Seolah tak pernah ada badai yang ia ciptakan sendiri.
Bersambung…
weezzzzz lah....di jamin tambah termehek-mehek kamu....🤭
Siapa sih orang nya yang akan diam saja, jika dapat perlakuan tidak baik dari orang lain? Tentunya orang itu juga akan melakukan pembalasan balik.
Lope lope sekebon Author......🔥🔥🔥🔥🔥
Tak kan mudah kalian menumbangkan
si bar bar ART.....💪🔥🔥🔥🔥🔥