Pernikahan yang batal membuat Namira harus menikah dengan sepupunya. Untuk menjaga nama baik keluarganya dan juga pesantren Namira tidak punya pilihan lain.
Bian, yang merupakan sepupu Namira dan juga teman masa kecilnya harus mengikuti kemauan ibunya yang memang sangat menginginkan Namira sebagai calon menantunya sejak dulu.
Karena sudah lama tidak bertemu membuat pertemuan mereka sedikit canggung dan apalagi dihadapkan pada pernikahan. Tetapi bagaimanapun keduanya pernah menghabiskan waktu di masa kecil.
Namira dan Bian sama-sama memiliki pasangan di masa lalu. Bian memiliki kekasih yang tidak direstui oleh ibunya dan sementara Namira yang memiliki calon suami dan seharusnya menikah tetapi digantikan oleh Bian. Karena perzinaan yang dilakukan calon suaminya menjelang 1 hari pernikahannya.
Bagaimana Namira menjalani pernikahannya bersama Bian yang tidak dia cintai dan sebaliknya dengan Bian.
Jangan lupa untuk membaca dari bab 1 sampai bab akhir dan jangan suka menabung Bab....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 1 Ada Rasa Kecewa
Dratt-drattt-drattt,
Suara ponsel berdering diatas nakas dengan kontak nama Mas Ferdy.
Krekkk
Pintu kamar mandi terbuka yang terlihat gadis cantik yang baru saja selesai mandi menggunakan jubah mandi berwarna putih dengan rambutnya yang masih basah.
Wanita cantik 23 tahun itu melangkah menuju nakas mengambil ponselnya, tampak senyum indah di wajahnya dan langsung buru-buru mengangkat telepon tersebut.
"Asalamualaikum Mas Ferdy," ucapnya.
"Namira aku baru saja mengirimkan foto cincin pernikahan untuk kamu, aku mengirimkan dua model kamu pilih satu ya," ucap Ferdy.
"Namira akan melihatnya nanti dan akan segera dikirim pada Mas Ferdy," ucap Namira.
"Baiklah aku menunggu," sahut Ferdy.
"Hmmmm, apa Mas sudah selesai bekerja?" tanya Namira.
"Sebentar lagi, nanti aku akan menghubungi kamu lagi. Mama dan Papa melarang kita untuk saling menelpon karena katanya pamali menuju pernikahan," ucap Ferdy.
"Namira tahu itu. Umi dan Abi juga melarang hal itu. Tetapi Mas menghubungi Namira karena ada perlu dan keperluan itu juga untuk pernikahan kita," ucap Namira.
"Baiklah Namira kalau begitu aku tutup teleponnya dulu," ucap Ferdy.
"Iya. Asalamualaikum!" ucap Namira yang akhirnya mengakhiri panggilan telepon tersebut.
Gadis cantik itu tersenyum dengan pipinya merah merona.
Tok-tok-tok.
Pintu kamarnya yang diketuk barulah membuatnya tersadar dari lamunannya.
"Siapa?" tanya Namira.
"Umi Namira," jawab Umi Kalsum yang membuat Namira langsung menghampiri pintu dengan membuka pintu berwarna putih itu.
"Kamu belum siap-siap?" tanya Umi.
"Namira baru saja selesai mandi dan tadi mengangkat telepon dari Mas Ferdy," jawab Namira yang membuat Umi menyerngitkan dahi mendengar nama Ferdy.
"Bukan berkomunikasi membahas hal lain dan Mas Ferdy tadi hanya memperlihatkan dua contoh cincin untuk pernikahan kami," Namira langsung klarifikasi sebelum langsung berpikir yang tidak-tidak.
"Baiklah kalau begitu sekarang kamu langsung saja siap-siap. Tante Farah pasti sudah menunggu kita," ucap Umi yang membuat Namira menganggukkan kepala.
Namira menutup pintu kamar kembali yang segera berganti pakaian.
***
Namira bersama Umi sudah berada di dalam mobil dengan Namira yang menyetiri mobil tersebut sangat cantik menggunakan stelan hijab dengan atasan yang dipadukan dengan rok dan hijab pashmina yang menutup auratnya yang menutupi dada.
"Bertemu di mana Umi?" tanya Namira.
"Di sana sayang," jawab Umi memberi arahan untuk membelokkan mobil tersebut di salah satu Restaurant yang membuat Namira menganggukkan kepala dan langsung mencari parkiran.
Keduanya langsung turun dari mobil yang memasuki Restaurant tersebut.
Kepala Namira dan Kalsum berkeliling mencari orang yang ingin mereka temui.
"Mbak Kalsum!" panggil seseorang yang membuat mereka melihat ke arah salah satu meja terlihat wanita yang sebaya dengan kalsium melambaikan tangannya.
Namira dan Kalsum saling melihat dengan tersenyum yang akhirnya menghampiri meja tersebut.
"Farah," sahut Kalsum yang langsung memeluk parah.
"Tante!" Namira mencium punggung tangan parah dan juga Farah memeluk Namira.
"Kamu cantik sekali Namira!" puji Farah membuat Namira tersenyum malu.
"Farah kamu mengatakan datang bersama Bian dan di mana beliau?" tanya Kalsum.
"Kak Bian ada di Jakarta?" tanya Namira.
"Iya. Itu Bian!" Farah menunjuk ke arah pria tampan yang memakai setelan jas yang sangat rapi itu dengan karismatik wajahnya yang memancarkan aura dingin.
"Tante!" sapa Bian dengan mencium punggung tangan Kalsum.
"Kamu lama-lama menjadi orang Amerika jika jarang-jarang pulang ke Jakarta," ucap kalsum mengusap-usap pucuk kepala itu.
"Tante bisa saja," sahut Bian dan melihat ke arah Namira yang membuat Namira tersenyum menganggukkan kepala.
"Bagaimana kabar kamu Namira?" tanya Bian.
"Alhamdulillah Namira baik-baik saja, Kak. Kalau Kakak sendiri bagaimana?" tanya Namira.
"Saya juga sama. Alhamdulillah baik-baik saja," sahut Bian.
"Jangan hanya berdiri saja sekarang kita duduk," sahut Farah yang membuat mereka akhirnya duduk.
"Tante pesankan makanan," ucap Farah.
"Tante jangan terlalu repot-repot kedatangan Namira dan Umi hanya sebentar saja," ucap Namira.
"Kita jarang bertemu Namira. Kalian jarang ke Jakarta dan juga kamu sangat sibuk mengurusi Yayasan," sahut Farah.
"Iya Tante, baiklah, Namira mengikut saja apa yang Tante mau," ucap Namira tersenyum. Farah juga tersenyum yang memanggil pelayan untuk membuat pesanan yang sudah mereka pesan.
"Saya sangat senang sekali jika Mbak Kalsum mengajak tiba-tiba bertemu," sahut Farah.
"Seharusnya. Mas mu juga hari ini ada Farah, tetapi karena ada pertemuan dengan keluarga calon suami Namira, jadi saya yang mewakilkan masmu," sahut Kalsum.
"Calon suami Namira?" tanya Farah dengan ekspresi wajahnya mendadak datar melihat ke arah Namira yang tersenyum malu dengan menunduk.
Bian juga melihat ke arah gadis yang duduk di depannya itu.
"Maaf sekali Farah, sungguh tidak bermaksud apapun tidak memberitahu terlebih dahulu kepada kamu. Kamu jangan tersinggung, Mama dan Papa juga belum diberitahu tentang pernikahan Namira," ucapkan Kalsum yang terlihat tidak enak kepada adik iparnya itu.
"Jadi mbak mengajak bertemu ingin memberitahu pernikahan Namira?" tanya Farah memastikan yang membuat Kalsum menganggukkan kepala.
"Insyallah pernikahan Namira akan diadakan akhir bulan ini, kami mengadakan pernikahan di yayasan pesantren yang memang tidak terlalu banyak yang diundang dan kami juga tidak membuat undangan pernikahan, hanya undangan secara langsung seperti ini," ucap Kalsum menjelaskan.
"Ternyata begitu," sahut Farah dengan tersenyum datar yang terlihat ada kekecewaan di wajahnya.
"Tante, Namira meminta doanya untuk perjalanan baru dalam hidup Namira," ucap Namira.
Farah menganggukkan kepala dengan memegang tangan Namira.
"Tante akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu dan semoga pernikahan kamu menjadi pernikahan yang sakinah, mawadah warohmah yang selalu dilindungi dan diberkahi oleh Allah," ucap Farah tersenyum dengan penuh ketulusan.
"Terima kasih Tante," sahut Namira.
Farah melihat ke arah Bian tampak tenang yang tidak ikut membahas pernikahan itu dan mulai makan ketika pelayan sudah menghidangkan makanan di atas meja.
Setelah pertemuan itu yang akhirnya membuat Kalsum dan Namira kembali pulang dengan keduanya yang masih berada di dalam mobil menuju rumah mereka.
"Umi, semenjak Kak Bian di Luar Negeri, Namira sedikit merasa ada yang berbeda. Kak Bian tampak sombong yang tidak mengajak Namira berbicara," ucap Namira.
"Namira bukan sombong tetapi beliau menghargai kamu. Kalian bukan anak kecil lagi yang sudah sama-sama dewasa dan sangat tidak pantas juga jika ketika melihat kamu memeluk kamu atau berbicara akrab dengan kamu. Walau kalian berdua adalah sepupu Tetapi kalian berdua bukan mahram," ucap Umi menjelaskan.
"Tetapi apa salahnya menyapa dan mempertanyakan siapa calon suami Namira. Namira juga ingin bertanya bagaimana tentang asmara kak Bian," sahut Namira.
"Kamu ini terlalu banyak maunya, sekarang sebaiknya kita pulang saja. Umi masih harus mempersiapkan banyak hal untuk pernikahan kamu," ucap Kalsum.
"Umi. Kalau Namira sudah menikah. Namira tetap ingin tinggal di yayasan bersama dengan Umi dan Abi," ucap Namira.
"Kalau sudah menikah yang artinya kamu harus ikut suami kamu, kamu harus ikut Imam," ucap Umi.
"Tapi pasti boleh bukan sesekali datang ke yayasan untuk melihat kabar Umi dan Abi?" tanya Namira.
"Boleh! Tetapi kamu harus meminta izin kepada suami kamu karena apapun itu segala sesuatu yang harus dilakukan harus berdasarkan izin dari suami, karena ketika seorang wanita sudah menikah maka ridho yang diharapkan adalah ridho dari suaminya," ucap Kalsum memberikan sedikit nasihat.
"Baik Umi," sahut Namira menganggukkan kepala dengan tersenyum.
Bersambung....
...Hay semua para readers. Hari ini saya upload karya baru. Semoga kalian suka dengan ceritanya jangan lupa ikuti dari Bab 1 sampai selesai, jangan suka nabung Bab ya. Jangan lupa beri like, koment subscribe dan ikuti terus........
duhh zahra jgn sampe gagal ya petnikahanmu ilham pria baik dan ga bakal mengungkit kisahmu yg telah di perkosa si ferdi