Salah Kamar

"Kenapa aku tidak diajak?"

"Aku ingin ikut kamu, kak."

"Ibu menyuruh ku tetap ikut kemanapun kamu pergi."

Begitulah Lilia menulis di buku miliknya dengan ekspresi memaksa. Hari ini Sky datang ke rumah tapi bukan untuk menjemput Lilia. Melainkan memberitahu wanita itu jika hari ini ada kesibukan di luar perusahaan. Tapi Lilia tetap ingin ikut, menarik narik Sky layaknya anak kecil merengkek manja.

"Tidak bisa, Lilia. Besok lagi ikut aku ke perusahaan. Hari ini aku benar-benar tidak bisa membawaku. Bisa tidak jangan membuat kesal." bentak Sky merasa jengkel.

"Aku merasa kamu semakin sulit diatur semenjak aku setuju menikahi mu." ujarnya membuat Lilia menghentakkan kaki ke lantai dan pergi meninggalkan Sky.

"Mengadu saja pada ibu. Adukan semuanya, dasar anak manja." teriak Sky melampiaskan kekesalan.

"Begitu ingin kamu nikahi? Aku rasa dia bukan wanita baik." Ronal baru turun dari kamarnya, dan bergabung dengan Sky di meja makan.

"Aku terpaksa, jika tidak ibu ingin bunuh diri." jawab Sky dengan malas.

Ronal mengambil roti dan selai, mengoleskan dengan santai sambil melirik wajah adiknya. "Pergilah segera, sebelum dia kembali lagi bersama ibumu. Cepat!" perintah Ronal membuat Sky segera menegak habis kopinya.

"Benar juga. Sial, aku belum sarapan." keluh Sky mulai mendengar suara ibunya keluar dari kamar.

HAPPP

Ronal tanpa aba-aba lansung memasukkan rotinya ke mulut Sky. "Anggap itu sebagai pengganjal perut. Cepat pergi, Sky." usir Ronal merasa gemas dengan Sky.

"Baik, terimakasih kak."

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Sky kembali memanggilnya kak. Tentu Ronal senang sekali mendengarnya.

"Ronal, dimana Sky?" Dari arah tangga terlihat Lilia menuntun ibunya turun.

"Sky sudah berangkat. Hari ini ada pertemuan penting dengan klien luar negeri, harus menjemput di bandara dan langsung meninjau proyek di luar kota." Ronal menjawab terlihat meyakinkan padahal jelas itu kebohongan yang baru ia rancang dadakan.

"Lilia, sudah hari ini di rumah dulu. Besok baru ikut dengan Sky. Sepertinya anak itu hari ini sibuk sekali. Tidak apa ya. Lebih baik kamu beristirahat agar tetap sehat." kata Sania menghibur Lilia dengan lembut.

"Jangan terlalu manja jadi wanita. Jika terus seperti itu yang ada perusahaan bangkrut karena pemimpinnya selalu menomorduakan pekerjaan demi menuruti wanita manja." Sindir Ronal membuat Lilia semakin kesal.

"Ronal, tidak bisakah kamu bicara baik pada Lilia? Jangan membuatnya kesal lah." tegur Sania tidak terima atas sindiran tadi.

Ronal tertawa mendengarnya. "Tante ini lucu sekali. Aku hanya bicara fakta agar pikiran anak kesayangan tante terbuka. Jika ingin ada kesibukan, kenapa dia tidak didaftarkan kuliah saja? Meskipun dia bisu, otaknya masih jalan kan?" sekak Ronal lalu pergi meninggalkan mereka.

"Aku sibuk, harus segera ke galeri. Byeeee.... "

Setelah Ronal pergi, Lilia langsung pergi masuk kamar kembali membuat Sania bergegas menyusulnya.

"Sabar, Lilia. Perkataan Ronal jangan dimasukkan ke hati. Dan sebentar lagi kamu juga akan menikah dengan Sky. Dia akan menjadi milikmu sepenuhnya." Hibur Sania agar putrinya tidak merajuk marah.

**

Dijalan raya, Sky melaju dengan kecepatan penuh. Bukan menuju kantor tapi kembali ke apartemen. Ia akan menjemput Anne supaya bisa pergi ke rumah sakit bersama.

Sampai di apartemen, dengan semangat Sky bergegas naik ke lantai tempat ia tinggal. Namun saat lift baru terbuka, ia dikejutkan dengan keberadaan Lea, sekertaris Anne yang membawa sebuah koper besar.

"Loh, Lea." panggil Sky bergegas mendekati gadis itu.

"Pagi, Tuan Sky." sapa Lea dengan ramah.

"Kamu mau kemana?" tanya Sky penasaran. Ia melihat ke arah unit yang Lea dan Anne tinggali. "Anne mana?" sambungnya ingin tahu.

"Maaf, saya mau kembali ke kontrakan karena Bu Anne sejak semalam sudah pindah dari apartemen ini." jawab Lea dengan sopan.

"Apa? Pindah?" Sky terkejut mendengarnya. "Kenapa? Ada apa masalah?" ujarnya merasa khawatir.

Mendadak wajah Lea menunjukkan kekesalan pada Sky. "Iya ada masalah dan anda masalahnya." jawab Lea dengan nada penuh kekesalan.

"Aku?" tunjuk Sky pada dirinya sendiri. "Memangnya aku berbuat apa pada Anne?"

"Masih berani tanya begitu setelah apa yang Anda lakukan pada bosku?" Lea berkacak pinggang, ingin rasanya mendepak Sky dari hadapannya. "Sudah menghamili, mengusik ketenangan Bu Anne lagi. Anda pikir kami tidak terganggu dengan kiriman aneka jenis makanan, minuman dan barang random ya Anda kirimkan, Tuan Sky? Itu sangat mengganggu kami. Apalagi anda sudah punya calon istri. Ingat itu!"

"Itukan bentuk pergantian ku pada Anne yang sedang hamil. Wajar kan?" Sky mencoba membela diri.

"Wajar bagi Anda, bagi kami tidak. Intinya Bu Anne merasa terganggu dengan ulah Anda jadi memilih pindah. Sudah ya, saya sibuk karena harus segera kembali ke kantor lagi." ujar Lea berniat masuk lift.

Tapi Sky menghadangnya. "Eh sebentar, katakan padaku, kemana Anne pindah? Ke unit lain atau apartemen lain?" tanya Sky mengorek informasi.

"Tidak tahu." jawab Lea dengan ketus. "Dia hanya mengatakan pindah ke tempat calon papa anaknya." sambung Lea lalu mendorong pundak Sky agar minggir dari hadapannya.

Sky sendiri mematung mendengar jawaban Lea.

"Calon papa anaknya?" Pria itu mencoba menelaahnya.

Anne akan menikah juga? Begitu pikir Sky, mendadak tubuhnya terasa lemas tak berdaya.

Belum sempat bertanya lebih lanjut pada Lea, pintu lift sudah tertutup rapat dan berjalan turun kebawah.

"Ahh kenapa aku telat mikir tadi." ujarnya kesal.

"Aku harus tahu dengan siapa Anne menikah? Anne tidak boleh menikah dengan pria sembarangan. Minimal sebanding lah denganku."

Sky bergegas turun ke bawah lagi. Ia harus lebih dulu sampai di rumah sakit agar tidak di tinggal oleh Anne.

"Wanita itu seenaknya sendiri. Pindah tidak bilang, mau. menikah juga tidak bilang."

Sampai dirumah sakit, mata Sky langsung tertuju pada wanita dengan dress bunga-bunga di sebrang parkiran mobilnya.

Itu adalah Anne, baru turun dari mobil dengan dibantu seorang pria yang Sky akui memang tampan.

"Jangan bilang itu calonnya?" Hati Sky terasa panas melihat mereka. Anne digandeng mesra masuk ke dalam rumah sakit dengan pria itu membawakan tas Anne juga.

"Kenapa jadi begini?" batin Sky bergegas keluar dari mobil dan menyusul mereka.

"Harusnya aku yang disana, dampingi mu dan bukan dia."

Mendadak Sky teringat dengan lagu galau yang beberapa ini masuk playlistnya. Lagu itu related sekali dengan apa yang sedang Sky alami saat ini.

"Anneee... " panggil Sky sedikit berlari mengejar mereka.

"Oh, jadi datang juga?" tanya Anne melihat kehadiran Sky.

"Tentu saja, aku ingin melihat bagaimana bentuk anakku. Pasti mirip denganku?" jawab Sky terdengar sombong.

"Oh jadi dia orangnya?" kata pria yang berdiri disamping Anne.

"Iya, aku orangnya. Kenapa? Tidak terima? Ingat ya, berani kamu macam-macam dengan Anne akan aku hajar habis-habisan." Sky berkata dengan nada tidak suka.

Wajah pria itu mendadak marah menatap Sky. Dengan pelan pria itu berkata, "Harusnya aku yang bicara begitu denganmu. Berani sekali menghamili adikku."