NovelToon NovelToon
From Duks Till Dawn

From Duks Till Dawn

Status: sedang berlangsung
Popularitas:144
Nilai: 5
Nama Author: Cherry_15

Seorang perempuan cantik dan manis bernama Airi Miru, memiliki ide gila demi menyelamatkan hidupnya sendiri, ditengah tajamnya pisau dunia yang terus menghunusnya. Ide gila itu, bisa membawanya pada jalur kehancuran, namun juga bisa membawakan cahaya penerang impian. Kisah hidupnya yang gelap, berubah ketika ia menemui pria bernama Kuyan Yakuma. Pria yang membawanya pada hidup yang jauh lebih diluar dugaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherry_15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

001. Bintang Penentu Arah

Klang! “Huft! Dinginnya! Harus kemana lagi aku melangkah!? Kakiku sudah benar-benar sakit!” keluh seorang perempuan yang baru menginjak usia dewasa, setelah menendang kaleng minuman kosong yang tergeletak di sembarang tempat.

Sudah cukup lama ia berjalan ditengah dinginnya malam gelap, sembari memikul ransel berat dibahunya, seorang diri. Hanya kilau bintang yang menemaninya, dikala deburan angin terasa bagai beribu panah yang menghunus setiap inci sel kulitnya.

Tubuhnya memang sudah terlapis jaket, namun itu tak cukup tebal untuk menjadi tameng pelindung dari hunusan angin. Perempuan dengan perawakan tinggi langsing ini, tetap menggigil sembari menggosokan kedua tangannya agar terasa hangat.

“Sepertinya aku salah pakai kostum? Tak biasanya kota ini begitu dingin! Ah, aku lupa bahwa ini sudah cukup larut!” gumamnya, berbicara sendiri sembari terus melangkah tanpa arah.

Ia terus melangkah dengan tertatih, sembari menjalarkan bola mata cokelat indah pada setiap hal yang ada di lingkungan sekitar. Berharap ada sebuah tempat, yang bersedia menampungnya.

Beribu bintang bertabur di angkasa hitam, ditemani oleh rembulan yang memantulkan cahaya mentari dari seberang belahan dunia. Gemerlap lampu kota yang tak pernah tidur juga, menambah indahnya suasana jalan.

Bibir manisnya yang dihiasi tahi lalat, atau bisa disebut sebagai choco chips pemanis, menunjukkan sebuah senyum simpul setelah merekam suasana kota dengan retina.

“Setidaknya ditengah kesengsaraanku, masih ada hal indah untuk dinikmati,” pikirnya.

Meski suhu udara teramat dingin, sekunjur tubuh perempuan itu tetap dibasahi peluh. Sebab sedari pagi, ia sudah berjalan tanpa tujuan. Wajahnya juga mulai memerah akibat rasa lelah, kepalanya pening, dan perutnya berdering meminta diisi.

Andai saja membawa uang yang cukup banyak, ia bisa singgah di sebuah kedai nyaman untuk beristirahat sambil mengisi perut. Namun sayangnya, yang ia bawa saat ini hanyalah badannya sendiri dan berbagai pakaian ganti dalam ransel. Bahkan perhiasan yang bisa dijual pun, ia tak punya. Sisa uang di dompet sederhananya, tinggal 17.000.

“Bisa makan apa dengan uang segini!?” keluhnya, mulai kehabisan asa.

Hingga langkahnya terhenti dihadapan sebuah kedai yang cukup besar, dengan tulisan besar yang tertera di dindingnya. [Makan Sepuasnya, Bayar Seikhlasnya]. Ia sedikit tertegun melihat tulisan menggiurkan tersebut, merasa ragu apakah benar bisa makan sepuasnya di kedai itu?

Namun lambungnya yang sudah terasa perih, menarik paksa kakinya untuk memasuki kedai tersebut. Tak peduli dengan uang yang ia miliki, jika kurang untuk membayar bisa bantu cuci piring saja disana sebagai gantinya.

“Selamat datang di kedai Lecho’s The Best Friend! Ada yang bisa kami bantu?” sambut dua pria berparas manis dan sinis bersamaan, dengan khas cara bicara mereka masing-masing.

Perempuan itu ragu sebelum bertanya. “Maaf, menu yang dibawah 17.000 apa ya?” ia mengoprek dompetnya sendiri, tepat dihadapan dua pria yang kemungkinan adalah pelayan kedai.

Jelas keduanya bisa melihat isi dompet pelanggan perempuan yang tampak lesu dan kelelahan. Mereka hanya saling melempar tatapan khawatir satu sama lain, seolah berdiskusi tanpa suara. Lalu keduanya menghela napas secara bersamaan.

“Anda mau makan apa, nona manis?” tanya pria berambut cukup panjang dengan hangat, sembari tersenyum manis pada perempuan dihadapannya.

“Eh?” perempuan itu kembali bertanya dengan polos, tak mengerti akan apa yang sedang terjadi saat ini.

“Sebut saja, apa yang kau inginkan!” tegas pria berbando dengan ketus dan sinis.

“Anu.. tapi,” sang perempuan mulai canggung dan gugup, merasa kehadirannya mengganggu mereka.

“Jangan bersikap kasar pada pelanggan, Leo! Terutama pada perempuan!” tegur pria berparas manis, sambil sedikit memukul pelan bahu kawan di sebelahnya.

“Baiklah. Silahkan sebut apapun yang anda inginkan, nona.” pria dingin itu, mulai mencoba bersikap sedikit lembut, sembari tersenyum kaku. Terlihat jelas bahwa ia sedang memaksakan senyumannya.

Kawan gondrongnya sempat memutar kedua bola mata malas, melihat aksi kaku tembok es itu. Lalu kembali menunjukan senyuman termanisnya.

“Kami akan membuatkan apapun yang anda mau.” ucapnya hangat.

“Tapi.. bagaimana saya bisa membayarnya?” tanya perempuan yang masih diselimuti rasa canggung bercampur ragu.

“Tak perlu hiraukan terkait bayaran. Anda bebas makan dan minum apapun yang anda mau di sini.” jawab pria manis dengan penuh kehangatan.

“Lagipula, kedai ini sudah teramat ramai pembeli sedari pagi. Hanya memberikan makanan secara gratis pada satu orang, takkan membuat kami jatuh miskin.” sambung pria dingin, masih berusaha bersikap ramah.

“Leo!” tegur kawannya lagi, entah apa kesalahan pria dingin itu kali ini.

Yang ditegur menatap sinis kawannya, mulai jengkel. “Apa lagi salahku, Picho!?”

“Bahasamu itu! Tajam dan angkuh sekali! Bisakah kau sedikit merendah!?” jawab kawan manisnya, lebih jengkel dari sang pangeran tembok es.

“Baiklah, baiklah! Maafkan aku! Namun jika kita terus berdebat seperti ini, hanya akan membuat perempuan itu mati kedinginan! Lakukanlah sesuatu, agar ia segera mengungkap keinginannya!” geram pria yang terus ditegur, mulai bosan menanti jawaban dari sang pelanggan.

“Ah, benar juga!” ucap pria manis, menyadari kesalahannya.

“Apa yang anda inginkan, nona manis? Perlu dibuatkan minuman hangat?” lanjutnya, kembali menawarkan hal sama entah sudah yang keberapa kalinya.

Perempuan yang kulitnya mulai membiru, akhirnya menangguk meski masih ragu. “Apa ada Hot Lechy Tea di sini? Saya butuh sesuatu yang hangat.” jawabnya.

Lagi, kedua pria itu saling melempar tatapan untuk beberapa saat, lalu kembali fokus pada sikap manis dan ramah mereka dalam melayani pelanggan.

“Tentu!” jawab pria manis dengan ramah dan hangat.

“Untuk menu makanannya?” tanya pria dingin yang dipaksa ramah.

“Mie kuah!” jawab perempuan itu, akhirnya bisa tersenyum manis juga dengan yakinnya.

“Baik, satu Hot Lecy Tea, juga satu mie kuah. Ada lagi tambahan?” tanya pria gondrong manis, memastikan ulang pesanan. Hanya dijawab oleh gelengan kepala dari sang pelanggan.

“Baiklah, terimakasih sudah memesan. Mohon ditunggu sebentar, ya.” pinta pria dingin datar, masih memaksakan sikap ramahnya.

Kedua pria itupun kembali ke dapur, setelah memastikan pelanggannya duduk dengan nyaman dan aman. Tak perlu waktu lama untuk menanti, makanan yang dipesan sudah tersaji. Membuat sang perempuan bertanya dalam hati, apa benar mereka hanya berdua memasak di kedai ini?

Namun itu tidaklah penting. Yang ia butuhkan saat ini hanyalah makan demi keberlangsungan hidupnya, barang hanya sampai satu malam. Tidak! Sejujurnya, ia sangat ingin hidup seterusnya. Namun dengan sisa uang yang ia miliki, apakah cukup untuk bertahan hingga esok hari?

Ia beruntung malam ini, karena mendapat perlakuan baik dari para pelayan kedai. Namun, apakah ia akan terus memanfaatkan kebaikan mereka? Jangan bercanda! Itu hanya akan menjadi hal yang memalukan, juga menjatuhkan harga dirinya.

Pikirannya pun kembali frustasi. Sembari menikmati makanan lezat, ia terus merasa khawatir akan hari esok. Menggerutu dalam hati, mengapa hal buruk ini harus terjadi?

Semua menjadi sangat berantakan, sejak tragedi itu terjadi. Sebuah tragedi pilu yang menyisakan elegi dihati. Andai tragedi ini tak terjadi, ia hanya bisa berharap cemas sembari menagis.

Dengan mata basahnya yang terpejam, terus berusaha menikmati makanan untuk menghangatkan diri. Membiarkan sel otaknya mengenang sebuah tragedi yang menimpanya tiga bulan lalu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!