Bella putri Jonathan usia 18 tahun gadis berpenampilan cupu, dibalik penampilannya itu ia gadis cantik dan cerdas namun semua itu ia sembunyikan
Alexander William Smith umur 26 tahun dijuluki king mafia berdarah dingin tidak memiliki belas kasihan dan tidak ragu ragu untuk melakukan apapun untuk mencapai tujuannya pengusaha nomor 1 didunia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anti Anti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dijual
Apa maksud Ibu? Aku tidak mau, Bu. Bukannya ada Kak Sisil? Kenapa harus aku ucap Bella?
Bukannya kamu ingin membalas budi kami telah merawatmu hingga kini? Saatnya kamu membalas, turuti kami, ujar Ibu Bela.
Tapi, Bu, aku tidak mau, ujar Bella.
Plak! Plak! Bunyi tamparan pada kedua pipi Bella.
Oh, jadi kamu mau Ibu dan Sisil hidup terlantar di jalan dan mereka menyita rumah ini untuk melunasi hutang ayah bodohmu itu? Ha! bentak Ibu Bela.
Tapi, Bu, apa tidak ada cara lain? Bella tidak mau menjadi istri ke-49 bos rentenir itu, ujar Bela memegang kedua pipinya yang terasa sakit.
Masih untung kamu, Ibu tidak jual di tempat malam sekarang. Persiapkan dirimu, bos rentenir sudah menunggumu di suatu tempat. Enak saja aku mau menikah dengan bos rentenir itu. Jangan harap sekarang nikmati hidupmu bersama suami gendutmu nanti, hahaha! ucap Sisil mencekam dagu Bela dan menghempaskan.
Kak, tolong aku, keluarkan aku dari sini, Kak. Aku tidak mau menikah dengan orang itu, his-his, ucap Bela berlinang air mata, dikunci di kamar sampai malam tiba.
Aku tidak mau hal ini terjadi. Aku harus mencari cara untuk kabur, his-his. Kenapa Ibu begitu jahat? Apa kurang selama ini aku memberikan uang hasil kerjaku? ujar Bela dalam hati, karena merasa lelah dan pusing pada kepalanya, tanpa sadar Bella pinsan, buyar,
UK-UK, bella terbatuk, ia terbangun. Seseorang menyiramkan air.
"Bagus, ya? Enak, enakan tidur di sini sekarang. Bagun dan ganti bajumu dengan ini," ujar Ibu Bela melemparkan pakaian kepada Bela.
"Ibu, aku tidak mau," ujar Bella menangis. "Yakin tidak mau? Ha! Baiklah, kalau kamu melawan," ujar Ibu Bela tersenyum licik.
"Aww, Bu, lepasin rambut Bella, sakit," ujar Bella.
"Dasar anak tak diuntung. Masih untung aku memungutmu dan merawatmu. Begini balasanmu padaku, ha!" bentak Ibu Bela.
"Apa maksud Ibu? Bukannya aku putrimu, Bu?" ujar Bela.
"He, siapa juga yang mau punya putri udik sepertimu? Hahaha... Kamu itu hanya anak pungut, dan sekarang kamu harus membalas budi," ujar Ibu Bela.
"Jadi, di mana orang tuaku, Bu?" ujar Bella.
"His... his... Aku tidak tahu. Sekarang, kamu turuti kataku atau lihat ke bawah. Dalam hitungan detik, kamu akan terjun ke bawah," ujar Ibu Bela mendorong tubuh Bella dari balkon lantai 2 kamar hingga hampir terjatuh.
"Tidak, Bu... his... his... Baik, Bella mau," ujar Bela begitu kek dari tadi, ujarnya menghempaskan tubuh lemahnya ke lantai.
"Buk... sttt... 'Aku harus kuat. Aku harus menemukan kedua orang tuaku. Kenapa mereka membuangku?' his... his..." ujar Bella dalam hati, mulai bangkit dengan kaki pincang, berjalan masuk ke dalam kamar.
"Aku tunggu di bawah. Sekarang, berganti lah pakaianmu, dandan yang cantik. Ingat itu," ujar Ibu Bela berlalu, meninggalkan Bela yang sedang menangis.
"Tak... tak... tak... bunyi hell seseorang yang sedang menuruni tangga. Seketika, seseorang yang duduk di sofa mengarah padanya."
"Udik, ya... tetap udik berdandang. Bagaimanapun, tetap jelek. Sangat tidak cocok," ejek Sisil melihat penampilan Bella baru turun tangga dengan kulit sawo dan memakai kaca mata dan pakaian ketat yang membuat Bella kelihatan aneh.
"Kamu kemarilah. Kita hampir terlambat," ujar Ibu Bela menarik tangan Bella menuju mobil. Sedang Bella beberapa kali terjatuh karena tidak terbiasa memakai heels, belum lagi pakaiannya yang ia pakai begitu membuat dia tidak nyaman. Pakaian ketat hanya sebatas menutupi dadanya, dan panjangnya hanya sampai paha, membuat ia tidak nyaman.
"Bu, kita mau ke mana?" ujar Bella karena arah jalan mereka menuju tempat yang belum pernah ia lewati.
"Kamu mengikut saja, dan ingat, jangan kecewakan saya. Anggap ini sebagai balas budi kepada saya yang telah membesarkan kamu," ujar Ibu Bela.
"Apa yang balas budi, Bu? Sejak kecil, Bela tidak pernah mendapat perlakuan seperti Ibu perlakukan Kak Sisil, dan aku dibesarkan oleh bibi, bukan ibu. Sekarang, aku sudah tahu kalau Ibu bukanlah ibuku. Ternyata, kau hanya wanita iblis yang memanfaatkan ku," ujar Bella, namun perkataannya hanya bisa di dalam hatinya, tanpa bisa diungkapkan.
"Ayo, ikut," ujar Ibu Bela menarik Bella masuk setelah mobil terparkir ke suatu tempat yang begitu asing untuk Bella.
"Bu, ini tempat apa?" ujar Bela menutup kedua telinganya karena begitu berisik.
"Jangan banyak tanya. Ayo, masuk," ujar Ibu Bela terus menarik Bella.
"Bu, pelan. Kaki Bella sakit," ujar Bella merasakan kakinya terasa akan patah memakai heels, belum lagi ia ditarik oleh ibu jahatnya itu.
Sedang di dalam ruangan, mereka bersitegang dengan hawa dingin di sekitarnya, membuat udara seakan menipis.
"CK, apa kalian ingin menipuku dengan memberikan berkas palsu?" ujar seorang yang dingin.
"Ben, urus mereka," ujar seseorang.
"Tuan, maafkan kami. Kami tidak bermaksud," ucapnya terpotong.
"Dor! Dor! Bunyi tembakan mengenai kepala pria itu hingga menghembuskan nafasnya."
"Berdeba dengan hama seperti kalian," ujar seseorang meniup ujung pistolnya.
"Kamu begitu serius, bung. Padahal aku masih ingin bermain-main," ujar seseorang di depannya.
"CK, Ben, cepat bereskan," ujar seseorang itu. "Apa kamu harus membunuh di depan para wanitaku? Lex, lihatlah mereka ketakutan."
"Ujar seseorang yang kiri-kanan pahanya diduduki wanita malam yang sedang menggoda-nya."
"CK, semua wanita sama saja," ujar Alex. "Kalian pergilah, usir seseorang pada wanitanya itu yang sedang duduk di pahanya."
"Bung, sejak kapan kamu akan menutup diri pada para wanita? Lihatlah, banyak wanita cantik yang ingin dekat denganmu, tapi kamu tolak," ujar seseorang itu.
"Kamu tahu sendiri, Felix, siapa Alex. Jika ada yang berhasil menyentuhnya, itu adalah sebuah keajaiban. Kelinci kecil itu sangat beruntung, pangerannya selalu setia menunggu-nya sampai besar," ujar Max.
"Kalian diam-lah," ujar Alex dingin. Seketika, ruangan hening.
"Ibu, mau ke mana? Bu, tolong jangan tinggalkan Bella," ujar Bella menangis ketika ditinggalkan di sebuah kamar.
"Jangan menangis, sayang. Tunggulah di sini, Ibu hanya keluar sebentar," ujar Ibu Bella licik. Tapi, Bu, Bella takut, ujar Bella. Namun, ibu jahatnya itu seakan tuli, meninggalkan dirinya di kamar itu sendirian.
"Halo, gadis manis. Akhirnya kita bertemu," ujar seorang baru masuk, mulai mendekati Bella.
"Tuan, siapa? Kenapa tuan ada di sini? Jangan dekat-dekat, tuan. Menjauhlah," ujar Bella ketika orang itu mendekatinya.
"Aku adalah seseorang yang sudah membelimu, gadis manis. Hahahaha," ujarnya tertawa melihat raut ketakutan Bela.
"Tidak, siapa bilang aku dijual? Aku tidak mungkin menjual diriku, tuan," ujar Bella memundurkan langkahnya hingga terpojok pada tembok.
"Hahahaha... Kasihan sekali gadis sepertimu, harus dijual oleh ibumu sendiri. Sekarang, kamu adalah milikku," ujarnya mendekati Bella, hendak menciumnya.
"Tuan, jangan! Pergilah!" ujar Bela berusaha memberontak, mendorong pria itu. Namun, tenaganya kalah dari pria itu.
"Akkk... Dasar jalang! Jangan pergi, kamu!" teriak pria itu marah ketika Bella menendang selangkahnya.
"Kalian, kejar dia!" ujarnya menyuruh para bawahannya.
"Hos... hos... hos... Aku harus pergi dari sini. His... his..." ujar Bela berlinangan air mata, terengah-engah berlari ke sana-ke sana, mencari jalan keluar.
"Jangan lari, kamu!" ujar para pengawal mengejar Bella. Sedang orang-orang di sekitarnya tidak perduli, mereka asik berjoget, menikmati alunan musik.
Baiklah, saya akan membantu memperbaiki penggunaan ejaan dan tanda baca pada teks yang Anda berikan. Berikut adalah hasilnya:
"Kamu mau kemana, gadis kecil? Hahaha... Jangan harap bisa keluar," ujar mereka mengepung Bella.
"Tidak, kalian harus membayar ini. Aku tidak mau pergi bersama kalian," ujar Bela tanpa sadar ia berlari ke sebuah ruangan VIP.
Tanpa permisi, Bella menerobos hingga menubruk tubuh seseorang, memeluknya erat. "Tuan, tolong saya. Mereka ingin menangkap ku, membawaku pada tuan mereka. His... his..." Tangis Bela bergetar memeluk erat pria itu tanpa tahu siapa yang ia peluk.
Sedang pria itu dan yang lain kaget ketika seorang perempuan tiba-tiba masuk dan memeluk bos mereka.
"Tuan, tolong berikan perempuan itu," ujar para pengawal bos Rentenir itu memberanikan masuk ke dalam ruang VIP.
"Tuan, tolong saya. Aku akan melakukan apapun asal tuan tidak memberikan saya pada mereka," ujar Bella memeluk erat seseorang. Seketika, orang itu mengkode bawahannya agar menyelesaikan para pengawal bos Rentenir itu. Entahlah apa yang ia lakukan.
"Astaga, perempuan itu. Apa dia sudah tidak sayang nyawa-nya?" ujar Felix berbisik pada Max dan Ben.
"Lepaskan pelukanmu, mereka sudah pergi," ucap Alex pada Bella yang memeluknya erat, meski ia merasakan sesuatu aneh terjadi pada dirinya.
Sedangkan orang yang disuruh itu tidak bergerak, membuat Alex bingung. Mendorong sedikit bahu perempuan itu, hingga... "Astaga, bisa-bisa-nya ia tidur, padahal ia dalam bahaya," ujar Alex mengamati wajah perempuan yang masih dipelukannya.
Sedang yang lain melongo melihat pemandangan di depan mereka. 🤣
Jangan lupa Like, subscribe, vote dan komen🙏🤗