Di masa tua nya, anak anak asih dengan tega nya membuang ibu nya ke tempat penitipan lansia. mereka tak ingin merawat ibu nya lagi. karena di anggap menyusahkan.
apalagi asih juga sakit sakitan, dan membutuhkan biaya pengobatan yang tak sedikit. bagaimana kisah cerita tentang asih. yuk simak bersama sama.....
kisah ini aku buat dengan penuh ketegangan, dan juga sedih ya. jadi kalau ga suka bisa langsung skip. selamat membaca!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putrinw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.28
Setelah berkenalan satu sama lain, perasaan asih mulai menghangat. Dia mengira akan Seburuk dan takut saat bertemu para penghuni lainnya. Tapi sekarang dia begitu lega, dan langsung tersenyum ramah kepada para penghuni lainnya.
"Asih, aku Mila, salam kenal ya. Seperti nya kita sepantaran." ucap seorang wanita paru baya yang menghampiri nya dengan tatapan tersenyum lebar.
"Aku asih. Salam kenal juga mbak." ucap nya dengan tersenyum ramah.
Seluruh penghuni menyambut nya dengan ramah, dan hari ini adalah hari dimana para penghuni melaksanakan kerja bakti bersama sama. Kalau yang tak bisa berjalan, atau yang masih di kursi roda akan membuat kerajinan dari bahan bahan bekas.
Arif selaku Ketua yayasan, langsung tersenyum ramah kepada Bu asih. Dan bernafas lega, sebab Bu asih mulai mau menerima keadaan nya saat ini.
"Bu asih, bagiamana kabar nya?" tanya Arif dengan tersenyum ramah.
"Baik pak Arif, Alhamdulillah." ucap asih dengan penuh kelembutan.
"Saya lega saat Bu asih mulai mau berbaur di sini, jangan sungkan untuk bertanya, atau memerlukan bantuan ya Bu. Kita semua disini adalah keluarga. ingat, ibu ga sendirian. Dan saya akan terus mendukung ibu untuk tetap bangkit." ucap pak Arif dengan tatapan tegas nya.
"Terima kasih ya nak Arif, terima kasih sudah mau menerima saya disini. Maaf kalau sifat saya sebelumnya nya sempat memberontak."
"Tidak apa apa Bu, kami sudah sangat maklum. Jadi ibu dan para penghuni yang belum bisa jalan, silahkan ke ruangan tempat kerajinan untuk belajar disana ya. Bu Imah, tolong antarkan Bu asih ke tempat pelatihan ya."
"Siap bos." ucap Bu Imah sambil terkekeh kecil.
kali ini, asih belajar tentang sampah yang di dapur ulang menjadi kerajinan tangan. membuat pot bunga, dari barang barang bekas. membuat buang dari sedotan plastik dan masih banyak lagi. Asih tersenyum riang, dan bercanda bersama Mila, yang kebetulan seumuran dengan nya.
Imah selaku pengurus, hanya memantau dan membantu para penghuni lain nya.
Aish tetap memanggil Mila, dengan sebutan mbak. sebab rasanya lebih sopan saja.
"Mbak Mila, udah lama tinggal disini?" tanya asih di sela sela pekerjaan nya, dalam membuat kerajaan bunga.
mbak Mila tersenyum tipis, lalu menatap lurus dengan pandangan yang kosong.
Saat ini usia mereka sama sama berusia 69 tahunan.
"Aku masuk kesini, saat usia ku 50 tahunan, dan itupun karena aku awalnya di jebak." ucap nya dengan tatapan sendu nya.
"Dijebak seperti apa mbak?" tanya asih dengan raut wajah penasaran
"Suamiku lah yang berulah, dia menikah lagi dengan seorang wanita di masa lalu nya. Saat itu, aku ga tau bahwa dia memasukan ku ke tempat ini. Dia menjebak menyuruh ku tanda tangan tentang harta warisan, dan aku ditinggal sendirian Disini." ucap Mila sambil menitikkan air mata nya.
Asih yang mendengar nya, langsung menepuk lembut punggung mbak Mila. Ikut merasakan kesedihan yang sama.
"Kalau kamu, gimana bisa masuk ke sini?" tanya Mila yang penasaran dengan cerita asih.
"Aku ga tau mbak, aku bingung dan kecewa juga. Aku dimasukan oleh anak-anak ku disini. mereka tak perduli sedih nya aku. Dan aku cukup begitu kecewa dan merasa sakit hati dengan perlakuan mereka. Apalagi anak perempuan ku, yang tega menjual rumah peninggalan suami ku mbak. Aku ga punya siapa siapa lagi.....hiks....aku harus jauh dari makam Suami ku." ucap asih dengan tatapan sendu dan langsung menitikkan air matanya
"Ya Allah asih. nasib kita ga jauh berbeda ya. Aku tak memiliki anak, karena kebetulan kesehatan ku, terganggu. sehingga suami ku, meninggalkan ku, demi wanita dimasa lalunya. Mulai sekarang jangan perduli kan lagi, nasib mereka. karena secara tak sengaja hubungan kalian terputus."
"Maksudnya seperti apa mbak?" tanya asih yang tak mengerti ucapan dari mbak Mila.
"Kamu belum tau, apa saja persyaratan nya. Dan tentu saja ini semua persetujuan dari orang orang terdekat kita."
"Aku ga ngerti mbak. Dan ga tau apa apa, tiba tiba udah disini aja tanpa di kasih tau kejelasan nya."
mbak Mila yang melihat asih, merasa iba. Pasti akan sangat berat saat mendengarkan Syarat apa saja yang ada disini dan apa saja persetujuan antara pihak yayasan dan pihak keluarga.
"Begini asih, setelah anak anak mu diberikan peraturan tentang yayasan ini, maka jawaban nya hanya dua. setuju dan tidak. Kalau mereka setuju, berati kamu menjadi penghuni disini, dan kalau mereka tak setuju, maka kamu bisa dipulangkan. Pak arif, atau pengurus yayasan Lebih dulu mendatangi anak anak mu. bertanya berkali kali, dan berusaha untuk membuat anak mu sadar.
Dan bila mereka tetap kekeuh dengan keputusan mereka, maka pak Arif sudah tak berbuat apa apa lagi. Disaat suatu hari nanti, kita meninggal dunia, maka anak anak mu tak akan diberitahu. mereka tak akan tau lagi gimana kabar mu. mereka tak akan pernah melihat wajah ibu mereka lagi, saat kamu sudah resmi menjadi penghuni yayasan griya ini." ucap mbak Mila dengan nafas berat nya.
Deg....
Asih yang mendengar nya tersentak kaget. Mereka benar benar tak menyayangi nya sebagai ibu. Lalu kemudian tersenyum miris.
"Asih, kamu baik baik saja. Apa kamu butuh istirahat?" tanya mbak Mila yang merasa tak tega dan melihat wajah asih yang terlihat pucat.
"Aku Gpp mbak, makasih ya, udah diberitahu. jujur aku kaget banget kalau mereka setuju dengan persyaratan ini. Kami ini orang miskin mbak, makan enak aja bisa terhitung berapa kali. Aku berjuang keras, untuk bisa menyekolahkan mereka, bertiga agar sukses, Dan mengangkat derajat orang tua nya. Tapi aku seperti nya, terlalu berharap, dan lupa bahwa hati manusia bisa berubah, seiring berjalannya waktu. Aku tak marah dengan anak anak ku mbak. Aku hanya kecewa, sebagai ibu aku merasa gagal, dan merasa sedih melihat perlakuan mereka terhadap ku. Tapi kali ini, aku belajar bahwa ikhlas adalah kunci utama nya, aku akan belajar sepeda Mbak Mila, aku harus bisa bangkit dan tunjukkan kepada mereka, bahwa ibu yang ditelantarkan bisa hidup lebih baik." ucap nya sambil menghapus air matanya.
Mbak Mila langsung menggenggam tangan nya asih, dan tersenyum tipis melihat nya.
"sudah jangan sedih sedih. Kita nikmati masa tua bersama sama ya. Sampai disalah satu kita dipanggil sang maha kuasa. Ayo dilanjut, nanti pak Arif kesini dan malah ngomel sama kita." kekeh mbak Mila sambil tertawa kecil.
Imah yang berdiri di belakang mereka sejak tadi, mendengar semua keluh kesah kedua wanita tua itu. dengan helaaan nafas berat nya, dia berharap kedua akan berteman baik disini dan akan selalu bahagia.
Kasian wita suster yg baik semoga suatu saat wita bisa ktmu ma bu asih..