Obsesi [Markchan]
Note; Bxb, rate M! Happy Reading --- Satu-satunya pintu dikunci, dan dibuang kunci ke segala arah. Haechan duduk di lantai kayu, punggungnya nempel ke dinding dingin. Nafasnya berat, dad
0
0
“Kopi, Krim dan Kamu”
Di sebuah kota kecil yang selalu macet saat hujan—meski hujannya cuma gerimis—hidup seorang gadis bernama Nara, barista magang di kedai kopi “Aroma Pagi”. Tugasnya sederhana: jangan menjatuhkan gelas,
0
1
Sumur di Belakang Rumah Mbah Ratri
Selamat membaca📖📖 Semoga kalian sukaa👻👻 ✨✨ Di sebuah desa kecil bernama Kedungwangi, ada satu rumah tua yang selalu jadi bahan bisik-bisik warga. Rumah itu milik Mbah Ratri, seorang janda berusia
0
0
Janji yang tak pernah menjadi milik kita
Hujan turun pelan ketika Raka menunggunya di bangku taman kota. Di tangannya ada dua gelas kopi satu hitam tanpa gula, satu caramel latte favorit Naya. Setiap menit yang berlalu membuat dadanya makin
0
0
Sebungkus Nasi Untuk Investasi Akhirat
Bagi seorang muslim, investasi akhirat adalah pilihan utama untuk mencapai kesempurnaan dalam keimanan, bukan semata mata hanya untuk menuju surga-Nya Allah SWT. Hal ini dirasakan oleh seorang pemuda
4
3
Menjadi Penulis Novel
Aku memulai perjalanan menulis novel ku di platform ini, aku tau tak mudah untuk menulis, membuat alur dan lainnya, tetapi aku tetap bahagia karena aku mendapatkan dukungan walau sedikit, aku merasa k
0
2
CERPEN: “Pintu di Tengah Hutan”
--- Raka selalu penasaran dengan hutan tua di pinggir desanya. Semua orang menghindarinya, katanya ada “pintu” yang muncul tiba-tiba dan hilang begitu saja. Tapi Raka, dengan rasa ingin tahu yang t
0
1
“Secangkir Teh di Senja Hari”
--- Senja itu hangat, cahaya matahari perlahan memudar di balik gedung tua kampus. Aira duduk di bangku taman, memegang secangkir teh hangat. Matanya menatap langit, tapi pikirannya jauh—pikirannya
0
1
“Jam Tangan di Meja Belajar”
--- Mira selalu menemukan jam tangan tua di meja belajarnya setiap pagi. Dia yakin ia sudah membereskan semuanya malam sebelumnya—tetapi jam itu selalu muncul lagi. Awalnya, Mira pikir ia sedang
0
1
“Pesan dari Masa Lalu”
--- Rafi menemukan kotak kayu tua di loteng rumah kakeknya. Debu menempel di sekelilingnya, dan bau kayu lapuk menyeruak ketika ia membukanya. Di dalamnya ada beberapa benda: foto hitam-putih, jam
0
1
“Surat di Bawah Pohon Mangga”
--- Setiap sore, Rania duduk di bawah pohon mangga tua di halaman sekolah. Pohon itu rindang, daunnya menari lembut diterpa angin, dan dari sana Rania bisa melihat halaman luas yang kosong kecuali
0
1
“Azan Tengah Malam”
--- Malam itu sunyi. Angin perlahan menggesek dahan-dahan pohon mangga di belakang rumah. Fira sedang belajar di kamar ketika listrik tiba-tiba padam. Klik. Gelap total. Fira menghela napas. “Ad
0
1
“Langkah yang Tertunda”
--- Namanya Safiyya. Usianya baru 19 tahun, tetapi hatinya terasa lebih tua daripada umurnya. Dia pernah jatuh terlalu dalam pada seseorang yang akhirnya meninggalkannya tanpa alasan. Sejak hari i
0
1
“Doa dari Sehelai Mukena”
--- Alya duduk di tepi tempat tidur, menatap mukena putih milik ibunya. Kainnya sudah agak kusam, benangnya sedikit terlepas di beberapa sisi, tetapi bagi Alya, mukena itu adalah harta paling berha
0
1
"Hujan Di Bawah Payung Biru"
--- Hujan petang turun tanpa henti. Jalanan sekolah mulai lengang, hanya tersisa beberapa pelajar yang menunggu jemputan. Di bawah bumbung koridor, seorang gadis bernama Liana berdiri sambil memelu
0
1
“Lukisan Terakhir di Jendela”
--- Hujan turun perlahan, membasahi kaca jendela rumah kecil di ujung desa. Di sanalah Aira selalu duduk setiap sore—di hadapan jendela yang sama—melukis sesuatu yang hanya dia mengerti. Aira buk
0
1
Pulang yang tertunda
Hujan turun sejak sore, rinai kecil yang mengetuk jendela kamar Hana seperti mengajak bicara. Ia duduk memandangi ponselnya—lebih tepatnya, menunggu pesan yang tak kunjung muncul. Dari Davin. Laki-la
0
2
Cyrien: Seni Memiliki Tanpa Izin
Malam itu turun seperti tirai beludru, menutup semua suara kecuali detak jam yang makin lama terdengar seperti napas seseorang. Di kamar sempit itu, Cyrien Seraphyne Maevara, duduk bersila di lantai,
0
1
Bayang-bayang cita-cita yang tercapai.
Tamara gadis muda yang bercita-cita tinggi demi bangsa nya. Cita-cita yang ingin menjadi seorang desainer terkenal di Asia, sejak kecil Tamara sangat suka menggambar, mengamati, dan menjahit baju untu
0
1
Episode 4 – “Upacara Penyambutan Murid Baru”
Serial Horor – Koridor yang Tidak Pernah Berakhir (Versi Sadis/Gore, Terinspirasi Corpse Party — Episode Tersadis Sejauh Ini) Pintu aula menutup di belakang mereka dengan suara BLAM yang menggema. Ru
0
1