SWL 18

Kavin POV's

Mungkin gue terkesan jahat bagi Alina. Kalian juga pasti berfikir demikian?

Iya, gue sadar akan hal itu.

Tapi, gue gak tahu kalau semuanya bakal kaya gini. Gue gak tahu kalau Alina nolak Rafa demi gue. Gue gak tahu kalau Alina punya perasaan yang sama, sama gue. Gue gak pernah berpikir kalau Alina bakal semudah itu jatuh cinta sama cowok tengil macem gue.

Gue tahu gue salah karena ninggalin Alina gitu aja tanpa pamit. Tapi, semua itu ada alasannya. Kalian gak bisa nge-judge gue gitu aja tanpa tahu alasan yang jelas.

Karena setelah gue pergi dari pertandingan basket itu, runtunan masalah seakan silih berganti hadir.

Pertama, bokap nyokap gue bertengkar hebat dan mutusin buat bercerai.

Sebenarnya pertengkaran mereka bukan hal aneh lagi bagi gue. Gue udah terbiasa dari kecil melihat mereka bertengkar. Bisa dibilang itulah salah satu alasan kenapa gue mutusin pergi dari rumah dan pindah ke Bali saat itu. Dan sepulangnya dari Bali lah, awal petemuan gue dengan Alina di mulai.

Kembali ke pertengkaran hebat yang terjadi setelah gue pulang dari pertandingan basket, nyokap mutusin untuk balik ke Yogyakarta, dimana ada rumah Nenek disana. Gue yang saat itu mencoba ngikhlasin Alina untuk Rafa pun, mutusin untuk pindah sekolah dan ikut nyokap ke Yogyakarta.

Tapi, sebelum gue ninggalin Jakarta dan juga Alina, gue pengen pamit dulu sama Alina. Walau gue sadar mungkin saat ini Alina bakal kembali ke Rafa. Gue yakin, karena cinta Alina hanya untuk Rafa.

Saat perjalanan menuju rumah Alina, gue ngelewatin kafe yang sering gue kunjungi bareng Alina. Dan sepertinya itu juga kafe yang sering Alina kunjungi dulu bareng Rafa. Ya, gue tahu itu dari Alina. Alina cerita semuanya tentang Rafa.

Begitu gue memasuki kafe itu, mata gue gak sengaja menangkap dua pasang mata yang tengah berbicara serius. Mereka adalah Alina dan Rafa. Gue gak sengaja denger obrolan mereka. Ya, walaupun gak semuanya gue denger, tapi gue udah cukup bisa narik kesimpulan dan berfikir kalau Alina bakal nerima Rafa.

Gue pergi gitu aja tanpa gue denger semuanya sampai selesai. Pikiran gue semakin kacau. Gue hancur sehancur hancurnya. Orang tua gue cerai dan gue harus kehilangan perempuan yang gue sayang, yaitu Alina. Dari situlah gue ngerasa hidup gue gak berguna. Gue sengaja blokir semua akun Alina dan juga gue sengaja keluar dari grup yang udah gue buat.

Saat sampai di Yogyakarta, gue semakin kacau. Mungkin kalian fikir saat gue di Yogyakarta gue bakal lanjutin sekolah gue. Tapi kalian salah, gue gak daftar sekolah mana pun disana. Semangat hidup gue seakan hilang. Gue hancur! Gue terluka!

Hingga suatu ketika, dia hadir kembali.

Dia bagian dari masa kecil gue, dia adalah cinta pertama gue. Tanpa gue perjelas kalian pasti udah tahu kalau itu adalah Nabila.

Ya, Nabila adalah cinta pertama gue. Berkat Nabila jugalah gue bangkit dari problematika yang ada. Nabila selalu ngedukung gue untuk bangkit, selalu nge-support gue untuk sadar kalau jalan hidup gue masih panjang.

Nabila selalu ada untuk gue disaat gue hancur dan terluka. Nabila yang memang satu tahun di atas gue pun nyaranin gue untuk ambil paket C supaya gue bisa langsung kuliah bareng dia.

Dan benar, setelah gue ambil paket C, gue langsung daftar kuliah bareng Nabila. Kami berdua di terima di Fakultas dan Universitas sama yang ada di Jakarta. Nabila senang dan gue juga ikut senang.

Tapi tanpa gue sadari, ternyata gue di pertemukan lagi dengan Alina di sana.

Gue yang saat itu ikut ospek hari pertama, gak sengaja tabrakan sama dia. Tapi gue segera pergi sebelum dia sadar kalau orang yang dia tabrak adalah gue, orang yang udah pergi ninggalin dia tanpa pamit.

Gue tiba-tiba kangen sama dia. Gue pengen nyamperin dia dan meluk dia. Tapi gue sadar, semua udah berbeda, sekarang ada Nabila. Mau bagaimana pun gue harus jaga perasaannya. Karena memang benar, Nabila adalah pacar gue. Walaupun dia sendiri yang minta supaya gue bisa nerima dia.

Gue memang sayang sama Nabila, tapi gue cinta sama Alina.

Gue kaget waktu gue liat Alina ada di Fakultas gue. Gue yang saat itu abis dari kantin gak sengaja ngeliat dia. Karena gue sadar kalau dia ngeliat gue, gue segera lari. Gue gak mau Alina ketemu gue. Gue gak mau ngerusak hubungan dia dengan Rafa. Karena saat itu gue pikir dia bakal balikan sama Rafa.

Gue ngeliat dia jalan ke arah taman dengan rasa kecewa. Jujur, gue gak tega. Dan gue gak bisa nahan hati gue lagi. Karena itu gue samperin dia dan meluk dia.

Gue gak nyangka saat dia bilang kalau dia gak nerima Rafa demi gue. Gue seneng, tapi gue juga sedih. Gue seneng karena gue tahu kalau Alina punya perasaan yang sama dengan gue.

Tapi bagaimana dengan Nabila? Gue gak bisa ninggalin dia demi Alina. Karena mau bagaimana pun Nabila berpengaruh besar dalam hidup gue.

Dia satu-satunya orang yang terus berusaha buat bikin gue bangkit. Dia satu-satunya orang yang selalu berusaha bikin gue tersenyum saat gue terpuruk. Dia satu-satunya perempuan yang menyadarkan gue bahwa jalan hidup gue masih panjang.

Dengan perasaan sedih dan tak tega, gue pergi ninggalin Alina. Gue ngerasa jadi orang paling jahat saat dia teriak nama gue tapi gue gak menoleh sama sekali.

Maafin gue Alina, gue emang cinta sama lo. Tapi ada hati yang harus gue jaga.

-------

Jangan pelit-pelit vote dan comment ya :)

Terima kasih!

-Prepti Ayu Maharani

----------------------------------------------------------

Terpopuler

Comments

nadina

nadina

kak please balikin kavin ke alina dong kak. gk rela bgt kavin sama nabila somplak itu

please y kak😭😭

2022-04-20

0

Nacita

Nacita

ternyata s kavin pecinta kakak kelas 😂

2022-01-11

0

Tantini Tan

Tantini Tan

sedih gua bacanya

2021-05-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!