SWL 7

Aku mengarahkan bola mataku mengikuti motor berwarna hitam yang baru saja masuk ke area parkir. Aku menatap sang pemilik motor dengan tatapan sendu.

Selama ini aku selalu menghindar dan menjauh darinya agar ia tidak mendekatiku lagi. Namun, setelah aku memberitahunya malam itu bahwa Kavin adalah pacarku, perlahan ia mulai menjauh dan tak lagi mendekatiku. Bahkan, untuk tersenyum pun, ia tak lagi.

Aku memang belum bisa melupakannya. Kenangan kami terlalu banyak. Dan tak mudah untuk melupakan semuanya. Mungkin saat ini dia berfikir aku sudah bahagia dengan pacar baruku. Tapi, Kavin bukan pacarku. Kavin hanya orang asing yang tiba-tiba masuk ke kehidupanku.

"Ayo, Na." Kavin mengajakku masuk setelah ia menaruh motornya di pojok parkiran.

Kavin memang selalu menaruh motornya di pojok. Katanya sih, supaya lebih mudah saat mengambilnya. Aku tidak menjawab ataupun mengiyakan ajakan Kavin. Mataku masih terus tertuju pada Rafa.

"Yaelah! Gimana mau move on kalau di liatin mulu," ujar Kavin seraya menarik tanganku untuk pergi. "Moveon Na, moveon, ada gue disini yang bisa kasih banyak cinta ke elo."

Aku menatapnya malas, "Sekarang bukan waktunya becanda, Kavin!" ucapku malas meladeninya.

Kavin menghela napas dan mengedikan bahunya lalu berjalan lebih dulu.

Aku mengikuti langkah Kavin walau ia sudah berjalan jauh dari langkahku.

Tak lama kemudian Kavin menoleh ke belakang dan menatapku tajam. "Astaga! Lama banget sih lo, kek siput!" Kavin mengampiriku dan menarik tanganku, "Ayo temenin gue."

"Kemana?" tanyaku.

"Ruang OSIS, nyerahin ini." Kavin menunjukan formulir yang sudah ia isi untuk mencalonkan diri menjadi ketua OSIS.

Aku memutar bola mataku malas lalu melangkah meninggalkannya lebih dulu. Tujuanku saat ini adalah kelas. Lagipula aku malas mengantarkannya ke ruang OSIS. Ujung-ujungnya aku akan bertemu dengan Rafa disana.

Kavin mengejarku sembari berteriak, "NA! AYO TEMENIN GUE!"

Aku tak mendengarkannya. Langkahku terus memacu hingga beberapa langkah lagi aku sampai di kelas.

"AYOO!!!" Kavin menarik-narik tanganku untuk mengikuti langkahnya menuju ruang OSIS. Karena tenaga Kavin lebih kuat, aku tak bisa melawan, akhirnya aku menyerah dan mengikuti langkahnya.

Sesampainya di ruang OSIS, Rafa belum juga datang. Akhirnya kami berdua menunggu sampai Rafa datang.

"Mana sih ketua OSIS-nya? Lama amat. Gimana sekolah mau maju, kalau ketua OSIS-nya kaya gitu. Coba aja kalau nanti gue yang jadi ketua OSIS, gue yakin sekolah ini bakal lebih maju. Percaya aja sama gue!"

Aku memutar bola mataku, "Lo ngomong udah kaya emak-emak aja. Sabar kali Vin, kan lo liat tadi dia masih di parkiran."

"Iya! kalau mantan aja, di bela mati-matian!" ucapnya namun tak ku hiraukan. Malas meladeni Kavin yang mulai kumat.

Tak lama dari itu, akhirnya Rafa pun datang. Mata kami pun bertemu, namun segera ku arahkan ke arah lain.

"Ada apa?" tanya Rafa pada Kavin.

"Ini formulir gue, gue siap untuk nyalon ketua OSIS." Kavin menyerahkan formulir itu pada Rafa.

Rafa mengangguk dan meraih formulir itu. "Dari data yang masuk, udah ada 5 orang yang daftar, termasuk lo."

Kavin mengedikan bahu, "Gak masalah, gue gak takut."

Rafa mengangguk, "Oke, bagus kalau gitu. Semoga kalau lo kepilih nanti, lo bisa mengemban tugas yang ada."

"Tentu!" jawab Kavin begitu percaya diri. Kavin menghela napas, "Yaudah yuk yang, bentar lagi bel bunyi." Kavin meraih tangaku dan keluar dari ruangan OSIS.

Rafa memperhatikanku, lebih tepatnya memperhatikan tanganku yang di genggam oleh Kavin. Aku tersenyum tipis meninggalkan ruangan itu. Meninggalkan sedikit luka dihati Rafa.

Aku berlari menuju lapangan. Saat ini jam pelajaran olahraga, dan kami di minta untuk berkumpul di lapangan sebelum Pak Danu sampai dan menyuruh kami pemanasan. Deca dan Nana sudah lebih dulu ke lapangan. Dan kini aku sendiri.

Aku mempercepat langkahku sampai aku tak sadar jika di sampingku ada seseorang yang mencoba mengimbangi langkahku.

Aku pun menoleh dan melebarkan mataku. Aku bosan melihatnya setiap hari bahkan setiap detik. Baru saja tadi kami berpisah di depan kelasnya. Dan kini, ia sudah berada lagi di sampingku. "Lo ngapain sih di sini?"

"Mau olahraga kak," jawabnya santai.

"Lo gila? Lo itu kelas 11, sedangkan sekarang jam olahraganya kelas 12."

Ia menatapku datar, "Emang kenapa kalau gue ikutan? Gue juga kan mau sehat. Gak ada larangan kan untuk olahraga? Semua orang juga punya hak untuk sehat," jawabnya.

Aku menghela napas dan mencoba bersabar, "Kavinnn, kami ini kelas 12, dan lo itu kelas 11. Lo mau di hajar sama mereka?!" tanyaku pada barisan cowok-cowok kelasku yang sudah berbaris di lapangan.

"Halah, anak IPA kan? Gue gak takut."

Aku mencoba menahan emosiku yang mulai meledak, "Kavin, mendingan sekarang lo balik ke kelas sebelum Pak Danu dateng dan marahin lo!" ucapku dengan penuh penekanan.

"Kalau gue gak mau? Lo mau apa?" tanya Kavin.

Aku tampak berfikir sebentar. "Ya, kalau lo gak mau, gue juga gak mau ikutan perjanjian lo," ucapku seraya tersenyum miring.

Kavin menghela napas panjang, "Oke-oke, gue turutin kemauan lo, calon pacar." Kavin mengedipkan matanya membuatku menatapnya geli.

"Semoga lo gak kepilih deh," ucapku lirih namun sepertinya terdengar oleh Kavin karena ia langsung menatapku tajam.

"Oke, gue balik ke kelas dulu ya," ucapnya lalu mencubit pipiku dan berlari pergi.

"KAVIN!" Teriakan itu membuat aku dan Kavin menoleh dan mencari sumber suara.

"Ada apa, Pak?" tanya Kavin pada Pak Danu yang baru saja memanggil namanya.

Pak Danu mengisyaratkan Kavin untuk menghampirinya. Kavin pun langsung menghampiri. Sebenarnya bukan hanya Kavin yang menghampiri Pak Danu, tapi aku juga.

"Ada apa ya Pak?" tanya Kavin saat ia sampai di hadapan Pak Danu.

"Bapak dengar dulu kamu kapten basket di sekolah lamamu ya? Dan bapak juga dengar kalau tim kamu sering jadi juara. Apa benar?" tanya Pak Danu penasaran.

Sebenarnya aku juga penasaran, karena aku baru tahu kalau Kavin kapten basket juga seperti Rafa. Bahkan aku baru tahu kalau Kavin bisa bermain basket.

"Iya Pak," jawab Kavin dengan percaya dirinya yang membuat Rafa menoleh. Ya, Rafa memang sudah berada di lapangan.

"Jadi, kamu benar kapten tim basket di sekolah lamamu?" tanya Pak Danu dan di angguki oleh Kavin. "Kalau begitu, Bapak ingin lihat kemampuan kamu. Coba kamu bertanding dengan Rafa, Bapak ingin lihat siapa yang paling hebat di antara kalian."

Aku tersentak mendengar ucapan Pak Danu. Yang benar saja, Kavin dan Rafa akan bertanding. Kalau Kavin kalah gimana? Bisa-bisa Rafa semakin besar kepala karena bisa mengalahkan pacarku. Ralat! Pacar pura-puraku.

"Tenang, gue gak akan bikin lo malu," bisik Kavin yang sepertinya memang tahu apa yang tengah aku pikirkan.

"Semangat! Gue yakin lo bisa," bisikku di telinganya dan langsung ia jawab dengan acungan jempol.

Pertandingan antara Kavin dan Rafa pun akan di mulai. Suasana pun menjadi ramai. Banyak sekali siswa dari kelas lain yang berdatangan untuk menonton mereka berdua. Selain karena Rafa most wanted sekolah ini, itu pun karena Kavin juga mulai terkenal dari kalangan kelas 10 hingga kelas 12.

Aku yang duduk di antara Deca dan Nana pun tampak panik dan takut. Aku takut Kavin kalah. Ayo Kavin, kamu pasti bisa!

Prittt!

Suara peluit Pak Danu menandakan jika pertandingan telah di mulai. Rafa yang sepertinya sudah memiliki tak tik pun mencoba meraih bola dari tangan Kavin.

Melihat gerak gerik Rafa, Kavin pun mencoba menjauhkan bola dari Rafa. Dan ia akan mencoba melakukan dribbling sebelum memasukan bola itu ke dalam ring.

Aku sedikit takut jika Kavin gagal memasukkan bola ke dalam ring.

Namun rupanya :

"Yeee!" teriakan itu menggema setelah Kavin berhasil memasukan bola.

Aku hanya bisa tersenyum dan sesekali mataku dan Kavin bertemu. Senyum kemenangan tercipta di wajah Kavin. Tapi, meskipun begitu, Kavin belum boleh senang dulu. Ini baru awal. Kita belum lihat selanjutnya.

"Go Kavin! Go Kavin Go! Go Kavin! Go Kavin Go!" teriak beberapa siswi kelas 11 yang sepertinya menyukai Kavin.

Ya, aku pernah melihat mereka memberikan cokelat dan bekal untuk Kavin. Namun, sepertinya Kavin tidak menyukai mereka. Karena cokelat yang mereka beri malah Kavin berikan padaku. Sedangkan bekalnya, Kavin berikan pada Mang Didin, satpam sekolah.

Pertandingan semakin tegang setelah Rafa berhasil memasukan bola ke dalam ring. Itu artinya skor antara keduanya adalah seri.

Ayo Kavin, kamu tunjukin ke Rafa kalau kamu lebih hebat dari dia. Semangat!

"RAFA, SEMANGAT! AKU YAKIN KAMU BISA NGALAHIN ANAK BARU ITU!"

Teriakan itu sontak membuatku menoleh. Rupanya itu teriakan Amara, siswi kelas 12 IPS 2. Dia sudah lama menyukai Rafa, bahkan sebelum aku jadian dengan Rafa dulu.

Dulu saat aku baru jadian dengan Rafa, dia melabrakku dan menyuruhku untuk memutuskan Rafa. Lucu memang.

"KAVINN! SEMANGAT! GUE YAKIN LO BISA NGALAHIN RAFA!" teriakku membuat Amara menoleh dan menatapku sinis.

Sebenarnya bukan hanya Amara yang menoleh ke arahku. Tetapi Rafa dan Kavin. Kavin tersenyum dan mengedipkan matanya setelah mendengarku tadi. Sedangkan Rafa, Rafa mencoba tampil biasa saja. Tapi aku bisa melihat, ada rasa kecewa di sana.

Aku kembali fokus dengan pertandingan, aku melihat skor Kavin sudah menyaingi Rafa. Aku yakin Kavin pasti menang.

Aku melihat Rafa berhasil mengambil bola dari tangan Kavin. Dan kini Rafa berjalan menuju ring dan mencoba memasukan bolanya.

Dan,

"Huuu!"

Rafa gagal memasukan bolanya, dan itupun membuatku bersorak. Baguslah, aku yakin Kavinlah yang akan memenangkannya.

Pertandingan semakin sengit. Keduanya pun semakin gencar untuk memasukan bola ke dalam ring, terutama Rafa. Mungkin karena selama ini belum ada yang menyaingi kemampuannya.

Dan sekarang, lihat, sudah ada Kavin yang akan mengantikan posisinya sebagai kapten tim basket.

Pertandingan selesai, dan benar dugaanku, Kavinlah yang memenangkannya. Tak sia-sia aku berteriak sekuat tadi.

Aku menghampiri Kavin yang tengah duduk di lantai sambil mengobrol dengan Pak Danu. Sepertinya Pak Danu suka dengan permainan Kavin.

"Bapak suka dengan permainan kamu tadi. Kamu pintar membuat strategi, dan Bapak yakin kamu bisa membanggakan sekolah ini. Apa kamu mau bergabung dengan tim basket sekolah ini, Kavin?" tanya Pak Danu pada Kavin.

Saat ini sudah berdiri di dekat Kavin, karena itu aku mendengar apa yang Pak Danu ucapkan.

Kavin terkekeh dan mengangguk, "Iya Pak, saya mau. Saya akan berusaha untuk membanggakan sekolah ini." ucap Kavin mantap.

Aku ikut senang mendengarnya.

"Baguslah, kalau gitu Bapak pergi dulu. Ingat, minggu depan kamu harus ikut latihan basket dengan tim lainnya," ucap Pak Danu dan di angguki oleh Kavin.

Setelah kepergian Pak Danu, aku pun mendudukkan diriku di samping Kavin dan memberikan Kavin sebotol air mineral. Aku tahu pasti Kavin sangat haus.

Kavin meraih minum itu dan meneguknya. Kavin pun menatapku dengan tatapan bangga. Bukan bangga padaku, tapi bangga pada dirinya sendiri karena sudah berhasil mengalahkan Rafa.

Baiklah, aku akui dia memang hebat.

"Gimana? Keren kan permainan gue? Iyalah, Kavin Artana!" ucapnya seraya menaikan kerah bajunya.

Aku memutar bola mataku malas. Aku malas melihatnya yang mulai percaya diri tinggat dewa.

"Selamat ya,"

Suara itu? Aku dan Kavin pun menoleh ke sumber suara. Menampilkan Rafa yang tersenyum dan mengulurkan tangan ke arah Kavin untuk mengucapkan selamat.

Kavin tersenyum dan membalas jabatan tangan Rafa. "Thanks, bro!"

Aku hanya bisa diam, walau aku sadar sepertinya Rafa sedang melirik ke arahku.

"Kalau gitu gue balik ke kelas ya," ucap Rafa pada Kavin.

Kavin mengangguk.

Rafa menoleh ke arahku, "Na, aku duluan."

Aku tersenyum tipis, "Iya,"

Setelah kepergian Rafa, Kavin menatapku dengan maksud meledek. Aku sudah tahu walaupun ia belum mengucapkan satu katapun. Ekspresinya sudah mewakili semuanya.

"Gak usah gitu, kesel gue!" ucapku cemberut.

"Hahahaha, gak usah cemberut juga kali Na. Nanti cantiknya ilang," Kavin menggodaku namun ku balas dengan tatapan tajam.

"Kenapa sih dia pake nyamperin kesini segala?!"

Kavin tertawa, "Ya biarin kali Na. Suka-suka dia."

Aku menatapnya kesal, "Kok lo jadi belain dia sih?"

"Kan dia bakal jadi tim gue," Aku segera memasang wajah cemberut mendengar ucapannya, "sekaligus saingan gue buat dapetin lo," lanjutnya.

Lagi-lagi pipiku merona dibuatnya. Aku pun meraih botol minumku tadi dari tangan Kavin, "Gue balik kelas dulu." Aku bangkit dan berjalan pergi.

"Oh ya Na, gue denger-denger, lo suka nulis novel ya?"

Langkahku terhenti dan menoleh ke arahnya."Tau dari mana lo?"

"Apa sih yang gak gue tau tentang lo," ucapnya sombong.

Aku memutar bola mataku malas, "Halah, paling juga dikasih tau Anan."

Kavin pun tertawa membenarkan. Sudah ku duga.

"Sejak kapan lo suka nulis? Ternyata orang kaya lo suka nulis juga ya? Gue kira hobi lo cuma tidur." ucap Kavin seenaknya.

"Enak aja! Emangnya lo, dikit-dikit molor, dikit-dikit molor," ucapku sesuai fakta dan membuat Kavin tertawa.

"Lo belum jawab, sejak kapan lo suka nulis?" tanyanya lagi.

"Sejak putus," jawabku datar.

Kavin tertawa keras, "Ternyata putusnya lo sama Rafa ada faedahnya juga ya. Hahaha," ucap Kavin. "Oh ya Na, pulang sekolah ini lo mau ikut gue gak?" tanya Kavin.

"Kemana?"

"Ke suatu tempat yang gue yakin lo pasti suka. Percaya deh sama gue," ujarnya. "Oh ya, tapi lo sekolah bawa laptop kan?" lanjutnya.

"Bawa. Emang mau kemana sih?" tanyaku semakin bingung.

"Udah ikut aja, nanti lo bakal seneng. Gue jamin!" lanjutnya.

"Awas ya kalau sampai bikin gue kecewa," ucapku.

"Enggak, gak akan. Yaudah balik ke kelas gih. Ntar gue tunggu di parkiran."

Aku mengangguki ucapan Kavin dan melangkah pergi menuju kelas karena sebentar lagi akan pergantian jam pelajaran. Dalam hati aku bertanya, untuk apa Kavin menanyakan laptop? Jangan-jangan dia mau merampok laptopku dan menjualnya di jalan.

-------

Jangan pelit-pelit vote dan comment ya :)

Terima kasih!

-Prepti Ayu Maharani

------------------------------------------------------

Terpopuler

Comments

Nala Ratih Soemarna

Nala Ratih Soemarna

Jangan-jangan sebenarnya si Alina salah paham sama si Rafa? knp Alina gk mau dengerin penjelasan si Rafa dulu. Tapi salah si Rafa juga sih ingkar janji, udah di tungguin lama2 gk dateng2 malah ada di jalan lagi meluk cewek, meski belum pasti itu selingkuhannya atau cuma sodaranya 😑

2024-02-24

0

atmaranii

atmaranii

aku pdamu kavin.. ku suka gayamu n ktngilanmu🤣🤣🤣

2021-04-15

0

Ňáœmí

Ňáœmí

percakapan satu sama lainnya banyakin ya thor
jangan terlalu cerita sendiri
kayak kebanyakan kata Aku ..🙏🙏

2021-02-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!