SWL 14

Setelah empat hari kami mengikuti ospek, akhirnya kami mampu menyelesaikannya. Dan hari ini saatnya aku dan yang lainnya untuk fokus dengan materi yang akan di hadapi.

Aku yang sudah datang sejak pukul 7:30 tadi tampak menunggu Alia datang. Namun Alia belum juga datang hingga detik ini. Padahal banyak mahasiswa lain yang sudah datang.

"Hai,"

Uluran tangan mengarah ke arahku, dengan cepat aku membalas jabatannya dan tersenyum.

"Nama gue Yoga, calon cogan di kelas ini. Nama lo siapa?" ucap laki-laki bernama Yoga tersebut.

"Alina," jawabku sembari tersenyum.

"Lo sendirian aja?" tanyanya seraya menarik kursi di sebelahku untuk dia duduki.

Aku mengangguk, "Gue lagi nungguin temen gue, tapi sampai sekarang belum dateng juga."

Yoga tertawa, "Mogok kali di jalan. Atau gak, emang orangnya lemot, haha." Yoga tertawa renyah membuatku ikut tertawa.

"Alina!" teriak Alia dari arah pintu membuat beberapa orang yang ada di kelas pun ikut menoleh ke arah pintu.

Alia berjalan menghampiriku, "Na, Na, tau gak? Tadi gue ketemu diaaa. Astaga Na, dia jalan sama cewek. Na, sakit Na hati ini Na."

"Mungkin temennya kali," ucapku mencoba berpikir positif.

Alia menggeleng, "Gak mungkin, Na! Gak mungkin!"

Yoga sedari tadi memperhatikan Alia pun nampak pusing melihatnya, "Ini, temen lo?" Yoga bertanya padaku seraya menunjuk Alia.

Aku mengangguk.

Merasa dirinya di tunjuk, Alia pun menatap Yoga tajam, "Kenapa? Gak suka? Yaudah si, gue juga gak berharap di sukai sama lo." Alia melipat kedua tangannya di depan dada.

"Sadeessss!" Yoga menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Alia.

"Siapa sih Na, dia?" tanya Alia menunjuk Yoga.

Aku mengulas senyum, "Yoga, kenalin ini Alia. Alia, kenali ini Yoga."

Mereka berdua hanya saling melihat tanpa ada niatan untuk berjabat tangan.

Alia menoleh ke arahku, "Oh ya Na, tadi waktu gue kesini 'kan naik Grab. Terus nama drivernya Kavin. Jangan-jangan itu Kavin yang lo maksud Na?" ucap Alia membuatku tertawa.

"Nama Kavin tuh banyak. Masa iya dia sekarang alih profesi jadi tukang ojek," aku tertawa, "eh, tapi gak menutup kemungkinan sih. Nama drivernya Kavin siapa?" tanyaku penasaran.

Alia tampak mengingat-ingat, "Kavin apa ya? Lupa gue Na," jawab Alia.

Yoga mendekat ke kami, "Kavin siapa sih?"

"KEPO!" ucap Alia yang sepertinya sangat kesal dengan Yoga.

Yoga memutar bola matanya, "Males gue ngomong sama lo," Yoga beralih menatapku, "Oh ya Na, lo yang hari pertama ospek pulang bareng ketua BEM itu bukan sih Na?" tanya Yoga tiba-tiba membuat Alia terperangah.

"BENERAN?!" tanya Alia.

"Kok lo tau Ga?" tanyaku pada Yoga.

Yoga mengangguk, "Waktu itu gue juga lagi nunggu bis di halte. Terus Arga dateng nyamperin lo kalau gak salah. Iya 'kan?" tanya Yoga memastikan dan akhirnya ku angguki.

Alia tertawa, "Asekkkk! Gercep juga ya Kak Arga," ucap Alia membuatku memutar bola mataku malas.

"Selamat pagi," ucap seorang laki-laki berusia paruh baya yang masuk ke kelas kami. Aku yakin itu pasti dosen yang mengajar di sini.

"Kantin yuk," ajak Alia padaku setelah Pak Purbi yang mengajar kami keluar dari kelas.

Aku menyanggupi ajakan Alia dan bangkit dari tempat dudukku.

"Al, Na, mau kemana?" tanya Yoga saat kami akan meninggalkan kelas.

"Kantin. Mau ikut?" tanyaku.

"Titip minum aja deh kalau balik," ucapnya dan ku angguki.

Selama perjalanan menuju kantin. Aku merasakan hal yang berbeda. Semuanya terasa berbeda. Semuanya terasa asing bagiku dan juga Alia. Tentunya dengan teman baru, tempat baru dan juga suasana baru.

"Al, lo belum ngasih tau nama cowok lo itu," ucapku di sela-sela perjalanan kami.

Alia menghela napas, "Namanya Rehan, Na. Lo jadi mau nemenin gue ke sana?"

"Jadi, mau kapan?"

Alia melihat jam yang melingkar di tangannya, "Sekarang?" tanya Alia dan langsung ku angguki. Aku ingin masalah Alia cepat selesai. Semoga saja, setelah itu Alia bisa membantuku mencari Kavin.

Kini aku dan Alia sudah berada di gedung jurusan Manajemen. Tak terlalu jauh dengan gedungku. Setidaknya aku dan Alia masih punya waktu istirahat lama.

Aku dan Alia pun segera masuk dan mulai mencari keberadaan Rehan.

"Permisi," Alia menghentikan salah satu mahasiswa jurusan manajemen yang kebetulan berpapasan dengan kami. "Maaf, kalau boleh tau lo kenal sama Rehan gak?"

"Rehan siapa? Di sini Rehan ada banyak," ujar mahasiswa itu.

"Rehan Aditya," jawab Alia padanya.

"Oh, Rehan Aditya? Dia mah satu kelas sama gue," ujar mahasiswa tadi.

Alia tersenyum lega, "Oh ya? Dia sekarang dimana?"

"Di kantin kayanya. Yaudah kalau gitu gue pergi dulu ya, ada urusan."

Alia mengangguk, "Oke-oke, makasih banyak ya."

Aku dan Alia pun bergegas menuju kantin mereka. Sebenarnya aku dan Alia tidak tahu letak kantin mereka sebelah mana. Namun kami berdua akan mencoba mencari.

Tak lama mencari, akhirnya kami pun menemukan kantin tersebut.

Alia menghentikan langkahnya, "Gila Na, kenapa isinya cowok semua. Malu gue,"

Aku mengangguk membenarkan, "Sama, gue juga malu Al."

"Masa kita mau balik lagi. Nanggung banget."

Aku menghela napas, "Yaudah kita lanjut aja," ucapku seraya melangkah lebih dulu namun di tahan oleh Alia.

"Balik lagi aja yuk?" ujar Alia membuatku memutar bola mata malas.

"Gak, kalau kata gue, mending kita lanjut. Udah, ayo. Lagipula ibu kantinnya cewek kok. Jadi tenang aja, kita bukan cewek sendiri di sana," ujarku yang akhirnya di setujui oleh Alia.

Hingga akhirnya Aku dan Alia berjalan memasuki kantin itu dan berpapasan dengan mahasiswa lainnya. Yang membuatku terkejut adalah, aku berpapasan dengan satu pasang mata yang tak asing lagi. Tidak, ini tidak mungkin. Aku hanya salah liat. Dia tidak mungkin disini. Dia kan seharusnya kelas 12. Tapi, wajah itu?

"Kavin?"

Aku seakan diam mematung. Benarkah? Benarkan barusan aku berpapasan dengan Kavin?

"Na, kamu liat Kavin disini?" tanya Alia yang ikut bingung karena mendengar aku menyebut nama Kavin.

"Al, cowok barusan mirip banget sama Kavin. Tapi masa iya itu Kavin? Seharusnya kan dia baru aja naik kelas 12," ucapku dengan rasa penasaran yang begitu hebat.

Alia pun terlihat penasaran juga. "Yaudah sekarang lo kejar dia. Biar gue di sini sendiri."

"Lo yakin?"

Alia mengangguk, "Gue udah liat Rehan kok. Udah sana lo kejar dia. Nanti kita ketemu di taman jurusan aja."

Aku mengangguk, "Yaudah gue pergi dulu ya," ujarku. Aku pun berlari mengejar seseorang yang sangat mirip dengan Kavin.

Dimana laki-laki tadi? Aku berusaha mengingat warna bajunya. Dan, itu dia!

"Kavin!" teriakku membuat beberapa orang menoleh, termasuk laki-laki itu.

"Lo manggil gue?" tanya laki-laki yang ku pikir adalah Kavin.

"Oh, maaf. Gue pikir lo teman gue. Maaf ya," Aku tersenyum dan melangkah pergi.

Ternyata aku salah. Dia tidak mirip dengan Kavin. Akhirnya aku pun memutuskan untuk langsung ke taman jurusan saja sembari menunggu Alia selesai dengan urusannya.

Dengan langkah kecewa aku bejalan menuju taman. Sedih, ku pikir aku bisa bertemu lagi dengan Kavin. Ternyata aku salah. Semua hanya ilusiku saja. Kavin tak ada disini, dan Kavin tak mungkin ada disini.

Ia sudah pergi. Ia sudah pergi dengan meninggalkan luka.

"Alina,"

Deg!

Aku menoleh,

"Ka-Kavin? Kavin ini beneran lo?" ucapku yang masih tak menyangka jika orang yang berada di hadapanku adalah Kavin Artana. Laki-laki yang aku cintai.

-------

Jangan pelit-pelit vote dan comment ya :)

Terima kasih!

-Prepti Ayu Maharani

----------------------------------------------------------

Terpopuler

Comments

Nacita

Nacita

masi bingung, hbgn sm s rafa gmn?

2022-01-11

0

maura shi

maura shi

knpa q jadi kasian ya ama rafa
poor rafa :(

2020-07-10

0

(`⌒´メ) HONEY BEAR ✧ 🦕

(`⌒´メ) HONEY BEAR ✧ 🦕

Kavin missss🙂

2020-07-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!