Hujan tengah melanda ketika event berlangsung. Hatiku merapalkan doa, semoga saja saat nanti acara telah usai hujan sudah reda.
Event kali ini adalah peresmian sebuah perusahaan baru, yang hadir adalah beberapa pejabat setempat juga tentunya karyawan dari perusahaan itu sendiri. Meski aku hanya melayani para undangan yang hadir itu tidak menyurutkan niatku untuk menyimak dan belajar ilmu dari mereka-mereka yang ahli juga tentunya adalah orang-orang sukses. Yah kali saja aku nanti bisa ketularan seperti mereka yang sukses, batinku.
Aku sudah begitu hafal dengan cara kerja sebagai seorang waitress dan tak perlu di suruh oleh atasanku, begitu jam makan telah dimulai aku kini segera mengerjakan serving menu sebab kali ini bukan lagi prasmanan melainkan tiap menu wajib diantar satu persatu kepada tamu undangan.
Cukup melelahkan tapi semua seolah sirna sebab keramahan tamu undangan yang tersenyum juga berucap terimakasih saat aku mengantar dan meletakkan menu makanan mereka diatas meja, itu artinya mereka sangat menghargai kerja kerasku.
Hampir pukul sepuluh malam acara dan tugasku telah usai, namun hujan masih saja mengguyur tempat ini. Tadi niatnya pulang aku ingin pesan ojek online tapi dengan situasi yang seperti ini rupanya mustahil untuk mendapatkan transportasi itu.
Aku mendesah seraya mengeluarkan ponselku dari dalam tas. Sandy, nama itu yang kini tertera pada layar ponselku begitu sesaat setelah ponselku hidup. Ada beberapa pesan Wa darinya yang menanyakan aku sudah pulang atau belum, keluar dari hotel jam berapa dan akan pulang naik tranportasi apa?
Jari-jariku kini mengetikkan balasan kepadanya, aku memberitahukan bahwa aku terjebak hujan dan masih berada di area hotel.
Tak lama setelah pesan terkirim kini aku memperoleh balasan yakni Sandy langsung saja menelponku.
"Assalamualaikum ya Sandy?"
"Wa'alaikum salam. Ayu kamu jangan kemana-mana dulu, biar aku kesitu yang jemput kamu."
Seketika tanpa menunggu jawabanku Sandy mematikan sambungan telpon dan kini ponselku muncul pesan notifikasi.
from Sandy
Aku jemput kamu.
Aku mulai berpikir mempertimbangkan situasi, kemungkinan untuk mendapatkan ojek online adalah mustahil sedangkan tempat tinggal Sandy adalah tidak jauh dari sini, jadi aku kini memilih untuk mengiyakan tawarannya sebab kalau dipikir lagi hari semakin malam.
Segera aku berjalan menuju keluar, tak mau jika nantinya Sandy yang menungguku terlalu lama. Begitu aku melewati loby hotel suara teriakan seseorang dari arah belakang kini memanggilku, sontak saja aku yang terkejut kini menghentikan langkahku dan menoleh pada sumber suara.
"Pak Akram," ucapku lirih.
Dia berjalan cepat hingga pada akhirnya sampai dan berdiri di hadapanku.
"Kenapa Pak?" tanyaku panik.
"Ayo pulang sama saya, kamu pasti belum dapat transportasi untuk pulang kan?" ucapnya.
Aku menggeleng.
"Ya sudah kalau begitu tunggu apalagi, keburu hujan makin deras," ucap Pak Akram berjalan mendahului.
"Tapi Pak?"
"Tapi apa, gak perlu sungkan kita searah," ucapnya sejenak menoleh padaku, karena aku tak kunjung mengikutinya kini Pak Akram berjalan kembali ke arahku seraya menarik pergelangan tanganku untuk mengikuti langkahnya menuju tempat parkir.
Begitu sampai ditempat parkir Pak Akram langsung mengulurkan helm padaku dan mengatakan, "Aku hanya punya satu mantel, kita pakai berdua ya."
Aku mengangguk dan tersenyum simpul, saat Pak Akram mengenakan mantel dengan model kelelawar tak sengaja arah pandangku kini menoleh ke sekitar tempat parkiran, ku lihat Sandy tengah berdiri di atas motornya menatap aku juga Pak Akram.
Ada rasa tak enak yang menyelubungi hatiku yakni berkata jujur pada Pak Akram bahwa ada Sandy yang datang menjemputku atau tak berkata apa-apa, tetap diam sampai Pak Akram mengantarkan diriku pulang ke rumah.
"Ayu ayo naik," ucap Pak Akram yang ternyata sudah naik di atas motornya.
Aku menggangguk, dengan langkah ragu aku mulai menaiki jok motor Pak Akram dan tentu saja dengan berat hati kini aku mengabaikan Sandy yang tersenyum simpul menatapku sampai aku tak melihatnya lagi saat mulai menyusup dalam belakang mantel milik Pak Akram.
Pak Akram tanpa mengucapkan apapun kini mulai melajukan motornya keluar dari area hotel. Motor melaju meski dengan kecepatan pelan sebab hujan kini makin deras mengguyur kami. Punggung juga bagian kakiku sudah basah, untung saja tadi sepatuku sudah aku masukkan dalam tas yang berlapis plastik.
"Makin deras, mau berteduh dulu gak?" tanya Pak Akram yang suaranya terdengar samar sebab aku berada dalam mantelnya dan lagi tak bisa melihat situasi di jalanan.
"Terserah Bapak saja," sahutku.
Motor kini mulai menepi dan berhenti pada sebuah ruko. Akupun segera turun dari atas motornya disusul oleh Pak Akram. Cuaca benar-benar gak bersahabat, selain hujan deras kini juga angin berhembus kencang.
"Mau lanjut tapi saya takut malah membahayakan kamu," kata Pak Akram yang kini mengusap wajahnya yang basah karena air hujan.
"Gak papa Pak lagian anginnya juga keceng banget," sahutku disertai menahan tubuhku yang tengah menggigil kedinginan.
Pak Akram terkejut melihatku demikian, sontak tangannya terulur mengusap pipiku. "Badan kamu dingin kayak gini?" ucapnya terdengar khawatir.
Dengan segera Pak Akram membuka mantel yang masih dia pakai, lalu melepas jaketnya dan memberikannya kepadaku untuk kukenakan.
"Pak gak usah," sergahku tapi Pak Akram tetap memaksa.
"Aku gak mau nanti disalahkan karena bawa anak orang sampai mati kedinginan," ucapnya menarik resleting jaket hingga sampai dada.
Mata Pak Akram kemudian mengedar, sekitar sini memang cukup sepi mungkin karena hujan dan jam sudah hampir larut hadi tak banyak orang yang keluar rumah. Kini pandangan mata Pak Akram tertuju pada sisi bahu jalan tepatnya adalah warung tenda dan dengan segera dia berujar sambil menunjuk tempat itu. "Kita cari sesuatu yang bisa dimakan dulu disana."
"Tapi saya gak lapar Pak," sahutku.
Pak Akram menoleh menatapku. "Sambil menunggu agak reda kita cari kehangatan dulu disana," ucapnya lalu naik keatas jok motornya, tentunya setelah dia mengenakan mantelnya.
Mulutku sedikit terbuka, terkejut. Cari kehangatan, apa maksudnya? tanyaku dalam hati.
"Ayo!" Ajak Pak Akram yang sudah menghidupkan motornya. Dengan perasaan ragu dan bertanya-tanya, aku mengikuti perintahnya.
Motor melaju berputar arah pada belokan dan kini berhenti di warung tenda. Pak Akram berjalan memimpin dan aku mengikutinya dari arah belakang. Kuperhatikan di dalam warung tenda ini terdapat beberapa orang yang tengah menikmati beberapa jenis makanan yang tersaji di atas meja.
Usai Pak Akram menyuruhku untuk duduk, dia kini berujar pada pemilik warung. "Bang pesan dua gelas susu jahe hangat."
Sontak aku menepuk keningku dan baru nggeh kehangatan yang dimaksud ialah menu yang tersaji dari pemilik warung tenda, yang tak lain dan tak bukan adalah dua gelas susu jahe hangat yang kini telah tersaji di atas meja.
To be Continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Aqiyu
ngomong aja Yu kalo dah dijemput teman kan kesian Sandy nya
2022-01-01
1
Lili Faiz
kok aku jadi i'lfill sama si ayu ya....
2021-12-29
1
Sukma Supriatna
bocil kismin dah mulai banyak tingkah nih😯
gmn si othor maah
2021-11-14
0