"Idih senyum-senyum," celetuk Sarah seraya menyenggol lenganku.
"Apaan sih!" kataku berkilah.
"Lihat apaan sih?" ucap Sarah sambil melongok kedepan mencari-cari apa yang sedang aku perhatikan. "Gak ada apa-apa," ucapnya selanjutnya.
Aku mengangkat kedua bahuku kemudian berbalik badan, mengalihkan keinginantahuan Sarah.
"Kamu kemarin sampai rumah jam berapa?" ucapnya yang kini mengikuti langkahku.
Kini kami sedang berada di balkon tepatnya dikamar hotel bertipe deluxe sedang membersihkan ruangan yang baru saja dipakai oleh tamu hotel yang telah chek out.
"Sekitar pukul duabelas," kataku seraya memunguti sprei kotor.
"Jam segitu gak ada kendaraan umum loh, kamu naik gojek?" tanyanya menatap padaku.
Deg, dalam hati. Sejenak aku memutar bola mataku dan aku memilih untuk mengangguk diikuti dengan senyum tipis dibibirku. Gak mungkin aku berkata jujur kan, bisa-bisa aku nanti diberondong pertanyaan, batinku.
"Soalnya semalam aku khawatir kamu gak bisa pulang," ucap Sarah melanjutkan pekerjaannya yakni mengelap perabot dalam hotel.
"Makasih ya sudah khawatirin aku," ucapku dengan senyum mengembang.
"Risti dan Putri magang di hotel mana?" tanyanya kemudian.
"Mereka di Hotel Raya, dekat balai kota."
"Itukan hotel bintang empat, keren mereka," sahut Sarah tak mengalihkan pandangannya.
"Tapi, aku pikir disini sudah menyenangkan," sahutku seraya tersenyum.
"Iya juga sih bahkan dua bulan gak terasa. Tinggal satu bulan lagiiii!" kata Sarah mendramatisir, merentangkan tangannya kemudian melemparkan dirinya di atas kasur.
Mataku langsung melebar. "Sarah!" teriakku geram. "Kasur udah rapi malah diberantakin!" sambungku berkacak pinggang ke arahnya.
"Santai aja kali, kerjaan yang lain juga udah pada beres. Sekali-kali menikmati fasilitasi hotel, kalau gak sekarang kapan lagi," gumamnya seraya memejamkan mata. Dua tangannya terlentang, dengan telapak tangan mengusap-usap permukaan kasur.
Aku hanya geleng kepala melihat tingkah teman satuku ini. Hari ini senior atau roomboy yang ditugaskan dikamar bertipe deluxe sedang libur, maka dari itu aku dan Sarah bertanggung jawab membersihkan kamar dan area sekitar yang kotor.
Tok tok tok
Tak lama terdengar suara ketukan pintu yang membuat aku dan Sarah yang tengah berbaring dikasur terperanjat.
"Kalian ngapain?"
Terdengar suara berat lelaki, namun setelah aku dan Sarah menoleh justru terlihat Sandy yang meringis di depan pintu. Sarahpun refleks dengan kesal melempar bantal ke arah Sandy, dan dengan sigap dia menangkapnya.
"Ck ck ck... enak bener jam segini sudah pada tiduran?" kata Sandy yang berjalan mendekat ke arah kami dan melempar bantal kembali ke arah kasur.
"Ngagetin orang aja, dasar!" ucap Sarah berdecak sebal.
"Habisnya kalian malah enak-enak tidur. Untung aku yang datang, kalau tamu atau staff hotel gimana?" kata Sandy menarik kursi dan duduk disana.
"Kita kan cuma istirahat sejenak, ngapain kesini?" tanyaku padanya.
"Ohya aku cuma mau menyampaikan pesan sama kalian, dicariin sama staff yang kemarin ngurusin event. Aku rasa kalian bakal dapat gaji partime kemarin," jelasnya.
Aku memandang ke arah Sarah dengan ekspresi wajah pias, mengingat hal yang telah aku lakukan kemarin.
"Kenapa?" tanya Sandy menaikkan satu alisnya, heran melihatku dan Sarah tak merespon ucapannya.
"Kayaknya bukan gaji deh," ucapku mendesah. "Aku malah gak berharap dapet gaji soalnya kemarin aku melakukan kesalahan.
"Udah gak usah dipikirin, nanti kita hadapi sama-sama. Kalau misalkan harus ganti, aku bakalan bantuin kamu," kata Sarah sambil mengelus pundakku.
"Kesalahan, ganti rugi? Apaan?" tanya Sandy yang terlihat bingung.
"Kemarin aku mecahin alat makan pas acara event," jawabku.
"Ck, itukan kecelakaan kerja. Gak bakal ganti rugi," kata Sandy menepis asumsiku.
"Aku harap begitu," sahutku kemudian.
"Ya udah kami tinggal dulu, kamu jaga disini sampai kami kembali," kata Sarah dan aku yang hendak pergi.
"Sip," ucap Sandy disertai mengacungkan jari jempolnya.
Sesampainya di ruangan staff, sudah menunggu beberapa anak magang yang kemarin mengikuti partime. Hatiku sendiri sudah tak karuan menanti keputusan apa yang akan diberikan oleh staff mengingat dengan kesalahanku. Dan saatnya namaku kini yang pertama dipanggil. Akupun segera memasuki ruangan staff.
Aku duduk di depan Pak Bambang selaku staff yang menangani event kemarin.
"Ini fee dari partime kemarin, terimakasih atas bantuannya hingga acara berjalan lancar," ucapnya menyodorkan amplop.
Aku terkejut. "Bapak, ini gaji saya kemarin?" tanyaku. Dan diangguki olehnya. "Tapi saya sudah melakukan kesalahan kemarin, saya telah memecahkan barang ketika event berlangsung," kataku terasa berat mengakui, tapi memang itu yang terjadi.
Pak Bambang tersenyum. "Terimakasih atas kejujuran kamu mengakui ketidaksengajaan kamu, Bapak harap kedepannya lebih berhati-hati," ucapnya tersenyum kearahku.
"Saya gak disuruh ganti rugi Pak?" tanyaku memastikan.
"Tidak, itu termasuk kecelakaan kerja. Pihak hotel yang menanggungnya."
"Terimakasih Pak," ucapku penuh kelegaan disertai senyum sumringah. Akupun bangkit dan berpamitan menuju ke arah pintu. Saat aku hendak memegang handle pintu Pak Bambang kembali mengingatkanku, "Amplopmu."
Akupun serta merta berbalik badan dan mengambil kembali amplopku seraya meringis canggung.
Kini lebih dari dua bulan berada disini aku sungguh sangat menikmatinya, aku kini menghitung uang yang aku peroleh dari tips yang diberi oleh tamu dan juga fee dari acara partime kemarin. Hampir menyentuh angka lima ratus ribu, dan wow, bagiku itu sangat banyak.
Belum lagi ada semangat yang begitu membuncah ketika aku melangkahkan masuk di area hotel. Rasanya ada sesuatu yang begitu aku tunggui juga ingin aku jumpai. Bila sehari tak melihatnya saja aku merasa ada sesuatu yang kurang, walaupun hanya tersenyum atau melihat wajahnya saja, rasa kurang itu sudah amat sangat terobati.
Seperti saat ini belum sekalipun aku bertemu dengannya, padahal jadwal kerja yang aku lihat hari ini dia masuk pagi seperti halnya denganku.
Beda halnya jika aku dibagian front office, mungkin intensitas bertemu akan semakin berpeluang besar. Aku menghela nafasku, kini aku melanjutkan pekerjaanku membersihkan koridor di lantai bertipe deluxe dengan lobby duster, semacam alat pel kering yang disemprot dengan cairan pembersih di alat pelnya agar bila digunakan lantai terlihat semakin mengkilap.
Saat aku sampai diujung lobby aku tersentak, sebab dari arah tangga muncul seseorang yang baru saja aku bayangkan, Pak Akram.
"Bapak ngapain kesini?" tanyaku spontan. Usai kata itu terucap, aku merutuki diriku.
'Ngapain nanya-nanya,' batinku.
'Dia kerjalah masak nyariin kamu,' batinku lagi-lagi mencela.
Pak Akram mengerutkan kening kemudian tersenyum. "Kamar 2015 tamunya mau check out, setelah tamu keluar kamu bersihkan kamarnya ya?" ucap Pak Akram kemudian.
"Pasti Pak," jawabku sambil mengacungkan jari jempol.
"Ok kalau gitu saya ke kamar itu mau bantu tamu bawa barang bawaannya turun, rajin-rajin kerjanya," kata Pak Akram mengacak puncak kepalaku disertai menaik turunkan kedua alisnya, setelah itu dia berlalu begitu saja meninggalkanku dengan hati yang berdebar sambil menatap kepergiannya.
To be Continue
jangan lupa dikomen dan jempolnya biar aku semangat nulisnyaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Sarlina Sihotang
ceritanya bagus menarik
2023-05-09
0
Purwaningsih Subiyono
membayangkan diposisi Ayu, deg deg ser dah.
2021-10-24
1
Azzam
bahagia ny... dug dug ser jadiny
2021-10-07
2