Episode 2

Ketenanganku kini mulai terusik, baru saja mataku terpejam tapi kini terdengar suara ribut-ribut dari arah luar. Bergegas aku bangun untuk melihat ada kejadian luar biasa apa, sebab tak biasanya dirumahku ada ribut-ribut seperti ini.

Sedikit terkejut, sebab kini di hadapan Ibuku yang sambil membawa Zahra dalam gendongannya berhadapan dengan bapak-bapak polisi, ditambah dengan para tetangga yang datang mengerubungi.

Jantungku kini memacu lebih cepat, kabar buruk apa atau kesalahan apa hingga Bapak polisi datang kemari. Dengan langkah pelan aku mendekat ke arah Ibuku yang terlihat sudah menangis, wajahnya tampak sembab. Aku pun segera meraih Zahra yang juga ikutan menangis, kubawa dia dalam gendonganku sambil menyimak kaka-kata dari bapak polisi.

Setelah aku mendengar dengan seksama, Bapak polisi menjelaskan bahwa Bapakku kini tengah berada dipenjara. Kesalahan yang beliau buat adalah tertangkap tengah melakukan perjudian.

Aku menoleh menatap ke arah wajah Ibuku, terlihat kacau disana. Sedih sudah jelas pasti. Tapi aku, rasanya ingin sekali murka. Sudah jelas orang susah tapi masih saja banyak tingkah.

Kini Bapak polisi sudah mulai berpamitan, tapi aku tetap bungkam. Sementara para tetangga datang tapi mengatakan bagaimana bisa terjadi, dan mana kami tahu. Kalau mau tahu tanyakan saja pada si pelaku yang mungkin sudah mendekam di balik sel penjara, batinku yang sudah kesal.

"Sudahlah Buk, gak usah dipikirkan. Kalau Bapak nyatanya memang berbuat demikian, ya biar beliau saja yang menanggung akibatnya," ucapku pada Ibuku.

Sementara tetangga yang masih berada dirumah kini justru menghakimiku, "Ayu kamu ini," ucapnya terdengar menghardikku. "Bapakmu masuk penjara tapi malah gak kamu pedulikan, gak ada rasa simpatik. Usaha gimana caranya Bapakmu bisa keluar dari sana," ucapnya padaku.

"Usaha gimana Pak Lek?" tanyaku padanya gak tau usaha apa, apa harus minta dan memohon-mohon pada Pak polisi buat ngluarin Bapak, batinku.

"Ya ditebus," ucapnya.

"Ditebus? Pake duit maksudnya," tanyaku memperjelas.

"Ya iya, pake duit," jawabnya enteng.

Duit dari mana batinku, buat makan saja kami masih susah apalagi bayar sekolah dan kini duit hanya buat nebus orang yang bersalah keluar dari penjara, batinku kesal.

"Gak Pak Lek," sergahku cepat-cepat. "Bapak yang salah, biar beliau yang tanggung akibatnya," sambungku.

"Karepmu, seng penting aku wes ngandani!" ucapnya kemudian berlalu pergi.

Para tetangga selang waktu pergi meninggalkan rumahku ini, aku dan Ibuku sama-sama dalam diam, sementara adikku yang belum tahu apa-apa kini sudah tenang dan diam, bermain dengan mainannya.

Entah apa yang dipikirkan oleh Ibuku kali ini, kini fokus Ibuku beralih padaku, sejenak menatapku kemudian berujar, "Kamu makan dulu, kamu belum makan siangkan, Ibu ambilkan." Ibu pun beranjak menuju ke arah dapur.

"Ibu selalu begitu," gumamku. Tak pernah Ibuku menceritakan pemasalahan yang dihadapi maupun menampakkan wajah sedih di hadapanku, semua tertutup dengan sempurna menurutku. Atau mungkin sebelumnya memang pernah begini, tapi aku tidak peka dengan keadaan. Atau aku yang belum memahami permasalahan orang dewasa.

Kini Ibu berjalan ke arahku, ditangannya membawa sepiring nasi yang bercampur dengan sayur bening, kemudian mengulurkannya padaku. Jangan tanyakan rasa makanan yang aku makan rasanya bagaimana, asal perut kenyang rasanya bagiku tak masalah.

"Setelah makan segera ganti baju," perintah Ibuku, aku sendiri sampai tak sadar bahwa hingga kini masih mengenakan seragam sekolah.

Begitu menyelesaikan makan siangku, Ibuku kini berpamitan kembali mengerjakan pekerjaannya yakni sebagai buruh cuci dirumah tetangga. Dan tugasku kini bergantian mengawasi adikku.

Aku menatap ke arahnya, mengamati tubuh kecil itu. Kalau di perhatikan fisiknya normal seperti anak lain tapi tetap ada perbedaan yang mencolok. Sorot mata yang tak mampu fokus menatap objek dihadapannya, hanya sekilas kemudian setelahnya dia kurang merespon objek didepannya. Berbicara pun dengan kalimat singkat dan kurang begitu jelas.

Awalnya gejala itu baru kami ketahui setelah ibuku membawanya ke puskesmas terdekat, dan dokter mendiagnosis adikku terkena autisme atau autism spectrum disorder (ASD)yaitu gangguan perkembangan pada anak yang menyebabkan kemampuan komunikasi dan sosialnya terganggu.

Dokter menyarankan agar kami membawanya rutin terapi, dan lagi sebab terkendala biaya akhirnya hal itu tak bisa kami lakukan.

"Zahra," panggilku padanya yang masih asyik bermain, dan kini dia tak menoleh padaku sedikitpun.

Aku menghela nafas, memang Bu Bidan pernah mengatakan menghadapi seorang anak yang berkebutuhan khusus butuh ekstra kesabaran. Musti bicara dengan kalimat singkat dan jelas. Atau berbicara secara perlahan dengan jeda di antara kata.

"Zahra," panggilku kini mendekat ke arahnya. Dan terbukti kini dia menoleh ke arahku.

"Mainnya sudah, kita mandi," ucapku dengan jeda dan perlahan.

"Mandi," ucapnya dan aku balas dengan mengangguk. "Sebelum mandi kita rapikan dulu mainannya," ucapku sambil mempraktekkan cara merapikan mainannya, memasukan satu persatu ke dalam kardus dan tentu saja Zahra turut andil melakukannya.

Sore kini berganti malam. Usai menyantap makan malam, kini aku kembali membuka buku-buku pelajaranku. Mengulang kembali, membaca juga latihan mengerjakan tugas-tugas. Sesekali aku menghafalkan beberapa rumus pelajaran.

Fokus belajarku kini teralihkan sebab dari arah pintu depan terdengar ketukan pintu. Kulirik Ibu dan adikku sudah berada di dalam kamar, dan pastinya Ibuku kini tengah menidurkan adikku. Aku pun segera beranjak guna membukakan pintu, dan begitu terkejutnya aku. Sosok Bapak kini berada di ambang pintu. Belum aku bertanya beliau kini masuk melewati sisi tubuhku yang tengah berdiri.

"Bukankah Bapak berada di sel penjara?" gumamku.

Tak lama terdengar suara Ibu, nyatanya beliau juga sama terkejutnya denganku. Terdengar sedikit suara ribut-ribut dari dalam kamar, dan tak lama Bapakku keluar rumah begitu saja, tanpa bicara sepatah kata padaku. Tapi kulihat ada yang berbeda sebab di tangannya membawa sebuah map yang kalau bisa ku tebak berisi surat-surat.

Perasaanku yang mulai tak enak pun kini segera menuju ke kamar Ibu. Kutemukan Ibu sedang menangis disana, sementara di sekitaran ruangan tampak berantakan. Zahra, dia masih terlelap, bila saja dia terbangun mungkin suasana di kamar bertambah kacau, sebab dipastikan dia akan ikut-ikutan menangis.

"Ibu kenapa?" tanyaku mendekat ke arah Ibu, aku benar-benar dilanda khawatir saat ini. Muncul rasa takut, sebab aku tak pernah mendapati Ibu menangis seperti ini.

"Ibuk, jangan membuatku takut," ucapku setelahnya.

Kini Ibu menatapku sendu, dan mulai membuka suara, "Bapak kamu pergi tadi bawa surat tanah."

"Buat apa?" cicitku yang sama sekali tak ku mengerti.

'Apa jangan-jangan—?' pikirku mulai mengada-ngada. Jalan pikiran apa yang sebenarnya Bapak pikirkan, seolah bila di pikir-pikir beliau hidup seolah tanpa beban hanya mencari kesenangan, sedang istri dan anak-anaknya tak dipedulikan.

To be Continue

Terpopuler

Comments

leny puspita

leny puspita

Ya Allah laki² yg g punya akhlak 😐

2021-12-24

1

Nazla K. R

Nazla K. R

untung aku gk punya kluarga tukang judi

2021-12-02

1

Rina

Rina

kjadian dskitar kta, kdang sedih ngliatnya. 😥

2021-11-14

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Ekstra Part 1
145 Ekstra Part 2
146 Ekstra Part 3
147 Ekstra Part 4
148 Ekstra Part 5
149 Ekstra Part 6
Episodes

Updated 149 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Ekstra Part 1
145
Ekstra Part 2
146
Ekstra Part 3
147
Ekstra Part 4
148
Ekstra Part 5
149
Ekstra Part 6

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!