Aku tak bisa menutupi mataku yang sembab, terlihat layaknya zombie atau korban dikroyok lebah sebab mataku kini terlihat membekak.
Aku mendegus menatap cermin yang tengah kupegang. "Hmmmm... rasanya aku pengen bolos saja," ucapku berkeluh kesah.
"Ayu makan dulu," kata Ibuku yang kini muncul dari arah pintu sambil membawa satu piring nasi berisi lauk. Akupun mengangguk dan membiarkan makanan itu tanpa mau bergerak untuk mengambilnya.
"Kamu masih marah sama Ibu?" kata Ibuku yang kini duduk diatas kasur sambil melipat dan merapikan beberapa baju.
Aku pun menghentikan aktifitasku kemudian menoleh ke arah beliau. "Ayu gak marah sama ibu," ucapku lirih.
Ibu tersenyum ke arahku dan berkata, "Maafkan Ibu ya nak atas sikap Bapakmu dan keadaan yang mengharuskan kita untuk tinggal disini."
"Kenapa Ibu harus minta maaf atas sikap Bapak?" tanyaku menatap Ibu dan kini mendekat kearah beliau sambil menggenggam jemarinya. "Kenapa Ibu gak pisah saja sih sama Bapak? Bapak udah buat salah banyak ke Ibu, apa Ibu gak merasa sakit hati. Kita tinggalkan saja Bapak dan cukup kita hidup bertiga," kataku memohon pada Ibuku.
Bukan tanpa sebab aku meminta hal tersebut, itu juga atas semua kesalahan yang Bapak lakukan dan aku kira tak bisa terampuni. Selain tak bertanggung jawab, tak menafkahi, hobinya berjudi ditambah lagi dengan memiliki wanita lain.
Dan yang membuatku heran kug ya ada wanita yang mau sama Bapakku yang model begituan, aku rasanya sudah tak bisa menahan untuk geleng kepala.
Ibu terlihat menipiskan bibirnya dan tersenyum samar ke arahku lalu membalas menggenggam kedua tanganku. "Suatu saat kamu akan tahu Ayu," kata Ibu padaku.
"Tapi tahu apa?" kataku bertanya mendesak. "Ibu, Ayu sudah dewasa bukan anak kecil lagi," sambungku agar Ibu menjelaskan padaku.
"Suatu saat jika kamu sudah dewasa kamu pasti memahaminya Ayu," jelas Ibu mengelus punggungku.
"Tapi apa?" tanyaku lagi, tapi Ibu kini hanya memberiku seulas senyum.
"Ya sudah kamu sarapan, nanti terlambat," kata Ibu kemudian bangkit merapikan pakaian yang sudah dilipat dan memasukannya ke dalam almari.
Aku hanya memandangi punggung Ibu. sesulit itukah Ibu berkata jujur padaku, batinku. Akupun kini melanjutkan aktivitasku memasukkan perlengkapanku dan berlanjut menyuap sarapanku.
***
Aku tiba di hotel tepat waktu. Aku dan teman-temanku yang lain kini telah berada di area masing-masing tugas. Segala persiapan telah kulakukan dari memeriksa mana saja kamar yang dipakai tamu, kamar yang telah kosong ditinggalkan oleh tamu juga kamar yang kosong siap pakai.
Kini aku sedang menata segala keperluan ditroley dan selanjutnya setelah segala perlengkapan siap aku menuju ke arah kamar yang hendak ku bersihkan.
Kamar 2017, aku mulai membuka pintu kamar dihadapanku dengan menggunakan pass key, dan setelah pintu kamar terbuka sempurna aku terkejut bukan main. Penampakan kamar bak kapal pecah, kursi berpindah ke sembarang arah, ditambah selimut bantal dan sprei berserakan di lantai belum lagi dua handuk basah berada di atas kasur. Entah tamu hotel habis perang atau apa, aku kini hanya geleng kepala.
Aku mencela nafas panjang, kemudian melangkah masuk. Pagiku disambut dengan kerja keras dan sudah seharusnya aku kini harus semangat.
"Semangat Ayu!" ujarku menyemangati diri.
Akupun kini mulai melangkah lagi memunguti sprei kotor, handuk juga selimut menjadi satu kemudian menaruhnya dalam bag troley agar nantinya memudahkan petugas laundry dalam mengambilnya.
Dan saatnya dimulai. Aku mengambil semua alat-alat kerja yang kuperlukan dari dalam trolley kemudian kembali masuk ke kamar, tapi ada satu yang mencuri perhatianku, sorot mataku beralih kesana tepatnya di atas nakas dekat lampu tidur. Saat aku mendekat mataku terbelalak, dengan sigap aku mengambilnya. Senyumku merekah sebab yang tengah kupegang adalah dua lembar uang pecahan lima puluh ribuan.
Ingin rasanya aku menjerit karena senang bukan main, tapi itu kuurungkan sebab ada langkah kaki yang mendekat.
"Kayaknya ada yang bahagia nih?"
Spontan tubuhku berbalik, terlihat Pak Akram berdiri menyandarkan punggungnya pada tembok dengan kedua tangan bersidekap dada.
"Bahagia banget!" sahutku dengan senyum lebar, dan setelahnya aku menunjukkan dengan menggoyangkan kedua lembar uang dalam genggaman tanganku memamerkannya.
"Rejeki nomplok," ucap Pak Akram tersenyum sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
"Pagi-pagi dapat tips, ini yang namanya suntikan semangat," kataku sambil nyengir dan memasukan uang kedalam kantong bajuku.
"Makin betah dong disini," celetuknya.
"Iya Pak sepertinya kalau sudah lulus sekolah pengen deh berkerja disini," sahutku sambil memulai kegiatan.
"Keren, saya dukung!" sahutnya.
Akupun kembali menatap Pak Akram dan tersenyum ke arahnya dan berucap, "Terimakasih Pak."
"Tumben Bapak kesini?" tanyaku sebab Pak Akram masih berdiri ditempat mengamati pekerjaanku.
"Kayaknya executive housekepeer hotel ini gak salah pilih kamu," sahutnya dan aku merasa itu bukan jawaban dari pertanyaan yang aku ajukan.
Alisku berkerut lalu menoleh padanya. "Maksudnya Pak?" tanyaku yang belum jelas akan ucapnya.
"Dengar-dengar nama kamu disebut-sebut saat pembahasan pemilihan pekerja partime di hotel ini, dan bila kamunya gak keberatan kamu bisa bekerja disini sambil terus melanjutkan sekolah," jelas Pak Akram.
"Kenapa bisa begitu Pak?"
"Karena kamu bisa diandalkan, itu contohnya," ucap Pak Akram sambil menunjuk hasil kerjaku yakni kasur yang sudah rapi dan siap pakai. "Rapi dan layak, jadi tunggu kabar baik dari Pak Ardi selaku exsecutive manager, sebentar lagi pasti akan memanggil namamu," sambungnya lagi.
Rasa tak percaya kini menyelimuti hatiku, ada bahagia juga haru. 'Jadi selama ini mereka memperhatikan hasil kerjaku?' batinku.
"Bapak jangan bercanda?" celetukku, sebab aku tak mau kata-kata yang diucapkan Pak Akram hanya pujian atau jebakan dan bahasa gaulnya adalah prank.
Pak Akram terkekeh. "Serius," ucapnya.
"Duarius juga boleh Pak," sahutku bercanda dan kini kami sama-sama tertawa.
"Itu mata kenapa?" sahutnya saat aku masih dalam tawa.
Akupun diam. Kenapa Pak Akram melihat dan memperhatikan wajahku, Aissst... kan jadi malu, batinku.
"Jangan bilang habis di kroyok masa," celetuknya.
Dan akupun kembali tergelak. "Memangnya saya kriminal Pak, masak di kroyok masa, enak aja!" sahutku tak terima.
Pak Akram pun terkekeh. "Habis nangisin mantan?" sahutnya dan membuatku melongo. Akupun menggeleng, menolak kata-katanya.
Pak Akram seolah terkejut dengan ucapanku dan berkata, "Jangan bilang kalau kamu jomblo!"
"Ih, Bapak apaan sih!" sahutku dan akupun cemberut seraya mengerucutkan bibirku.
"Ha ha ha," Pak Akram pun tertawa memperhatikan tingkahku. "Ya sudah lanjutkan pekerjaanmu, gak habis-habis bercanda sama kamu. Semangat!" kata Pak Akram disertai memberi semangat padaku sebelum pergi meninggalkan kamar hotel.
Usai Pak Akram tak terlihat lagi, aku bersorak bahagia sebab hariku kini terasa lengkap sudah. Dapat duit tips dari tamu hotel yang check out, dapat kabar baik dari atasan juga bisa ngobrol sama Pak Akram.
Hmmm... Rasanya hatiku hari ini tengah berbunga.
To be Continue
Pass Key: Kunci kamar yang dibawa oleh room boy atau room maid selama bertugas untuk membersihkan kamar dalam satu section.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
legira
gemezzzzzz...
2021-11-14
1
mila
thor...klo saya boleh so tau nih,kayak nya yg jd exsecutive housekeepers nya Pak. akram ya😁😁
2021-10-26
1
Sri Astuti
semangat Ayu...Mungkin Akram ini anak pemilik Hotel
2021-10-05
0