Raffa pulang dengan kemarahan yang masih tertahankan, dia menggebrak pintu dengan keras, membuat seisi rumah terkejut akan kedatangan tuan mereka dalam keadaan marah, siapa yang membuat tuan mereka semarah ini, pikir mereka.
Tak ada yang berani muncul dihadapan Raffa, jika dia sedang dalam mode marah tak akan ada yang berani meski hanya sekedar lewat saja, karena mereka tak mau kena imbas kemarahan sang tuan. Raffa berjalan dengan langkah lebar menuju kamar Kayra, rahanganya sudah mengeras dengan wajah merah padamnya yang menahan luapan emosi.
Raffa masuk dengan membanting pintu dengan keras, yang membuat Kayra terbangun, ya Kayra ketiduran samali waktu menjelang malam. Kayra sedang menetralkan jantung dan juga kesadarannya karena dia begitu sangat terkejut dengan apa yang di lakukan Raffa. Belum selesai Kayra dengan kesadarannya, tiba-tiba saja Raffa menarik paksa tangan Kayra dengan kasar, dan membuat Kayra meringis sakit.
"T... ttuan lepaskan ini sakit tuan." pinta Kayra, namun Raffa tak mendengar keluh Kayra.
"Diam...!!." bentak Raffa, Raffa menarik Kayra menaiki tangga hingga masuk kedalam kamarnya, tubuh Kayra di hempaskan hingga tersungkur di lantai.
"Apa yang kau lakukan di kamarku tadi hah....!!!." Marah Raffa, dia sudah tahu jika Kayra memasuki ruangan pribadinya.
"Sudah aku katakan padamu, kau hanya perlu membersihkan kamarku saja, tak usah seenaknya jika sedang berada di kamarku, apa kau tak mengerti dengan ucapanku hah....!!!." suaranya kian meninggi. Kayra tak percaya dengan ucapan Raffa yang ternyata mengetahui jika dia memasuki ruangan pribadinya.
"Mati aku.... dia sudah tahu, aduh kenapa aku ceroboh sekali, Raffa bisa saja memasang CCTV di ruangan pribadinya." batin Kayra yang dengan ceroboh memasuki ruanagn Raffa.
"M... maaf tuan s... saya tak sengaja masuk kesana, karena kamarmu sudah bersih... jadi saya mencari ruangan yang masih berantakan." jelas Kayra dengan terbata, kepalanya sudah tertunduk kini jiwanya sangatlah ketakutan melihat Raffa yang sangat garang.
"Maaf kau bilang?! aku tak akan memaafkanmu karena kua sudah berani memasuki ruangan pribadi ku, dan kau akan ku hukum dengan berat." karena amarahnya sudah memuncak Raffa menarik rambut Kayra dan membawanya ke dalam kamar mandi, dia menenggelamkan wajah Kayra kedalam bathup yang sudah terisi penuh dengan air.
Raffa terus menenggelamkan wajah Kayra dalam waktu yang lama dan mencaci makinya, hingga Kayra terbatuk karena kehabisan nafas.
"Kau hanyalah sebatas gadis paksaan, aku tak sudi jika kau mengetahui ku lebih dalam, jangan berharap jika aku akan jatuh hati padamu." Raffa terus menenggelamkan hingga berulang kali.
"T..... t.. tuan maafkan saya.... ampun tuan...." Kayra terus memohon, namun Raffa tak mengidahkan rintihannya. Kayra bernafas dengan sangat kesulitan, karena Raffa tak memberinya celah untuk menghirup oksigen, dia terus saja menenggelamkan wajah cantik Kayra.
"Ini akibatnya jika kau melakukan hal yang tak kusukai." ucap nya dengan senyum iblisnya, kini Raffa sedang berubah menjadi monster mengerikan yang tak pandang bulu.
Hingga lima belas menit kemudian Raffa menyudahi kegiatan gilanya, Raffa menarik rambut Kayra dan mendengakan kepala Kayra hingga kepalanya mengahadap ke atas, wajahnya sudah pucat akibat ulah Raffa, dan tubuhnya sedikit menggigil karena Raffa tak berhenti menenggelamkan wajah Kayra hingga pakaiannya basah kuyup. Kayra sudah tak mampu berbicara ataupun memohon ampun tubuhnya sudah sangat lemah, Kayra hanya menahan tangisnya dia sudah pasrah dengan semua yang di lakukan Raffa.
"Ingat ini baik-baik gadis bodoh....!! jika kau melakukan kesalahan lagi aku tak segan-segan membunuhmu." ancam Raffa tegas. Dia melepaskan tangannya dari rambut Kayra dengan kasar, dan membuat Kayra terduduk di pantai kamar mandi.
Raffa mendekatkan dirinya dan beralih memegang kedua pipi Kayra dengan kedua tangannya hingga bibir Kayra mengerucut kedepan, dan....
nyesss.....
Tiba-tiba saja darah keluar dari hidung Kayra, dan membuat Raffa membulatkan matanya sempurna, dia sedikit panik ketika darah mengalir perlahan dari lubang hidung Kayra hingga melewati bibir mungilnya. Raffa segera melepas tangannya dari pipi Kayra. Kayra yang baru menyadari jika dirinya mimisan segara mengusap darah yang sudah mengalir sampai ke bibir dengan tangannya.
"Ya ampun aku mimisan.... aduhh kenapa disaat seperti ini."batin Kayra, dia masih saja mengusap darahnya yang terus mengalir keluar.
"A.... apa yang terjadi denganmu?."tanya Raffa tergagap, kini wajah garangnya terganti seketika dengan perasaan khawatir. Melihat Raffa yang menjadi khawatir Kayra berusaha menjelaskan.
" A... aku tak apa tuan, ini hanya mimisan biasa, kalau begitu saya permisi."jelas Kayra, dia berdiri dari duduknya dengan tangan yang masih memegangi hidungnya. Namun saat Kayra berdiri tiba-tiba saja dia merasakan Kepalanya sangat pusing,sehingga dia tak bisa menopang tubuhnya dan....
Brukkk.....
Kayra kehilangan keseimbangannya dan terjatuh, namun tubuhnya sudah lebih dulu di tangkap oleh tangan kekar Raffa, dia dengan sigap menopang tubuh Kayra yang sudah kehilangan keseimbangan,hingga Kayra sudah tak sadarkan diri di pelukan Raffa.
"Hei..... bangun... Kayra ada apa denganmu? bangun Kayra." Khawatir Raffa, dia berusaha membangunkan Kayra, namun tak ada pergerakan, dengan sangat cepat, Raffa segera menggendong tubuh istrinya ala bridal stayle,dia membawa Kayra keluar dari kamar mandi, dan meletakkan Kayra di atas ranjang.
"Mery.... Mery...... " teriak Raffa dengan sangat keras, mendengar sang tuan memanggil dengan berteriak, Mery segera menghampiri panggilan tuannya. Mery segera memasuki kamar Raffa,betapa terkejutnya melihat keadaan nona nya yang sudah tak sadarkan diri dengan darah yang masih keluar dari hidungnya.
"Iya tuan... apa yang terjadi dengan nona muda tuan?." tanya Mery dengan khawatir.
"Sudah jangan banyak bertanya... cepat panggilkan dokter." ucap Raffa dengan nada yang sangat mengkhawatirkan Kayra.
"Baik tuan saya akan segera menghubungi dokter." Mery segara keluar dari kamar dan menghubungi dokter pribadi Raffa.
Raffa masih dilanda kekhawatiran yang sangat dalam, kerena lagi-lagi dia harus melihat seseorang tak berdaya di hadapannya, ingatannya kini kembali memutar ke masa lalu dimana dia harus kehilangan sang ibu, dia menatap dengan perasaan bersalah pada Kayra.
"Apa aku terlalu kasar?... kenapa aku melakukan itu sampai membahayakan kesehatan nya? bagaimana ini? semoga tak terjadi apapun padanya." Batin Raffa, dia merasa sangat bersalah telah menghukum Kayra dengan sangat kasar.
Karena seminggu ini Raffa selalu memberi pekerjaan berat pada Kayra tanpa henti, tapi Kayra selalu melakukan apa yang di titahkan oleh Raffa tanpa membantah. Beberapa menit kemudian dokter pun tiba, dia sangat tergesa-gesa memasuki kamar Raffa.
"Ada apa kawan?."tanya dokter itu, yang juga sahabat dekat Raffa.
"Cepat periksa keadaan gadis itu, aku tak mau jika dia kenapa-kenapa." jelas Raffa dan menunjuk kearah Kayra berbaring, Raffa belum mengganti pakaian Kayra yang sedikit basah akibat hukuman yang diberikan Raffa.
Fathan menoleh kearah di aman Kayra berbaring, betapa terkejutnya dia melihat jika yang terbaring lemah adalah wanita, dia mengeryitkan dahinya merasa aneh.Banyak pertanyaan yang timbul di pikirannya.
"Siapa dia? aku baru melihat gadis ini." tanya Fathan penasaran, pasalnya Raffa tak pernah membawa wanita kedalam kamarnya.
"Sudah tak usah banyak tanya, periksalah dia dulu nanti akan aku jelaskan padamu." kesal Raffa karena Fathan banyak bertanya.
Fathan pun hanya mengangguk, dia lalu mendekat ke tempat tidur dan duduk di samping Kayra untuk memeriksa keadaannya, Fathan mulai memeriksa Kayra dengan stetoskop, hingga beberapa menit Fathan akhirnya selesai dan berdiri dari duduknya, dan membawa Raffa duduk di sofa.
"Bagaimana keadaannya?." tanya Raffa.
"Dia hanya kelelahan, tapi aku sudah memyuntikkan vitamin padanya, dan masalah mimisan itu hanya faktor keturunan, mungkin salah satu keluarga nya ada yang juga mengalami hal sama."
"Dan menurun padanya, dia akan mimisan jika dia merasa lelah dan terlalu memaksakan tubuhnya, atau jika dia sedang memikirkan beban berat." jelas Fathan panjang lebar, Raffa hanya manggut-manggut mengiyakan ucapan Fathan.
"Ini resep obatnya kau harus menebusnya di apotek." Fathan memberikan resep obat pada Raffa.
"Baiklah terima kasih." singkat Raffa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
rina wati
jgn mudah memaafkannya nanti kayra,,manusia seperti Raffa perlu juga dibls LBH sakit dr yg diperbuatnya,,sok paling benar
2024-03-05
1
Mbr Tarigan
kenapa kamu cemas Raffa dia kan. musuhmu siksa sampai mati supaya kamu tenang
2024-01-23
0
MUKAYAH SUGINO
raffa takut juga 😀😀😀😀
2021-11-05
0