Sesampainya di rumah sakit Burhan segera memanggil perawat dan dokter.Nida pun dilariakan ke ruangan UGD karena keadaannya sangat kritis.Burhan dan Raffa menunggu Nida di depan ruang UGD.Raffa masih tak habis pikir kalau Zidan akan melakukan hal itu, di hatinya mengatakan bukan Zidan pelakunya secara Zidan adalah sahabat baiknya.Tapi melihat pistol di samping Zidan membuatnya mempercayai apa yang dia lihat.
"Awas kau Zidan aku tak akan memaafkanmu jika sesuai terjadi pada Mamahku. Dan akan ku pastikan kau tak akan hidup damai." geramnya dalam hati sambil mengepalkan tangannya dia tak akan memaafkan Zidan jika terjadi sesi tau pada orang yang sangat dia cintai.
Sementara itu Zidan di bawa ke ruang ICU dan masih dengan rumah sakit yang sama dengan Nida.Dokter sudah berhasil mengambil peluru yang mengenai Zidan.
Beralih ke ruangan Nida .....
Raffa dan Burhan masih menunggu, perasaan khawatir menyelimuti hati mereka bagaimana tidak orang yang mereka sayangi sedang melawan antara hidup dan mati. Selang beberapa jam pintu ruang UGD pun terbuka keluarlah dokter bersamaan itu Zidan datang untuk melihat keadaan Nida. Raffa menatap tak suka pada Zidan dan hanya melirik nya kilas, namun dia tak peduli segera Raffa menanyakan keadaan sang ibu bersama dengan Burhan.
"Bagaimana keadaan istri saya dok?." tanya Burhan cepat karena ingin tahu keadaan sang istri tercintanya.
Wajah dokter berubah menjadi sedih dia tak tega harus memberitahukan keadaan Nida sekarang tapi apa boleh buat ini sudah terjadi. Davin bernafas dengan berat dan menghempaskan dengan kasar.
"Kamu sudah berusaha semaksimal mungkin, namun takdir berkata lain...... nyonya Nida tak bisa di selamatkan karena peluru itu mengenai jantungnya." jelas Davin dengan berat hati.
Duar.........
Bagai di sambar petir di siang bolong mendengar orang yang mereka cintai telah menghembuskan nafas terakhirnya Raffa dan Burhan tak percaya.
"Kau bohong kan....!!! cepat katakan kalau kau berbohong dokter." marah Raffa dia memegangi kerah baju Davin wajahnya merah padam memperlihatkan jika emosinya sedang membuncah. Air mata Raffa sudah tak terbendung begitu juga dengan Burhan.
Melihat Raffa sangat marah Burhan segera memisahkan Raffa agar tak mencelakai Davin.
"Raffa sudah cukup..... berhenti kau bisa menyakitinya." Burhan berusaha melepaskan tangan Raffa dari Davin.
"Tidak Yah..... tidak mungkin Mamah pergi secepat ini." dunia Raffa seakan hancur dengan kenyataan ini.Raffa terduduk lemas menangis sejadi-jadinya menjerit pilu air matanya sudah tak terbendung lagi, Burhan mencoba menenangkan Raffa dan memeluk putranya itu dengan erat dia pun sama kehilangan orang yang dia cintai.
"Kau kuat Raffa ikhlaskanlah Mamahmu.... dia bahagia di sana.." Burhan mengusap punggung Raffa agar bisa mengikhlaskan kepergian sang ibu.
"Hiks..... hiks.... hiks... ayah..... aku tak sanggup.... duniaku hancur ayah.... " teriaknya pilu.Zidan pun ikut menenangkan Raffa,Zidan berjongkok di samping tubuh Raffa yang sedang menangis Zidan ikut menitikan air mata bagaiman tidak Zidan juga sangat menyanyangi Nida.
Melihat Zidan ada di samping nya Raffa menjadi murka dia melepas pelukan sang ayah mengusap air matanya kasar dan menatap Zidan dengan tatapan yang tak bersahabat.Zidan menarik baju Zidan dengan paksa. Zidan tak bisa berontak RM dengan perlakukan Raffa yang tiba-tiba itu, karena lukanya masih belum pulih.
"Mau apa kau kemari hah.....?!!!..... " bentak Raffa tepat di depan wajah Zidan kemarahan sudah menguasai dirinya, matanya penuh dengan sorot kebencian.
"Ada apa denganmu Raffa?." Zidan merasa aneh dengan sikap sahabatnya yang membentak nya.
Burhan yang melihat itu ingin memisahkan Raffa dan Zidan apalagi dengan keadaan Zidan yang masih terluka. Namun langkahnya terhenti kala Raffa mengangkat tangannya bertanda untuk Burhan tak ikut campur.
"Jangan berani pisahkan aku ayah aku muak dengan wajah polosnya ini." mendengar Raffa mengatakan hal itu Burhan pun tak bisa berkutik.
"Jangan seperti ini Raffa dia tak bersalah kau....... " belum selesai Burhan menjelaskan Raffa sudah memotong pembicaraan nya.
"Aku bilang diam..... !!!." bentak Raffa.
"Dia telah membunuh mamah di depanmu ayah tapi kenapa kau masih membelanya hah..!! Itulah yang aku tak suka dari dirimu yang tak tegas."
"Dan untuk kau...!!.... aku tak sudi menjadi sahabatmu lagi, putus sudah kepercayaan ku padamu, mulai detik ini juga aku putuskan hubungan persahabatan ini di depan matamu jangan pernah temui aku dan juga keluarga ku..!!... mulai sekarang kita sudahi persahabatan ini, dan dari ini aku menyatakan sebagai musuhmu....!!.. " ucapnya lantang di depan wajah Zidan dan menghempaskan Zidan keras hingga tersungkur di lantai.
Hatinya terluka kala sahabatnya sendiri memutuskan tali persahabatan yang telah mereka jalin dari kecil dan dengan entengnya dia memutus secara sepihak bahkan dengan tega mengatakan kata permusuhan, sungguh hatinya bagai di tusuk beribu-ribu anak panah. Bola mata Burhan membola mendengar semua yang di katakan Raffa dan dengan lantanganya Raffa menyatakan sebagai musuhnya.
"Tega kau Raffa mengatakan itu pada sahabatmu sendiri, bahkan kau lebih percaya dengan apa yang kau lihat daripada mendengarkan penjelasan dari sahabatmu sendiri... " gumam Zidan hatinya sangat sedih, pilu rasanya mendengar langsung dari mulut sahabatnya yang sudah dia anggap sebagai saudaranya sendiri.
"Apa yang kau katakan Raffa dia... "lagi-lagi ucapan nya terpotong.
" Dan satu lagi aku tak akan melaporrkanmu ke pihak berwajib karena akulah yang akan membunuhmu dengan tanganku sendiri karena nyawa di balas nyawa.... Camkan itu pembunuh.....!!."setelah mengatakan itu Raffa pergi dan beranjak ke ruangan Nida.Burhan membantu Zidan berdiri dan memanggil asisten pribadinya.
"Maafkan Raffa Zidan nanti aku akan bicara padanya dia hanya salah paham." jelas Burhan karena melihat ada raut wajah kecewa di wajahnya Burhan tahu pasti ini sangat berat untuk Zidan, Raffa dengan tanpa alasan yang pasti telah melukai hati Zidan.
"Iya Om Zidan tahu Raffa hanya stik mendengar kabar duka ini,aku tak apa om tak perlu khawatir kan aku, sekarang lebih baik om temani Raffa dia sangat membuthkanmu sekarang." Zidan mencoba bersikap baik-baik saja agar Burhan tak khawatir.Zidan tersenyum tulus pada Burhan mungkin ini terakhir kalinya Zidan bertemu dengan Burhan.
"Shakti tolong antarkan Zidan ke ruangan rawatnya dan tetaplah bersamanya hingga dia pulih." perintah Burhan pada Shakti asistennya.
"Baik tuan.... ayo tuan muda Zidan mari saya antar." ucapnya Zidan hanya mengangguk dan pergi ke raungan rawatnya.
Ucapan Raffa masih terngiang di telinganya, tatapannya kosong entah apa yang akan terjadi kedepannya apakah mereka akan benar-benar menjadi musuh, sungguh takdir mempermainkan jalan hidupnya,hari hari dia lalui bersama sang sahabat namun kini apa.... semuanya berakhir dengan sebuah permusuhan, bahkan dengan terang-terangan mengibarkan bendera permusuhan.
Shakti yang melihat Zidan terus melamun tak mau mengusiknya dia tahu jika hari Zidan sangat terluka.
"Tuan Zidan pasti sangat sedih kau tak tega melihat mereka yang tadinya sahabat dekat kini persahabatan itu menjadi permusuhan semoga kedepannya mereka tak saling mencelakai." batin Shakti penuh harap, dia telah menjadi saksi atas persahabatan antara Raffa dan Zidan dan dia juga menjdi saksi atas perpisahan mereka.
Flashback Off
Zidan mengingat kembali di mana dulu Raffa memutus hubungan persahabatan mereka, luka di hatinya masih membekas jika mengingat semua itu.Zidan memang tak mau persahabatan mereka menjadi sebuah permusuhan, namun Raffa selalu saja membuat hidupnya tak tenang.Hingga akhirnya Zidan muak dengan tingkah kekanak-kanakan Raffa dan dia menyetujui untuk menjadi musuhnya.
"Kau yang mengibarkan bendera permusuhan itu Raffa dan aku muak dengan tingkahmu itu apa boleh buat akan aku terima dengan senang hati." bisiknya matanya menatap langit-langit kamarnya, Zidan selalu mengingat masa yang begitu menyakitkan bahkan dia tak bisa melupakannya.
Tadinya Zidan ingin tak ingin ikut mengibarkan bendera permusuhan pada Raffa, namun kelakuannya semakin menjadi di kala Raffa berusaha menghancurkan perusahaan milik keluarga Alzan Zidan jadi ikut tersulut emosi di tambah lagi Raffa telah menculik adik kesayangannya Zidan sudah tak bisa mentolerir kelakuan Raffa yang sudah melebihi batas. Dan akhirnya Zidan memutuskan untuk menjadi musuhnya.
"Aku sudah sabar dengan kelakuanmu Raffa, namun kau malah membawa Kayra dalam masalah kita baiklah kalau itu maumu aku akan meladeni mu." teriaknya dari dalam kamar dia sudah tak bisa sabar lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments